Keinginan Windri Widiesta Dhari (40) untuk membuka bisnis busana muslim terinspirasi dari pengalaman pribadinya yang dulu sempat sulit menemukan gaya hijab yang simpel tapi stylish. Mantan General Manager di sebuah perusahaan travel milik BUMN ini pun memberanikan diri meluncurkan brand NurZahra (yang berarti "cahaya yang bersinar") pada tahun 2009. Meski tidak memiliki latar belakang fashion designer, tetapi Windri lebih mengandalkan selera dan kejeliannya mengamati tren fashion dunia.
Beruntung di tahun 2010, ia mendapat tawaran membuka butik di Grand Indonesia. Meski hanya setahun, tetapi cukup untuk memperkuat positioning brand-nya. Keunikan NurZahra terletak pada potongan busananya yang loose, simpel dan berkesan modern, ditambah dengan beragam outer wear berbahan cotton organic dan high quality jersey. Sementara koleksi premiumnya, The Heritage Indigo Batik, mengangkat bahan batik indigo dan shibori (teknik tye dye dari Jepang).
Meski belum memiliki butik khusus, namun Windri rajin memamerkan koleksi NurZahra melalui dunia maya. Tak heran jika kemudian Windri kebanjiran order dari Malaysia, Kanada, hingga Eropa.
Tahun 2013, Windri terpilih menjadi salah satu peserta workshop Indonesia Fashion Forward -program dari Jakarta Fashion Week (JFW) untuk mempersiapkan desainer lokal memasuki pasar internasional -dan berkesempatan memamerkan koleksinya di JFW 2014. Kesuksesannya di ajang bergengsi ini, membawa NurZahra untuk berkiprah di Mercedes-Benz Fashion Week, Maret lalu. Langkah Windri ini memantapkan ekspansi NurZahra ke pasar global.
"Saya merasa jauh lebih bahagia karena bisa berbisnis di bidang yang saya suka, punya kebebasan waktu bersama keluarga, dan dapat menjalankan syi'ar," pungkas wanita yang dalam waktu dekat ini akan membuka online shop dan butik di mancanegara.
Beruntung di tahun 2010, ia mendapat tawaran membuka butik di Grand Indonesia. Meski hanya setahun, tetapi cukup untuk memperkuat positioning brand-nya. Keunikan NurZahra terletak pada potongan busananya yang loose, simpel dan berkesan modern, ditambah dengan beragam outer wear berbahan cotton organic dan high quality jersey. Sementara koleksi premiumnya, The Heritage Indigo Batik, mengangkat bahan batik indigo dan shibori (teknik tye dye dari Jepang).
Meski belum memiliki butik khusus, namun Windri rajin memamerkan koleksi NurZahra melalui dunia maya. Tak heran jika kemudian Windri kebanjiran order dari Malaysia, Kanada, hingga Eropa.
Tahun 2013, Windri terpilih menjadi salah satu peserta workshop Indonesia Fashion Forward -program dari Jakarta Fashion Week (JFW) untuk mempersiapkan desainer lokal memasuki pasar internasional -dan berkesempatan memamerkan koleksinya di JFW 2014. Kesuksesannya di ajang bergengsi ini, membawa NurZahra untuk berkiprah di Mercedes-Benz Fashion Week, Maret lalu. Langkah Windri ini memantapkan ekspansi NurZahra ke pasar global.
"Saya merasa jauh lebih bahagia karena bisa berbisnis di bidang yang saya suka, punya kebebasan waktu bersama keluarga, dan dapat menjalankan syi'ar," pungkas wanita yang dalam waktu dekat ini akan membuka online shop dan butik di mancanegara.
Shinta Kusuma