Maka ketika diajak mengikuti tur murah meriah ke Cheng Du, ibukota Provinsi Sichuan, yang berdekatan dengan taman nasional tersebut, saya langsung mengiyakan. Bulan April pun jadi, tak perlu menunggu musim gugur.
Naik-turun bus + hiking
Setelah satu setengah jam duduk di dalam bus, menikmati ‘ocehan’ pemandu yang kadang-kadang diselingi nyanyian, tibalah kami di pintu gerbang Jiuzhaigou. Zi Li membeli karcis terusan berupa kartupos besar bergambar aneka pemandangan tempat itu. Lalu kami memasuki area, dan … naik bus lagi.
Di lembah yang dilengkapi jalan aspal sepanjang 55 kilometer ini kendaraan pribadi tidak diperkenankan masuk. Turis diajak dari satu tempat ke tempat lain naik bus, dan dalam banyak kesempatan kami turun dari bus yang satu, berjalan di atas boardwalk (jalan setapak dari kayu) yang menghubungkan satu lokasi dengan lokasi berikut, muncul di tempat lain, lalu naik bus selanjutnya. Bus-bus hijau itu berkeliling terus dan mengangkut penumpang yang selalu berganti.
Seperti sudah sering saya dengar, daya tarik utama Jiuzhaigou adalah danau-danaunya yang cantik, jernih, dan menampilkan aneka nuansa biru. Orang Tibet menyebutnya “Hazi”, yang berarti “anak-anak laut”. Danau-danau ini berbeda-beda warnanya, tergantung kedalamannya, residu, dan lingkungannya.
Mengetahui hal ini, sejak duduk di dalam bus saya sudah memasang mata. Di suatu titik, saya beruntung dapat menyaksikan gunung, lembah dan hutan yang tengah ‘becermin’ di atas danau, membentuk pemandangan kembar yang menakjubkan. Untuk memperoleh pemandagan seperti itu, diibutuhkan saat yang tepat, kecondongan matahari yang pas, serta cuaca yang tak berangin. Sekalipun tak sempat menjepretnya dengan kamera, saya merasa beruntung diberi kesempatan menyaksikan keindahan ini pada momen yang tepat.