Ketika hendak memutuskan untuk mencoba sebuah tantangan baru yang telah lama kita dambakan: membuka butik, menjadi konsultan spa, mengejar gelar master di bidang marketing communication, lagi-lagi keraguan menghadang, “Siapkah saya?”
Setiap perubahan membutuhkan “harga” tersendiri. Salah satu yang paling menakutkan adalah masalah keuangan. Karenanya, sebelum memutuskan untuk banting stir dari pegawai kantoran menjadi wirausaha, menurut financologist Alviko Ibnugroho, Anda perlu merencanakan finansial yang matang. Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
Apakah ada kenaikan penghasilan dengan Anda membuka usaha?
Karena kenaikan penghasilan biasanya diikuti oleh kenaikan harga-harga kebutuhan lain yang berdampak pada makin besarnya pengeluaran walaupun kebutuhan kita tetap.
Apakah ada penghasilan tambahan di luar usaha tersebut?
Penghasilan yang dimaksud adalah hasil investasi yang telah ditanamkan beberapa tahun sebelumnya. Pendapatan tambahan ini sangat membantu kestabilan keuangan kita.
Bagaimana kondisi perekonomian negara kita?
Untuk itu, Anda harus aktif mengikuti perkembangan ekonomi makro dari berbagai media. Poin terpenting dalam hal ini adalah bagaimana tingkat investasi kita bisa selalu di atas rata-rata tingkat inflasi yang ada.
Apakah antisipasi risiko bila terjadi kegagalan investasi atau usaha?
Antisipasi ini hanya bisa dilakukan dengan melakukan diversifikasi investasi yang tersedia di pasar keuangan. Untuk itu Anda perlu memilih jenis investasi yang memiliki prospek cerah di tahun tersebut.
Bagaimana mengantisipasi risiko tak terduga?
Risiko tak terduga bisa berupa risiko sesaat (misalnya sakit atau kehilangan penghasilan) maupun risiko jangka panjang (misalnya cacat tetap atau kematian). Semua ini hanya bisa diantisipasi dengan melakukan manajemen risiko melalui persiapan dana darurat dan asuransi.
(bersambung)
Shinta Kusuma