"Salah satu masalah terbesar buat saya adalah ketika saya harus bicara di depan banyak orang," kata Ira, mantan karyawan di sebuah penerbitan. Teman kerja Ira mengakui, Ira orang yang pandai, teman-teman menyebutnya 'kamus berjalan', punya banyak ide, baik hati, dan menyenangkan bekerja sama dengannya. Tapi Ira memang pendiam, Ia tidak banyak bicara dalam setiap rapat. Hampir semua rekan kerjanya merasa yakin bahwa Ira akan mendapat promosi menggantikan seorang atasan yang sudah pensiun. Namun kenyataan berkata lain. Ira terlibas. Ia masih tetap pada posisi senior. Pimpinan menempatkan orang lain yang pandai bicara, meski sang pesaing tak sepandai Ira dan baru beberapa bulan masuk dengan posisi yang sama dengan Ira.
Merasa yakin kariernya tidak akan berkembang, Ira tak ingin membuang waktu. Ia berhenti dari pekerjaannya dan segera mengembangkan bisnisnya sendiri. "Anak buah saya tidak banyak. Tim saya kecil, hanya 3 orang, sehingga saya tidak mengalami kesulitan ketika berbicara dengan mereka," lanjut Ira, yang kini telah berhasil mengembangkan bisnis busana berbasis online.
Hampir seratus tahun lalu Carl Gustaf Jung, psikolog asal Swiss, mengemukakan gagasannya tentang kepribadian ekstrover dan introver. Bahwa ada orang dengan kepribadian ekstrover, yaitu orang yang dengan terbuka berbicara apa saja, serta menjadi bersemangat ketika berada di antara banyak orang. Sementara, orang dengan kepribadian introver adalah orang yang tidak banyak bicara dan butuh waktu untuk menyendiri ketika ingin mendapatkan kembali energinya.
Dalam budaya kerja, orang dengan kepribadian ekstrover cenderung mengalami peningkatan karier lebih cepat. Tetapi bagaimana dengan orang yang lebih senang bekerja sendiri, jauh dari meja rapat yang membuat dia bosan? Bagi orang introver, bekerja dalam tim, berpikir bersama, membangun jejaring, malah tidak akan memicu ide kreatif mereka. Sebaliknya, ketika mereka dibiarkan sendiri, orang introver memiliki ide yang luar biasa, menjadi temankerja yang menyenangkan, serta bisa menjadi pemimpin yang cerdas. Bagaimana karier si introver ini dapat meningkat dalam budaya kerja yang ekstrover?
Mahatma Gandhi dan Eleanor Roosvelt adalah orang-orang introver yang mampu berbicara dan mempresentasikan gagasan mereka kepada dunia -yang sebenarnya bukanlah tipe kepribadian mereka, tetapi mereka harus melakukannya. Dunia kerja sekarang ini didominasi oleh orang ekstrover, karena itu banyak orang introver berpura-pura ingin tampil, karena mereka sadar bahwa itulah cara untuk bisa sukses.
Susan Cain, dalam bukunya Quiet, The Power of Introverts in a World That Can't Stop Talking menjelaskan mengapa ekstrover dianggap ideal dalam budaya kerja. Budaya kerja ekstrover berawal dari tradisi debat kampus pada awal tahun 1900-an di Amerika untuk mencari calon pemimpin yang andal. Tapi betulkah hanya orang ekstrover saja yang layak menjadi bos? Sebuah penelitian oleh Wharton School di University of Pennsylvania, Amerika, menyebut bahwa orang introver dapat menjadi bos yang efektif kalau mereka memberi kesempatan kepada para stafnya untuk mengembangkan dan mengungkapkan gagasannya, tanpa menjadi pusat perhatian.
