Produk-produk yang dijual di butik Woro dibanderol dengan harga cukup tinggi, karena ia memang senagaja menyasar kelas menengah atas. “Karena desain saya lain, daripada yang lain. Selain juga saya menggunakan bahan-bahan bagus, seperti linen Italia, katun Jepang, atau sutra Makassar.”
Menurut istri Budhiarto Ismawan ini, setiap model paling banter hanya buat 4-5 baju. Setelah itu ia membuat modifikasi, misalnya di bagian kerah dan lengan.
Saat ini, koleksi Butik Woro kebanyakan kebaya border dan busana berdetail opnaisel. Dua jenis pakaian ini memang andalannya. Menurut ibu empat anak ini, ia selalu membuat desain yang simpel tapi cute. Dengan desain seperti itu, produknya pun mudah diterima oleh berbagai kalangan, dari muslim tradisional hingga modern.
“Dulu ada kesan baju muslim itu ‘kampungan banget’, jadul. Saya berusaha keras membuat baju-baju muslim dengan desain masa kini sekaligus berkelas. Sekarang, orang pergi ke pesta kawin malah bangga memakai baju muslim,” katanya.
Produk Woro tak hanya dikenal di Jakarta, namun sudah melanglang buana sampai Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Woro menembus pasar mancanegara lewat pameran dagang. Antara lain ia rutin mengikuti pameran setiap bulan di Singapura. Bahkan, setiap menjelang lebaran, ia bisa bolak-balik 3-4 kali ke Singapura dalam sebulan. “Konsumen saya ingin bertemu langsung dengan saya. Lucunya, saya lebih dikenal di Singapura ketimbang di Jakarta.”
Karena itu, Woro membuka galeri di Singapura, yang berlokasi di lantai dasar rumahnya, di Ceylond Road. Ia lebih banyak mengurus butiknya di Singapura, sementara butik di Jakarta dikelola oleh puterinya, Anggita Madeira Indol. Konsumen atau buyer dari Malaysia dan Brunei lebih suka datang langsung ke butik di Jakarta.