Memasuki wilayah Tana Toraja serasa memasuki 'dunia lain'. Di tempat inilah kehidupan dan kematian bagai tak berbatas. Mereka yang sudah meninggal tapi belum sempat dimakamkan, tetap tinggal di rumah dan diperlakukan seperti anggota keluarga yang masih hidup. Sementara mereka yang hidup, rela menjalani hari-hari dengan sangat sederhana agar bisa menabung sebanyak-banyaknya untuk bekal menyambut kematian. Ziarah wisata dan budaya yang sungguh eksotis!
Setelah sekian lama menjadi cita-cita, akhirnya pada liburan long weekend Agustus lalu, saya bersama suami berhasil menginjakkan kaki di Tana Toraja, meski waktunya terhitung sangat mepet –hanya tiga hari dua malam pulang-pergi– dengan risiko tubuh bonyok kecapekan.
Soalnya, untuk mencapai Tana Toraja, tak ada cara lain kecuali lewat darat. Waktu tempuh minimum tujuh jam dari Makassar, ibu kota Sulawesi Selatan –menggunakan kendaraan pribadi, sewaan, atau naik bus umum. Saya memilih naik bus yang hampir setiap jam berangkat dari terminal Makassar. Ada beberapa perusahaan bus yang melayani trayek Makassar-Tana Toraja, dari patas non-AC hingga yang AC dan berhenti di setiap tempat.