Kenaikan harga BBM pasti diikuti kenaikan harga kebutuhan pokok. Tapi ketika harga BBM anjlok, mengapa harga kebutuhan pokok tidak ikut terjun bebas?
Logika sederhana bagi para ibu yang setiap hari berkutat mengurus keuangan keluarga. Kenaikan harga BBM selalu diikuti melambungnya harga kebutuhan pokok –yang tidak secara bersamaan diikuti kenaikan gaji. Rasanya, uang jadi impoten sebagai alat tukar. Uang berapapun besarnya yang baru ditarik dari mesin ATM segera menguap. Untuk membeli apa? Wujud bendanya nyaris tak tampak. Ini hanya untuk kebutuhan primer: bahan pangan, listrik, air, klub kebugaran, dan biaya kuliah atau sekolah anak. Untuk kebutuhan sekunder dan tersier apalagi. Mungkin kita harus menggali kocek lebih dalam untuk mendapatkan barang yang bermutu, dan menggali lebih dalam lagi untuk membeli euro, paundsterling, atau dolar untuk liburan keluarga.
Betul gaji akan naik setiap tahun mengikuti laju inflasi. Hanya saja, kenaikannya secara umum tidak jauh berbeda dari tingkat inflasi. Inflasi yang diperkirakan sebesar 7.5% dikejar dengan kenaikan gaji 6% para pegawai negeri, dan 5% – 7% kenaikan gaji pegawai swasta. Itu pun sangat tergantung sektor industrinya. Industri retail dan consumer goods akan mengejar dengan kenaikan gaji sebesar 10%, sedangkan sektor industri tambang hanya 5%.
Pada kenyataannya pun kenaikan gaji kerap diikuti dengan meningkatnya standar hidup, misalnya menambah akuarium, tidak hanya akuarium ikan air tawar tetapi juga akuarium ikan laut –yang tentu perlu perawatan khusus- atau membeli mobil baru. Padahal mengadakan barang-barang tersebut berarti membuat pos baru, yang belum tentu pos pengeluaran baru ini bisa ditanggung. Bila standar hidup tidak dikontrol, kenaikan gaji tetap tidak dapat meng-cover seluruh kebutuhan hidup.
Apa yang bisa dihemat?
Menurunkan kualitas bahan pangan, tentu bukan keputusan bijak. Yang paling mungkin adalah mengurangi kebiasaan makan di restoran. Mengurangi biaya pendidikan, juga tidak mungkin. Berhenti menjadi anggota klub kebugaran, juga bukan pilihan karena bagi Anda tubuh bugar juga modal Anda –agar tetap sehat dan produktif. Beberapa hal ini akan mengubah kondisi keuangan Anda, sehingga Anda perlu mengubah strategi keuangan keluarga.
Listrik
Awal tahun ini pemerintah akan menerapkan kebijakan baru di bidang tarif listrik yang disebut tarif listrik adjustment. Artinya tarif listrik yang akan Anda bayar tiap bulan bisa berbeda tergantung nilai tukar rupiah terhadap dolar (Amerika Serikat), harga minyak Indonesia, dan inflasi. Kebijakan yang diberlakukan mulai 1 Januari 2015 ini berlaku bagi pelanggan rumah tangga dengan daya 1.300 VA hingga 5.500 VA, dan pelanggan industri. Apakah ini berarti Anda dapat menghemat? Bisa, asalkan kondisi rupiah menguat.
Air bersih
Tarif progresif sebesar 10.000.- rupiah per kubik akan diterapkan pada tahun ini. Pelanggan air bersih yang menggunakan air hingga 10 kubik berbulan akan dikenai tarif sebesar 3.550 rupiah per kubik. Untuk pemakaian selanjutnya akan dikenai tarif 10.000. rupiah per kubik. Untuk air tentu Anda dapat menghemat penggunaannya, karena pemberlakuan tarif ini bertujuan agar kita menghemat air.
Selain sektor rumah tangga, biaya pendidikan akan mengalami kenaikan sesuai laju inflasi, yakni 5%-10% untuk pendidikan tinggi. Sementara di banyak bidang lain, tarif juga ikutan naik. Nah, karena Anda dikepung dengan kenaikan harga, cara termudah menyiasati keuangan keluarga adalah menjaga standar hidup. Bila standar hidup Anda ikut-ikut naik, uang Anda akan semakin impoten.
