"Bila kabupaten-kabupaten lain di Halmahera banyak memberi izin penambangan untuk menambah pendapatan daerah mereka, maka saya tinggal berharap pada pisang mulut bebek. Pisang ini menghidupi rakyat dan saya ingin terus seperti itu. Tanpa merusak alam," begitu tutur Ir. Namto H. Roba, SH, Bupati Halmahera Barat yang kami temui. Jailolo boleh bangga, karena 46 jenis produk pangan mereka mendapat nominasi sertifikasi organik internasional. Memang sungguh layak bila Jailolo disebut sebagai lumbung pangan Maluku, bahkan berpotensi menjangkau Indonesia Timur. Dan pisang unggulan mereka, pisang mulut bebek, memang berpotensi dikembangkan secara komersial tanpa merusak hutan.
Pisang mulut bebek memang memiliki bentuk langsing dan panjang melengkung layaknya mulut bebek. Tidak pernah berubah warna kulitnya menjadi kuning bila sudah matang sekalipun. Teksturnya yang liat dan renyah dengan rasa sepat dan manis tanpa kadar air tinggi membuat pisang mulut bebek cocok disandingkan sebagai hidangan pengganti nasi, disantap dengan tarikan rasa asin ataupun manis.
Pisang mulut bebek banyak ditemui di daerah Halmahera Barat dan Utara. Konon pisang ini tidak bagus pertumbuhannya bila ditanam di luar daerah tadi. Pak Namto pernah membawa benih pisang ini untuk ditanam di pulau Jawa, tapi hasilnya kurang menggembirakan. Terbukti alam berperan kuat dalam menentukan seleksi pangan dan citarasa. Jailolo dapat mengandalkan produk-produk pangan asli daerah sebagai tulang punggung yang menggerakkan perekonomian rakyat yang berpihak pada keberlanjutan dan kearifan alam. Indikasi-indikasi itu sudah terhampar di depan mata kami.
Pisang mulut bebek memang memiliki bentuk langsing dan panjang melengkung layaknya mulut bebek. Tidak pernah berubah warna kulitnya menjadi kuning bila sudah matang sekalipun. Teksturnya yang liat dan renyah dengan rasa sepat dan manis tanpa kadar air tinggi membuat pisang mulut bebek cocok disandingkan sebagai hidangan pengganti nasi, disantap dengan tarikan rasa asin ataupun manis.
Pisang mulut bebek banyak ditemui di daerah Halmahera Barat dan Utara. Konon pisang ini tidak bagus pertumbuhannya bila ditanam di luar daerah tadi. Pak Namto pernah membawa benih pisang ini untuk ditanam di pulau Jawa, tapi hasilnya kurang menggembirakan. Terbukti alam berperan kuat dalam menentukan seleksi pangan dan citarasa. Jailolo dapat mengandalkan produk-produk pangan asli daerah sebagai tulang punggung yang menggerakkan perekonomian rakyat yang berpihak pada keberlanjutan dan kearifan alam. Indikasi-indikasi itu sudah terhampar di depan mata kami.
Teks: Lisa Virgiano
Foto: Mei Batubara