Ada tiga moda transportasi yang dapat Anda gunakan untuk sampai ke kepulauan di utara Pulau Jawa ini. Kapal cepat dari Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang, yang memakan waktu tiga hingga empat jam perjalanan; kapal feri dari Jepara yang memakan waktu sekitar enam jam, serta pesawat carter juga dari pelabuhan Semarang yang hanya membutuhkan 30 menit saja, namun tentu ongkosnya jauh lebih mahal.
Pilihan saya jatuh pada kapal cepat Kartini. Perlu dicatat bahwa kenyamanan Anda dalam perjalanan ini tergantung oleh cuaca dan keadaan laut pada saat itu. Pengalaman saya sendiri cukup traumatis. Anda ingat bagaimana senangnya The Mariner saat menemukan sebidang tanah di film Waterworld? Perasaan yang sama saya rasakan ketika menginjakkan kaki di Karimunjawa. Sungguh, ini bukan histeria semata. Soalnya, cukup rasanya perut ini dipermainkan gelombang lautan dalam perjalanan ke tempat ini.
Mungkin laut sedang bersenda gurau dengan seluruh penumpang kapal cepat Kartini. Saya biasanya berbangga hati karena jarang sekali mabuk darat, laut, atau udara, namun di kapal Kartini saya menyerah. Perut saya rasanya seperti sedang dikocok. Persis seperti kapal yang saya naiki ini, terombang-ambing di lautan lepas. Apalagi saya lihat air laut sesekali dapat mencapai jendela kapal. Panik langsung melanda. Banyak penumpang kapal yang nasibnya tidak seberuntung saya. Mereka harus bolak-balik ke kamar kecil untuk menuntaskan rasa mualnya. Sedikit trik yang saya pelajari, jika ini terjadi pada Anda, jangan berdiam diri di dalam ruangan dengan pendingin. Lebih baik keluar dan menghirup udara lautan. Angin sepoi-sepoi juga akan membantu Anda relaks, meski setelah itu rambut menjadi super kusut setelah ‘dihantam’ angin laut.
(bersambung)
Nofi Firman
Pilihan saya jatuh pada kapal cepat Kartini. Perlu dicatat bahwa kenyamanan Anda dalam perjalanan ini tergantung oleh cuaca dan keadaan laut pada saat itu. Pengalaman saya sendiri cukup traumatis. Anda ingat bagaimana senangnya The Mariner saat menemukan sebidang tanah di film Waterworld? Perasaan yang sama saya rasakan ketika menginjakkan kaki di Karimunjawa. Sungguh, ini bukan histeria semata. Soalnya, cukup rasanya perut ini dipermainkan gelombang lautan dalam perjalanan ke tempat ini.
Mungkin laut sedang bersenda gurau dengan seluruh penumpang kapal cepat Kartini. Saya biasanya berbangga hati karena jarang sekali mabuk darat, laut, atau udara, namun di kapal Kartini saya menyerah. Perut saya rasanya seperti sedang dikocok. Persis seperti kapal yang saya naiki ini, terombang-ambing di lautan lepas. Apalagi saya lihat air laut sesekali dapat mencapai jendela kapal. Panik langsung melanda. Banyak penumpang kapal yang nasibnya tidak seberuntung saya. Mereka harus bolak-balik ke kamar kecil untuk menuntaskan rasa mualnya. Sedikit trik yang saya pelajari, jika ini terjadi pada Anda, jangan berdiam diri di dalam ruangan dengan pendingin. Lebih baik keluar dan menghirup udara lautan. Angin sepoi-sepoi juga akan membantu Anda relaks, meski setelah itu rambut menjadi super kusut setelah ‘dihantam’ angin laut.
(bersambung)
Nofi Firman