Sesuai namanya, 'pos dana dan bantuan sosial’ adalah anggaran yang dikeluarkan untuk keperluan atau acara-acara sosial. Misalnya, angpao untuk perkawinan atau khitanan, sumbangan kematian, bantuan dana untuk orang yang sakit, dan sebagainya. Menurut perencana keuangan Prita H. Ghozie, dana sosial adalah pengeluaran tidak rutin yang bisa dipilih: mau dikeluarkan atau tidak. Karena sifatnya yang tak wajib itu, dana sosial dimasukkan ke dalam pos lifestyle.
Kalau dilihat sekilas, pos dana sosial ini sepertinya tidak terlalu penting. Bahkan cenderung kita pandang sebelah mata. Tapi, jangan salah. Bila tidak dimasukkan dalam perhitungan yang cermat, pos ini bisa menyedot sebagian besar penghasilan. Ujung-ujungnya bisa mengganggu arus kas bulanan Anda. Karena itu, menurut Prita, dana sosial seharusnya dibuat sebagai pos sendiri. Besar atau kecilnya anggaran untuk pos ini, tergantung pada masing-masing keluarga. “Tapi, idealnya tidak lebih dari lima persen dari penghasilan,” ujar Prita.
Pantasnya berapa, ya?
Walaupun penentuan besar pos sosial tergantung pada kesepakatan Anda dan suami, ada dua hal yang tetap harus diperhatikan saat menetapkannya. Pertama, jangan sampai berutang. Keluarkanlah dana ini sesuai kemampuan. Mungkin Anda berpikir, kakak Anda dulu banyak membantu Anda, sehingga sudah sewajarnya Anda membantu habis-habisan perhelatan perkawinan anaknya. Atau, mungkin Anda berpikir soal gengsi atau rasa tidak enak bila tak ikut mengulurkan tangan.
Semua itu tentu boleh-boleh saja, tapi jika untuk itu Anda sampai harus berutang untuk memenuhinya, it’s a big no no. Jangan sampai hanya karena keluarga Anda dianggap paling mapan di antara yang lain, maka Anda harus melakukan apa saja, termasuk berutang. Karena, meskipun paling mapan, kondisi keuangan suatu keluarga terkadang fluktuatif. Cobalah jujur terhadap diri sendiri dan bersikaplah realistis dalam mengatur pengeluaran. Soal gengsi, lempar saja jauh-jauh. Toh, yang paling tahu kondisi keuangan keluarga Anda dan yang harus menanggung akibatnya adalah keluarga Anda sendiri.
Karena itu, bila ada undangan perkawinan kerabat dekat di luar kota, tapi Anda kebetulan sedang banyak pengeluaran, Anda cukup mengirim ucapan selamat dan angpao secukupnya. Dengan begitu, Anda tidak perlu menyediakan anggaran untuk transportasi dan akomodasi di luar kota, tapi tetap bisa berpartisipasi membantu keluarga.
Kedua, pastikan Anda telah menyisihkan dana untuk investasi pendidikan anak dan pensiun Anda. Tanggung jawab utama kita adalah terhadap keluarga inti dulu. Bila keperluan keluarga inti telah tercukupi –termasuk tabungan dan investasi masa depan—barulah kita bisa membantu anggota keluarga besar atau kerabat lainnya. Intinya, jangan ‘membahayakan’ keluarga sendiri. Ini bukan egoistis, melainkan realistis. Buktinya, bila terjadi sesuatu pada pesawat yang sedang Anda tumpangi, bukankah Anda disuruh mengenakan masker terlebih dulu, baru kemudian menolong orang lain?
Tentu saja kita juga bisa bersikap fleksibel. Misalnya, karena bulan ini sedang banyak perhelatan perkawinan, boleh saja Anda mengurangi dana pos lain –misalnya dana pensiun-- tapi jangan lupa untuk menggantinya pada bulan berikutnya. Toh, tidak setiap bulan Anda perlu mengeluarkan dana sosial dalam jumlah besar. Atau, jika Anda ingin menambah besarnya pos sosial per bulan, Anda bisa mengurangi dana gaul dan shopping Anda.
