Pernahkah Anda mengalami hal mirip berikut ini; ingin cuti seminggu, dan dari jauh-jauh hari Anda sudah menabung pekerjaan. Beberapa proyek yang masih tanggung sudah dibagi dengan bawahan, dengan maksud didelegasikan padanya saat cuti nanti. Surat permohonan cuti pun sudah diajukan sebulan di muka sesuai prosedur. Tapi kenapa atasan Anda, bos besar dalam perusahaan, mengatakan “TIDAK”?
Berbagai alasan dikemukakannya, dan setelah Anda meruntuhkan argumentasinya satu demi satu, ia tetap mengatakan “TIDAK”. Ada apa sebenarnya? Rasanya tidak pantas perlakuan seperti itu ditimpakan pada posisi Anda sebagai manajer, yang bertanggungjawab langsung kepadanya selaku CEO. Atau jangan-jangan, ia jenis bos yang menganut falsafah, “Kalau bisa dibuat susah, mengapa harus dibuat mudah?”
Aduh. Rasanya kapok dan ingin resign. Tapi, jangan terbawa emosi. Anda tidak sendiri, kok. Memang di dunia ini ada jenis orang yang benar-benar sulit, yang selalu berusaha menampilkan sikap sesulit mungkin. Bayangkan aktris beken yang kebutuhannya untuk tampil di panggung tidak pernah bisa terpenuhi. Atau kepala divisi yang selalu meningkatkan target yang harus dicapai anak buahnya.
Teorinya, orang yang sulit terkesan sengaja melakukan provokasi untuk memuaskan dirinya sendiri. Ia suka memoles ‘ilmunya’ bagaikan sebuah karya seni. Seringkali pesan yang tersimpan di baliknya adalah, “Kecuali kamu setuju dengan aku dan menuruti kehendakku, kamu akan menyesal.”
Salah satu pertanda bahwa seseorang berusaha mengintimidasi atau memanipulasi orang lain adalah, ia menampilkan perilaku yang disebut protean – tindakan yang dilakukan secara acak dan tidak terduga. Ia bagaikan diktator yang sengaja membuat anak buahnya selalu bingung, juga cemas. Ada pula yang melakukan provokasi ini secara lebih samar-samar. Di dunia musik dikenal Duke Ellington, legenda jazz di Amerika Serikat. Ia dikenal suka menimbulkan persaingan berat dan permusuhan di antara pemain bandnya. Ia percaya itu akan membuat musiknya semakin ‘panas’.