Riset dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang dilansir di Konferensi Pers Manulife Investor Sentiment Index mengemukakan fakta yang memprihatinkan. Pada konferensi pers yang dilaksanakan pada 25 September ini, OJK menyebutkan indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia baru 21,8 persen. Artinya, baru 52 juta dari 240 juta jiwa penduduk Indonesia yang paham tentang industri keuangan dan produk jasa keuangan.
Enam produk keuangan yang tersedia di pasaran, hanya bank yang cukup dikenal masyarakat (57,28 persen). Hasil riset OJK juga menunjukkan, tingkat pemahaman paling rendah terdapat di pasar modal, yakni 0,11 persen. Sisanya hampir merata di sektor perasuransian (11,81 persen), lembaga pembiayaan (6,33 persen), pegadaian (5,04 persen), dan dana pensiun (1,53 persen).
Lemahnya, pemahaman masyarakat Indonesia ini mengakibatkan lemahnya rencana dana pensiun. Menurut Agus Sugiarto, Direktur Literasi dan Informasi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), belum meratanya tingkat literasi keuangan masyarakat menjadi penyebab belum meratanya tingkat utilitas keuangan. “Masyarakat masih memilih pola tradisional dalam menyimpan uang. Mereka masih memilih untuk menyimpan uangnya dalam bentuk tunai. Rendahnya tingkat utilitas dana pensiun ditengarai karena tingkat literasi dana pensiun juga masih rendah. Kesadaran masyarakat terhadap perlunya perencanaan pensiun juga masih rendah yang tercermin dari separuh responden yang tidak memiliki perencanaan masa pensiun,” papar Agus.
Enam produk keuangan yang tersedia di pasaran, hanya bank yang cukup dikenal masyarakat (57,28 persen). Hasil riset OJK juga menunjukkan, tingkat pemahaman paling rendah terdapat di pasar modal, yakni 0,11 persen. Sisanya hampir merata di sektor perasuransian (11,81 persen), lembaga pembiayaan (6,33 persen), pegadaian (5,04 persen), dan dana pensiun (1,53 persen).
Lemahnya, pemahaman masyarakat Indonesia ini mengakibatkan lemahnya rencana dana pensiun. Menurut Agus Sugiarto, Direktur Literasi dan Informasi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), belum meratanya tingkat literasi keuangan masyarakat menjadi penyebab belum meratanya tingkat utilitas keuangan. “Masyarakat masih memilih pola tradisional dalam menyimpan uang. Mereka masih memilih untuk menyimpan uangnya dalam bentuk tunai. Rendahnya tingkat utilitas dana pensiun ditengarai karena tingkat literasi dana pensiun juga masih rendah. Kesadaran masyarakat terhadap perlunya perencanaan pensiun juga masih rendah yang tercermin dari separuh responden yang tidak memiliki perencanaan masa pensiun,” papar Agus.
Monika Erika