Puerto Vallarta merupakan kota terbasar kedua di Provinsi Jalisco, Meksiko. Pada tahun 1964, nama Puerto Vallarta terangkat ke dunia internaisonal setelah menjadi tuan rumah pembuatan film romans hitam-putih The Night of The Iguana, yang diperankan Richard Burton, aktor papan atas Hollywood di masa itu. Richard Burton membawa serta tunangannya, Elizabeth Taylor, selama pembuatan film tersebut, dan kabarnya mereka sering terlihat bersantai di tepi pantai, bergandengan tangan di kota tua, dan mengobrol di kedai-kedia kecil. Sejak saat itu, Puerto Vallarta menjadi destinasi wisata yang populer sekaligus kota kolonial bersejarah yang kental napas seninya.
Seusai sarapan, kami (saya dan suami) berjalan menyusuri pantai ke arah selatan menuju Malecon. Di tengah jalan, kami berjumpa dengan sekelompok orang berpakaian tradisional suku Indian, lengkap dengan bulu, kulit, dan tengkorak hewan sebagai perhiasan. Mereka bermain musik dna menari dengan gerakan-gerakan lincah yang memukau. Mereka memanggil pengunjung dengan cara meniup sebuah rumah kerang besar, lalu memulai atraksi mereka yang indah dan seru.
Tak lama kemudian, tibalah kami di Malecon, sebuah jalanan panjang batu bata yang tersusun rapi di pinggir pantai, dengan restoran dan toko-toko suvenir di sisinya, serta patung-patung karya para seniman yang menambah keindahan beach board walk tersebut. Beberapa patung yang terkenal di sini adalah Bailarines de Vallarta (Penari Vallarta), Los Arcos (Tiang-Tiang), dan El Caballito, yaitu patung seorang anak laki-laki menaiki kuda laut yang menjadi ikon kota Puerto Vallarta. Ah, rupanya pemandangan inilah yang memikat sineas Hollywood dan menjadikannya lokasi film. Kami pun serasa menjadi pasangan Richard Burton dan Elizabeth Taylor yang tengah menikmati romantisnya tempat ini!
Dari Malecon,kami menyeberang jalan dan melewati taman menuju Katedral Our Lady of Guadalupe. Telinga kami menangkap alunan biola yang digesek seorang pemusik lokal. Dinamis dna indah. Kami pun tertegun, lalu berhenti dan duduk di taman sambil mengistirahatkan kaki. Beberapa turis lokal tampak menari berpasang-pasangan mengikuti alunan musik. Masyarakat Meksiko memang terkenal senang menari.
Kami pun tiba di Katedral Our Lady of Gudalupe yang dibangun pada tahun 1695. Gereja bersejarah ini memiliki tiga menara lonceng, menara tertingginya dihiasi oleh sebuah jam besar dan dan ornamen berbentuk mahkota.
Seusai sarapan, kami (saya dan suami) berjalan menyusuri pantai ke arah selatan menuju Malecon. Di tengah jalan, kami berjumpa dengan sekelompok orang berpakaian tradisional suku Indian, lengkap dengan bulu, kulit, dan tengkorak hewan sebagai perhiasan. Mereka bermain musik dna menari dengan gerakan-gerakan lincah yang memukau. Mereka memanggil pengunjung dengan cara meniup sebuah rumah kerang besar, lalu memulai atraksi mereka yang indah dan seru.
Tak lama kemudian, tibalah kami di Malecon, sebuah jalanan panjang batu bata yang tersusun rapi di pinggir pantai, dengan restoran dan toko-toko suvenir di sisinya, serta patung-patung karya para seniman yang menambah keindahan beach board walk tersebut. Beberapa patung yang terkenal di sini adalah Bailarines de Vallarta (Penari Vallarta), Los Arcos (Tiang-Tiang), dan El Caballito, yaitu patung seorang anak laki-laki menaiki kuda laut yang menjadi ikon kota Puerto Vallarta. Ah, rupanya pemandangan inilah yang memikat sineas Hollywood dan menjadikannya lokasi film. Kami pun serasa menjadi pasangan Richard Burton dan Elizabeth Taylor yang tengah menikmati romantisnya tempat ini!
Dari Malecon,kami menyeberang jalan dan melewati taman menuju Katedral Our Lady of Guadalupe. Telinga kami menangkap alunan biola yang digesek seorang pemusik lokal. Dinamis dna indah. Kami pun tertegun, lalu berhenti dan duduk di taman sambil mengistirahatkan kaki. Beberapa turis lokal tampak menari berpasang-pasangan mengikuti alunan musik. Masyarakat Meksiko memang terkenal senang menari.
Kami pun tiba di Katedral Our Lady of Gudalupe yang dibangun pada tahun 1695. Gereja bersejarah ini memiliki tiga menara lonceng, menara tertingginya dihiasi oleh sebuah jam besar dan dan ornamen berbentuk mahkota.
Teks & foto: Dega Noertamtomo