Ke Italia tanpa menikmati gelato, pizza, dan spaghetti? Jangan sampai! Kebetulan di sekitar hotel saya menginap merupakan daerah tempat makan, khususnya di malam hari. Di sana, bertebaran berbagai pizzeria (resto pizza), gelateria (resto es krim), dan pasticceria (resto yang menjual macam-macam, mulai dari pasta, snack, es krim, bir, rokok, hingga kupon lotre).
Sayangnya, tak banyak pilihan pizza bagi kaum muslim, karena umumnya mengandung bacon, ham, atau salami. Pizza margherita yang berbasis utama tomat dan keju mozzarella saja tetap dibubuhi ham atau bacon – hal yang sama terjadi saat saya bermaksud mencicipi spaghetti. Alhasil, pilihan bagi saya jadi sangat terbatas, paling-paling cuma pizza marinara (seafood), pizza con formaggi (keju), pizza romana (pakai anchovy dan capperi –sejenis herba khas Mediteania), pizza ai funghi (jamur), atau pizza vegetarian. Apa boleh buat, saya pun memesan pizza con formaggi, sementara suami saya memilih pizza ai funghi tanpa bacon. Begitu pesanan datang, kami pun kaget. Pizza-nya selebar tampah kecil! Tapi rasanya memang lezat banget. Kulitnya tipis tapi tidak kering, malah cenderung basah. Keju di pizza saya tebalnya hampir satu sentimeter!
Mencicipi gelato (es krim dalam bahasa Italia) juga ‘wajib’ hukumnya, terutama karena saya memang penggemar es krim. Dari hasil browsing, saya menemukan sebuah resto es krim yang paling populer di Roma dan wajib dikunjungi oleh setiap wisatawan. Namanya Giolitti Gelateria di Via (Jalan) degli Uffici del Vicario No. 40 – satu lagi cabangnya ada di daerah Pantheon. Dengan bantuan peta, saya bela-belain datang ke sana. Konon ini merupakan resto es krim favorit Michelle Obama dan almarhum Paus Johannes Paulus II. Meskipun cuaca termasuk dingin, saya mendapati resto yang juga menjual sorbet, pastry, dan kopi tersebut tetap dipenuhi pembeli.
Resto es krim ini sudah ada sejak tahun 1890, didirikan oleh suami istri Giuseppe and Bernardina Giolitti, dan dilanjutkan oleh generasi-generasi penerusnya. Di balik lemari kaca, terlihat hampir 50 pilihan rasa gelato, termasuk rasa-rasa yang unik dan ‘aneh’, antara lain rasa cabai, rasa beras, rasa garam marsala, dan sebagainya.
Konon yang menjadi favorit adalah rasa champagne, meskipun harganya lebih mahal dibanding rasa-rasa lain. Saya sendiri memilih gelato rasa jagung (soalnya saya belum pernah menemukan rasa ini di Indonesia) yang dipadu dengan rasa raspberry. Harganya lumayan terjangkau: 2,5 Euro untuk dua scoop ukuran besar. Ternyata promosi yang beredar di internet cukup kredibel. Gelato-nya lembut dan langsung lumer begitu menyentuh lidah, dan rasa susunya generous.
Sayangnya, tak banyak pilihan pizza bagi kaum muslim, karena umumnya mengandung bacon, ham, atau salami. Pizza margherita yang berbasis utama tomat dan keju mozzarella saja tetap dibubuhi ham atau bacon – hal yang sama terjadi saat saya bermaksud mencicipi spaghetti. Alhasil, pilihan bagi saya jadi sangat terbatas, paling-paling cuma pizza marinara (seafood), pizza con formaggi (keju), pizza romana (pakai anchovy dan capperi –sejenis herba khas Mediteania), pizza ai funghi (jamur), atau pizza vegetarian. Apa boleh buat, saya pun memesan pizza con formaggi, sementara suami saya memilih pizza ai funghi tanpa bacon. Begitu pesanan datang, kami pun kaget. Pizza-nya selebar tampah kecil! Tapi rasanya memang lezat banget. Kulitnya tipis tapi tidak kering, malah cenderung basah. Keju di pizza saya tebalnya hampir satu sentimeter!
Mencicipi gelato (es krim dalam bahasa Italia) juga ‘wajib’ hukumnya, terutama karena saya memang penggemar es krim. Dari hasil browsing, saya menemukan sebuah resto es krim yang paling populer di Roma dan wajib dikunjungi oleh setiap wisatawan. Namanya Giolitti Gelateria di Via (Jalan) degli Uffici del Vicario No. 40 – satu lagi cabangnya ada di daerah Pantheon. Dengan bantuan peta, saya bela-belain datang ke sana. Konon ini merupakan resto es krim favorit Michelle Obama dan almarhum Paus Johannes Paulus II. Meskipun cuaca termasuk dingin, saya mendapati resto yang juga menjual sorbet, pastry, dan kopi tersebut tetap dipenuhi pembeli.
Resto es krim ini sudah ada sejak tahun 1890, didirikan oleh suami istri Giuseppe and Bernardina Giolitti, dan dilanjutkan oleh generasi-generasi penerusnya. Di balik lemari kaca, terlihat hampir 50 pilihan rasa gelato, termasuk rasa-rasa yang unik dan ‘aneh’, antara lain rasa cabai, rasa beras, rasa garam marsala, dan sebagainya.
Konon yang menjadi favorit adalah rasa champagne, meskipun harganya lebih mahal dibanding rasa-rasa lain. Saya sendiri memilih gelato rasa jagung (soalnya saya belum pernah menemukan rasa ini di Indonesia) yang dipadu dengan rasa raspberry. Harganya lumayan terjangkau: 2,5 Euro untuk dua scoop ukuran besar. Ternyata promosi yang beredar di internet cukup kredibel. Gelato-nya lembut dan langsung lumer begitu menyentuh lidah, dan rasa susunya generous.
Tina Savitri