Logika sederhana bagi para ibu yang setiap hari berkutat mengurus keuangan keluarga. Kenaikan harga BBM selalu diikuti melambungnya harga kebutuhan pokok –yang tidak secara bersamaan diikuti kenaikan gaji. Rasanya, uang jadi impoten sebagai alat tukar. Uang berapapun besarnya yang baru ditarik dari mesin ATM segera menguap. Untuk membeli apa? Wujud bendanya nyaris tak tampak. Ini hanya untuk kebutuhan primer: bahan pangan, listrik, air, klub kebugaran, dan biaya kuliah atau sekolah anak. Untuk kebutuhan sekunder dan tersier apalagi. Mungkin kita harus menggali kocek lebih dalam untuk mendapatkan barang yang bermutu, dan menggali lebih dalam lagi untuk membeli euro, paundsterling, atau dolar untuk liburan keluarga.
Betul gaji akan naik setiap tahun mengikuti laju inflasi. Hanya saja, kenaikannya secara umum tidak jauh berbeda dari tingkat inflasi. Inflasi yang diperkirakan sebesar 7.5% dikejar dengan kenaikan gaji 6% para pegawai negeri, dan 5% – 7% kenaikan gaji pegawai swasta. Itu pun sangat tergantung sektor industrinya. Industri retail dan consumer goods akan mengejar dengan kenaikan gaji sebesar 10%, sedangkan sektor industri tambang hanya 5%.
Pada kenyataannya pun kenaikan gaji kerap diikuti dengan meningkatnya standar hidup, misalnya menambah akuarium, tidak hanya akuarium ikan air tawar tetapi juga akuarium ikan laut –yang tentu perlu perawatan khusus- atau membeli mobil baru. Padahal mengadakan barang-barang tersebut berarti membuat pos baru, yang belum tentu pos pengeluaran baru ini bisa ditanggung. Bila standar hidup tidak dikontrol, kenaikan gaji tetap tidak dapat meng-cover seluruh kebutuhan hidup.
Apa yang bisa dihemat?
Menurunkan kualitas bahan pangan, tentu bukan keputusan bijak. Yang paling mungkin adalah mengurangi kebiasaan makan di restoran. Mengurangi biaya pendidikan, juga tidak mungkin. Berhenti menjadi anggota klub kebugaran, juga bukan pilihan karena bagi Anda tubuh bugar juga modal Anda –agar tetap sehat dan produktif. Beberapa hal ini akan mengubah kondisi keuangan Anda, sehingga Anda perlu mengubah strategi keuangan keluarga.
Listrik
Awal tahun ini pemerintah akan menerapkan kebijakan baru di bidang tarif listrik yang disebut tarif listrik adjustment. Artinya tarif listrik yang akan Anda bayar tiap bulan bisa berbeda tergantung nilai tukar rupiah terhadap dolar (Amerika Serikat), harga minyak Indonesia, dan inflasi. Kebijakan yang diberlakukan mulai 1 Januari 2015 ini berlaku bagi pelanggan rumah tangga dengan daya 1.300 VA hingga 5.500 VA, dan pelanggan industri. Apakah ini berarti Anda dapat menghemat? Bisa, asalkan kondisi rupiah menguat.
Air bersih
Tarif progresif sebesar 10.000.- rupiah per kubik akan diterapkan pada tahun ini. Pelanggan air bersih yang menggunakan air hingga 10 kubik berbulan akan dikenai tarif sebesar 3.550 rupiah per kubik. Untuk pemakaian selanjutnya akan dikenai tarif 10.000. rupiah per kubik. Untuk air tentu Anda dapat menghemat penggunaannya, karena pemberlakuan tarif ini bertujuan agar kita menghemat air.
Selain sektor rumah tangga, biaya pendidikan akan mengalami kenaikan sesuai laju inflasi, yakni 5%-10% untuk pendidikan tinggi. Sementara di banyak bidang lain, tarif juga ikutan naik. Nah, karena Anda dikepung dengan kenaikan harga, cara termudah menyiasati keuangan keluarga adalah menjaga standar hidup. Bila standar hidup Anda ikut-ikut naik, uang Anda akan semakin impoten.
Immanuella Rachmani
Dari berbagai sumber