Mungkin Anda merasa bahwa sejak usia paruh baya, apalagi setelah memasuki masa menopause, sering merasakan perut kembung. Kondisi ini tentu menimbulkan perasaan tidak nyaman. Akibatnya, selera makan pun turun karena perut rasanya sudah ‘penuh’. Anda tidak sendirian. “Gangguan perut kembung memang lebih banyak diderita oleh wanita separuh baya dan memasuki masa menopause, daripada wanita usia muda,” ujar dr. Arya Govinda Sp.PD dari Fakultas Kedokteran UI-RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Melambatnya proses cerna
Apa penyebab perut kembung? Pasal utama adalah melambatnya pergerakan organ saluran cerna –terutama usus dan lambung- karena berbagai sebab. Di antaranya adalah pola hidup tidak sehat, misalnya merokok dan mengonsumsi alkohol, serta makanan dan minuman yang menimbulkan gas di dalam saluran cerna. Dalam beberapa kasus, kondisi ini juga dipengaruhi oleh sensitivitas orang yang bersangkutan. Kopi misalnya, bisa menyebabkan perut kembung pada orang-orang tertentu, tapi tidak pada orang lain.
Perut kembung juga bisa terjadi karena infeksi pada lambung dan saluran cerna, pemakaian obat antiinflamasi (radang) atau penahan rasa nyeri, serta peradangan pada kerongkongan, lambung, atau usus dua belas jari.
Di samping penyebab medis, gangguan kembung juga ternyata terjadi karena proses penuaan. Seiring bertambahnya usia, pergerakan saluran cerna pun menjadi lebih lambat. Hal ini diduga ada kaitannya dengan berkurangnya hormon yang mempengaruhi pergerakan saluran cerna, yaitu Tyrotropin Releasing Hormon (TRH), Corticotropin Releasing Factor (CRF), Ghrelin, dan lain-lain.
Pada usia 40-an, seseorang juga seringkali mengalami intoleransi laktosa. Artinya, tidak dapat mencerna laktosa, yaitu sejenis gula yang terdapat pada susu. Di dalam tubuh, penguraian laktosa dilakukan oleh enzim laktase. Enzim ini umumnya sudah berhenti diproduksi oleh tubuh di usia 40-an. Laktosa yang tidak dapat dicerna ini kemudian masuk ke dalam usus, mengalami proses fermentasi (peragian), dan terjadilah perut kembung.
Gangguan ini juga sering dikeluhkan oleh wanita yang memasuki masa menopause. Namun para ahli belum menemukan kaitan yang jelas antara gangguan kembung dengan menopause. Menurut dr. Arya, turunnya kadar estrogen dalam tubuh mungkin berpengaruh menurunkan aktivitas proses pencernaan makanan sehingga mengakibatkan perut kembung.
Melambatnya proses cerna
Apa penyebab perut kembung? Pasal utama adalah melambatnya pergerakan organ saluran cerna –terutama usus dan lambung- karena berbagai sebab. Di antaranya adalah pola hidup tidak sehat, misalnya merokok dan mengonsumsi alkohol, serta makanan dan minuman yang menimbulkan gas di dalam saluran cerna. Dalam beberapa kasus, kondisi ini juga dipengaruhi oleh sensitivitas orang yang bersangkutan. Kopi misalnya, bisa menyebabkan perut kembung pada orang-orang tertentu, tapi tidak pada orang lain.
Perut kembung juga bisa terjadi karena infeksi pada lambung dan saluran cerna, pemakaian obat antiinflamasi (radang) atau penahan rasa nyeri, serta peradangan pada kerongkongan, lambung, atau usus dua belas jari.
Di samping penyebab medis, gangguan kembung juga ternyata terjadi karena proses penuaan. Seiring bertambahnya usia, pergerakan saluran cerna pun menjadi lebih lambat. Hal ini diduga ada kaitannya dengan berkurangnya hormon yang mempengaruhi pergerakan saluran cerna, yaitu Tyrotropin Releasing Hormon (TRH), Corticotropin Releasing Factor (CRF), Ghrelin, dan lain-lain.
Pada usia 40-an, seseorang juga seringkali mengalami intoleransi laktosa. Artinya, tidak dapat mencerna laktosa, yaitu sejenis gula yang terdapat pada susu. Di dalam tubuh, penguraian laktosa dilakukan oleh enzim laktase. Enzim ini umumnya sudah berhenti diproduksi oleh tubuh di usia 40-an. Laktosa yang tidak dapat dicerna ini kemudian masuk ke dalam usus, mengalami proses fermentasi (peragian), dan terjadilah perut kembung.
Gangguan ini juga sering dikeluhkan oleh wanita yang memasuki masa menopause. Namun para ahli belum menemukan kaitan yang jelas antara gangguan kembung dengan menopause. Menurut dr. Arya, turunnya kadar estrogen dalam tubuh mungkin berpengaruh menurunkan aktivitas proses pencernaan makanan sehingga mengakibatkan perut kembung.