Yang perlu diingat, dana sosial yang dimaksud di sini bukan termasuk zakat atau sedekah yang memang wajib dikeluarkan sesuai imbauan agama masing-masing. Zakat adalah pengeluaran wajib yang harus dibuatkan pos tersendiri dan terlepas dari pos sosial.
Kalau dilihat sekilas, pos dana sosial ini sepertinya tidak terlalu penting. Bahkan cenderung kita pandang sebelah mata. Tapi, jangan salah. Bila tidak dimasukkan dalam perhitungan yang cermat, pos ini bisa menyedot sebagian besar penghasilan. Ujung-ujungnya bisa mengganggu arus kas bulanan Anda. Karena itu, menurut Prita, dana sosial seharusnya dibuat sebagai pos sendiri. Besar atau kecilnya anggaran untuk pos ini, tergantung pada masing-masing keluarga. “Tapi, idealnya tidak lebih dari lima persen dari penghasilan,” ujar Prita.
Pantasnya berapa, ya?
Walaupun penentuan besar pos sosial tergantung pada kesepakatan Anda dan suami, ada dua hal yang tetap harus diperhatikan saat menetapkannya. Pertama, jangan sampai berutang. Keluarkanlah dana ini sesuai kemampuan. Mungkin Anda berpikir, kakak Anda dulu banyak membantu Anda, sehingga sudah sewajarnya Anda membantu habis-habisan perhelatan perkawinan anaknya. Atau, mungkin Anda berpikir soal gengsi atau rasa tidak enak bila tak ikut mengulurkan tangan.
Semua itu tentu boleh-boleh saja, tapi jika untuk itu Anda sampai harus berutang untuk memenuhinya, it’s a big no no. Jangan sampai hanya karena keluarga Anda dianggap paling mapan di antara yang lain, maka Anda harus melakukan apa saja, termasuk berutang. Karena, meskipun paling mapan, kondisi keuangan suatu keluarga terkadang fluktuatif. Cobalah jujur terhadap diri sendiri dan bersikaplah realistis dalam mengatur pengeluaran. Soal gengsi, lempar saja jauh-jauh. Toh, yang paling tahu kondisi keuangan keluarga Anda dan yang harus menanggung akibatnya adalah keluarga Anda sendiri.
Karena itu, bila ada undangan perkawinan kerabat dekat di luar kota, tapi Anda kebetulan sedang banyak pengeluaran, Anda cukup mengirim ucapan selamat dan angpao secukupnya. Dengan begitu, Anda tidak perlu menyediakan anggaran untuk transportasi dan akomodasi di luar kota, tapi tetap bisa berpartisipasi membantu keluarga.
Kedua, pastikan Anda telah menyisihkan dana untuk investasi pendidikan anak dan pensiun Anda. Tanggung jawab utama kita adalah terhadap keluarga inti dulu. Bila keperluan keluarga inti telah tercukupi –termasuk tabungan dan investasi masa depan—barulah kita bisa membantu anggota keluarga besar atau kerabat lainnya. Intinya, jangan ‘membahayakan’ keluarga sendiri. Ini bukan egoistis, melainkan realistis. Buktinya, bila terjadi sesuatu pada pesawat yang sedang Anda tumpangi, bukankah Anda disuruh mengenakan masker terlebih dulu, baru kemudian menolong orang lain?
Tentu saja kita juga bisa bersikap fleksibel. Misalnya, karena bulan ini sedang banyak perhelatan perkawinan, boleh saja Anda mengurangi dana pos lain –misalnya dana pensiun-- tapi jangan lupa untuk menggantinya pada bulan berikutnya. Toh, tidak setiap bulan Anda perlu mengeluarkan dana sosial dalam jumlah besar. Atau, jika Anda ingin menambah besarnya pos sosial per bulan, Anda bisa mengurangi dana gaul dan shopping Anda.
Yang perlu diingat, dana sosial yang dimaksud di sini bukan termasuk zakat atau sedekah yang memang wajib dikeluarkan sesuai imbauan agama masing-masing. Zakat adalah pengeluaran wajib yang harus dibuatkan pos tersendiri dan terlepas dari pos sosial.
Konsultan: Prita Hapsari Ghozie, SE, MCom, CFP – ZAP Finance