Namun, terlepas dari apakah Anda ekstrover atau introver, yang dibutuhkan orang untuk melahirkan gagasan atau ide adalah lingkungan yang nyaman. Bagi Anda yang berada pada posisi atasan, saat proses penerimaan calon karyawan tak ada salahnya menanyakan lingkungan kerja seperti apa yang bisa membuatnya kreatif dan bersemangat. Bagi Anda yang introver dan harus nyemplung ke dalam 'kolam' ekstrover, tak ada salahnya memberikan informasi tentang diri Anda tentang suasana kerja seperti apa yang membuat Anda bisa menjadi lebih kreatif.
Merasa yakin kariernya tidak akan berkembang, Ira tak ingin membuang waktu. Ia berhenti dari pekerjaannya dan segera mengembangkan bisnisnya sendiri. "Anak buah saya tidak banyak. Tim saya kecil, hanya 3 orang, sehingga saya tidak mengalami kesulitan ketika berbicara dengan mereka," lanjut Ira, yang kini telah berhasil mengembangkan bisnis busana berbasis online.
Hampir seratus tahun lalu Carl Gustaf Jung, psikolog asal Swiss, mengemukakan gagasannya tentang kepribadian ekstrover dan introver. Bahwa ada orang dengan kepribadian ekstrover, yaitu orang yang dengan terbuka berbicara apa saja, serta menjadi bersemangat ketika berada di antara banyak orang. Sementara, orang dengan kepribadian introver adalah orang yang tidak banyak bicara dan butuh waktu untuk menyendiri ketika ingin mendapatkan kembali energinya.
Dalam budaya kerja, orang dengan kepribadian ekstrover cenderung mengalami peningkatan karier lebih cepat. Tetapi bagaimana dengan orang yang lebih senang bekerja sendiri, jauh dari meja rapat yang membuat dia bosan? Bagi orang introver, bekerja dalam tim, berpikir bersama, membangun jejaring, malah tidak akan memicu ide kreatif mereka. Sebaliknya, ketika mereka dibiarkan sendiri, orang introver memiliki ide yang luar biasa, menjadi temankerja yang menyenangkan, serta bisa menjadi pemimpin yang cerdas. Bagaimana karier si introver ini dapat meningkat dalam budaya kerja yang ekstrover?
Mahatma Gandhi dan Eleanor Roosvelt adalah orang-orang introver yang mampu berbicara dan mempresentasikan gagasan mereka kepada dunia -yang sebenarnya bukanlah tipe kepribadian mereka, tetapi mereka harus melakukannya. Dunia kerja sekarang ini didominasi oleh orang ekstrover, karena itu banyak orang introver berpura-pura ingin tampil, karena mereka sadar bahwa itulah cara untuk bisa sukses.
Susan Cain, dalam bukunya Quiet, The Power of Introverts in a World That Can't Stop Talking menjelaskan mengapa ekstrover dianggap ideal dalam budaya kerja. Budaya kerja ekstrover berawal dari tradisi debat kampus pada awal tahun 1900-an di Amerika untuk mencari calon pemimpin yang andal. Tapi betulkah hanya orang ekstrover saja yang layak menjadi bos? Sebuah penelitian oleh Wharton School di University of Pennsylvania, Amerika, menyebut bahwa orang introver dapat menjadi bos yang efektif kalau mereka memberi kesempatan kepada para stafnya untuk mengembangkan dan mengungkapkan gagasannya, tanpa menjadi pusat perhatian.
Namun, terlepas dari apakah Anda ekstrover atau introver, yang dibutuhkan orang untuk melahirkan gagasan atau ide adalah lingkungan yang nyaman. Bagi Anda yang berada pada posisi atasan, saat proses penerimaan calon karyawan tak ada salahnya menanyakan lingkungan kerja seperti apa yang bisa membuatnya kreatif dan bersemangat. Bagi Anda yang introver dan harus nyemplung ke dalam 'kolam' ekstrover, tak ada salahnya memberikan informasi tentang diri Anda tentang suasana kerja seperti apa yang membuat Anda bisa menjadi lebih kreatif.
Immanuella Rachmani
Konsultan: Yoserina Muharmi, Psi (Konsultan SDM)