Bila kini Anda masih berusia awal 40-an, bayangan pensiun mungkin masih terasa jauh. Tapi, jangan lengah, karena waktu kerap melesat begitu pesat, dan tahu-tahu masa pensiun sudah di depan mata. Anda pun panik, karena sama sekali belum membuat persiapan untuk menghadapinya: mau melakukan apa untuk mengisi waktu sehari-hari yang biasanya terpakai untuk bekerja di kantor? Bagaimana pula rasanya bila tidak lagi punya penghasilan (tetap)?
Dewi Dewo, psikolog yang juga hipnoterapis dan konsultan perkawinan, mengatakan menjelang memasuki masa pensiun biasanya orang mengalami gejolak emosi yang cukup ekstrem, baik yang positif maupun negatif. Di satu sisi, ia merasa excited karena bakal terbebas dari tekanan pekerjaan, tak harus bangun pagi-pagi lagi, dan terbebas dari perangkap kemacetan. Namun di sisi lain, juga muncul berbagai rasa cemas, terutama bila membayangkan bakal tak punya penghasilan lagi. “Dengan persiapan yang seksama dan dilakukan jauh-jauh hari, kita bisa meminimalisasi semua gejolak itu, terutama yang negatif, termasuk post power syndrome,” kata Dewi yang sejak dua tahun lalu pensiun dari Femina Group dan mulai menjalani karier keduanya itu.
Berikut sejumlah tip dari Dewi agar Anda siap lahir batin menghadapi episode baru pasca pensiun, khususnya bila bermaksud memulai sebuah karier baru.
5 tahun menjelang D-day
Sadari bahwa waktu pensiun sudah semakin dekat.
1. Lakukan evaluasi secara serius menyangkut posisi Anda saat ini: karier, kondisi finansial (gaji dan tabungan Anda saat ini), minat dan impian pribadi.
2. Mulai membuat visualisasi menyangkut kegiatan apa saja yang ingin Anda lakukan setelah pensiun kelak.
3 tahun menjelang D-day
Mulai memikirkan langkah-langkah untuk mewujudkan apa yang ingin Anda lakukan atau pekerjaan apa yang ingin dijalani setelah pensiun.
1. Mulai membayangkan ingin menjadi siapa Anda kelak (Who I Will Be). Menurut Dewi, tahapan Who I Will Be ini masih bisa berubah-ubah seiring dengan banyaknya pilihan yang tersedia, meskipun baru sebatas teori dan angan-angan.
2. Mulai mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang profesi atau kegiatan yang ingin Anda lakukan setelah pensiun. Mungkin Anda harus menimba ilmu lagi sebagai tambahan bekal untuk memulai profesi baru Anda –misalnya mengikuti berbagai kursus untuk mendapatkan sertifikasi, bila bermaksud membuka praktik konsultasi, usaha jasa, dan sebagainya.
3. Mulai mengalokasikan dana untuk keperluan tersebut. Menurut Dewi, salah satu keuntungan merencanakan jauh-jauh hari adalah kita bisa lebih leluasa menggunakan uang tabungan untuk keperluan ini, karena kita masih bekerja dan punya penghasilan tetap untuk hidup sehari-hari. Jangan menganggap biaya ini sebagai ‘buang-buang uang’, melainkan sebagai investasi yang penting.
Dewi Dewo, psikolog yang juga hipnoterapis dan konsultan perkawinan, mengatakan menjelang memasuki masa pensiun biasanya orang mengalami gejolak emosi yang cukup ekstrem, baik yang positif maupun negatif. Di satu sisi, ia merasa excited karena bakal terbebas dari tekanan pekerjaan, tak harus bangun pagi-pagi lagi, dan terbebas dari perangkap kemacetan. Namun di sisi lain, juga muncul berbagai rasa cemas, terutama bila membayangkan bakal tak punya penghasilan lagi. “Dengan persiapan yang seksama dan dilakukan jauh-jauh hari, kita bisa meminimalisasi semua gejolak itu, terutama yang negatif, termasuk post power syndrome,” kata Dewi yang sejak dua tahun lalu pensiun dari Femina Group dan mulai menjalani karier keduanya itu.
Berikut sejumlah tip dari Dewi agar Anda siap lahir batin menghadapi episode baru pasca pensiun, khususnya bila bermaksud memulai sebuah karier baru.
5 tahun menjelang D-day
Sadari bahwa waktu pensiun sudah semakin dekat.
1. Lakukan evaluasi secara serius menyangkut posisi Anda saat ini: karier, kondisi finansial (gaji dan tabungan Anda saat ini), minat dan impian pribadi.
2. Mulai membuat visualisasi menyangkut kegiatan apa saja yang ingin Anda lakukan setelah pensiun kelak.
3 tahun menjelang D-day
Mulai memikirkan langkah-langkah untuk mewujudkan apa yang ingin Anda lakukan atau pekerjaan apa yang ingin dijalani setelah pensiun.
1. Mulai membayangkan ingin menjadi siapa Anda kelak (Who I Will Be). Menurut Dewi, tahapan Who I Will Be ini masih bisa berubah-ubah seiring dengan banyaknya pilihan yang tersedia, meskipun baru sebatas teori dan angan-angan.
2. Mulai mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang profesi atau kegiatan yang ingin Anda lakukan setelah pensiun. Mungkin Anda harus menimba ilmu lagi sebagai tambahan bekal untuk memulai profesi baru Anda –misalnya mengikuti berbagai kursus untuk mendapatkan sertifikasi, bila bermaksud membuka praktik konsultasi, usaha jasa, dan sebagainya.
3. Mulai mengalokasikan dana untuk keperluan tersebut. Menurut Dewi, salah satu keuntungan merencanakan jauh-jauh hari adalah kita bisa lebih leluasa menggunakan uang tabungan untuk keperluan ini, karena kita masih bekerja dan punya penghasilan tetap untuk hidup sehari-hari. Jangan menganggap biaya ini sebagai ‘buang-buang uang’, melainkan sebagai investasi yang penting.
(bersambung)
Tina Savitri