Peminat jasa ini cukup banyak, sebagian besar berusia 20 – 40 tahun. “Pemasaran kami memang lebih banyak melalui email dan internet. Karena itu kebanyakan peserta tur adalah pekerja kantoran yang sering membuka email atau browsing internet,” kata Daisya. Dalam setahun, biasanya ia membuat 12 program ke luar negeri, tergantung dari banyaknya long weekend dalam setahun. Di antara program rutin, ia juga mengantar rombongan yang minta pengaturan program perjalanan secara individual.
“Sebulan, biasanya ada 2 kali perjalanan atau 3 jika musim liburan,” lanjut Daisya. Jadwal ini cukup padat, apalagi hanya 2 orang yang secara bergantian bertugas mengantar rombongan tur ke luar negeri, yaitu Daisya sendiri dan rekan usahanya.
Tur khusus ini bisa saja mengalami kejadian tak terduga di perjalanan. Misalnya jika terjadi keterlambatan jadwal penerbangan, bisa 'merusak' jadwal perjalanan. Hal ini biasanya diatasi dengan 'improvisasi'. “Peserta tur umumnya bisa mengerti, bahkan mereka menghargai usaha saya agar jadwal tidak terganggu,” kata Daisya lagi.
[Ingin tahu cara promosi bisnis gratis? Baca tip promosi bisnis online]
Menjaga hubungan baik dengan klien memang penting, terutama belakangan semakin banyak jasa perjalanan serupa bermunculan, bahkan menawarkan harga lebih murah. “Sebaiknya konsumen mencermati setiap paket tur murah, misalnya apa jenis akomodasinya,” tambah Daisya.
Dalam hal akomodasi, Daisya menjamin bahwa meski paket turnya termasuk ekonomis, ia selalu memilih akomodasi yang bersih dan nyaman, sekelas hotel bintang 3, dan berada di tengah kota untuk memudahkan mobilitas. Selain itu, kota tujuan wisata pun dipilih dengan hati-hati agar tidak mengecewakan peserta tur.
Kepuasan membuat peserta tur kembali menggunakan jasa Explore Indonesia. Untuk itu Daisya memberikan diskon khusus. Namun pernah juga Daisya dikecewakan oleh calon konsumen. Setelah ia merancang jadwal perjalanan khusus yang padat namun ekonomis, ternyata mereka menggunakan informasi detail yang diberikan untuk melakukan perjalanan sendiri. “Mulai saat itu, saya berhati-hati untuk menjelaskan jadwal perjalanan. Karena bisnis saya ini lebih ke arah jasa pengaturan perjalanan,” Daisya membagi tipnya.
Bisnis ini bisa juga mengalami kerugian. Namun Daisya selalu melihatnya dari sisi positif. “Saya anggap kerugian itu ongkos yang harus saya bayar untuk jalan-jalan. Karena saya memang hobi travelling yang menantang sejak dulu. Bahkan di tingkat 2 saat mahasiswa, saya sering bepergian sendiri ke Eropa sendiri,” tuturnya. Untuk tetap bertahan di bisnis ini, Daisya berusaha terus menambah tujuan wisata. Kalau tadinya hanya di seputar Asean, Hong Kong, Cina, dan Jepang, ia berencara memperluas ke Nepal dan Eropa.