Di usia matang seperti sekarang, undangan reuni begitu banyak, dan sayang untuk ditolak.
Dan sebaiknya memang Anda menghadiri undangan reuni itu, apalagi jika punya momen-momen manis dengan kelompok teman tersebut.
Menurut psikolog Kasandra Putranto dari Kasandra Associate, Jakarta, momen nostalgia menjadi penting, terutama di usia matang.
Di fase ini, menurut Kasandra, seseorang biasanya telah mencapai peak performance. Mereka berada di puncak karier dan kondisi keluarga pun sudah mapan. Ada kalanya kita lelah dengan segala kesibukan menjalankan peran sehari-hari. Mulai dari peran sebagai istri, ibu, pimpinan di perusahaan, sampai ketua di berbagai organisasi.
Tentunya di sela kesibukan itu, kita butuh break sejenak dan mengisinya dengan sesuatu yang menyenangkan.
Salah satu yang sering dijadikan acara nostalgia adalah menghadiri reuni. “Kita bisa bebas bercanda lepas dengan para sahabat lama. Meski hanya beberapa jam, ini betul-betul sebuah refreshing,” ujar Kasandra.
Kasandra sendiri punya pengalaman menarik. Ia menemukan bakat menyanyinya di saat reuni SMA. Psikolog ini bahkan kemudian membentuk band dengan sesama angkatannya.
Karena itu, luangkan waktu untuk datang ke acara reuni, karena reuni itu memang perlu. Ini alasannya!
1. Memperkuat persahabatan
Reuni tak sekadar membangkitkan nostalgia. Hasil studi Wildschut, psikolog sosial dari University of Southampton, Inggris, menunjukkan bahwa pengalaman nostalgia dapat memperkuat jalinan ikatan dengan orang lain (social bonding) dan percaya diri seseorang.
Terbukti, melalui reuni kita bisa membangun kembali jalinan pertemanan yang mungkin sempat terputus.
Sahabat masa sekolah pun biasanya sudah lebih mengenal diri kita luar-dalam. “Di depan mereka, kita bebas menjadi diri sendiri tanpa harus jaim. Mau curhat apa pun lebih leluasa,” kata Kasandra.
Maklum saja, masalah-masalah yang dihadapi di usia matang basanya sudah mencapai tingkat dewa, kan, he he. Entah itu urusan ABG, kejenuhan dalam perkawinan, hingga memasuki masa puber kedua.
2. Memberikan dukungan emosional
Kasandra menambahkan, menjalin hubungan kembali dengan sahabat lama juga akan memberi dukungan emosional kepada kita di saat memasuki fase empty nest, yaitu usia pensiun dan satu per satu anak-anak menikah serta membangun keluarga sendiri.
“Di fase inilah biasanya kita merasa kesepian dan tidak berharga lagi. Sahabat lama akan menerima kita apa adanya, tanpa memandang status sosial.”
3. Mengajarkan tetap memakai logika
Reuni juga mengajak kita untuk melatih akal sehat alias logika. Ini terutama terjadi ketika di suasana nostalgia, tak jarang emosi masa lalu kembali ikut bermain. Perselingkuhan bukan tak mungkin terjadi.
Kisah CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali) seperti ini memang kerap terjadi setelah eforia pesta reuni. Tentu bukan masalah besar jika status sama-sama masih lajang. Tapi lain cerita kalau posisi kita masih terikat dalam perkawinan.
“Semua berpulang pada niat kita,” kata Kasandra. Sebesar apa pun kesempatan kita untuk menjalin kembali hubungan asmara dengan para mantan, tidak tidak akan menjadi masalah selama kita berpegang pada komitmen dengan pasangan. Jangan jadikan momentum reuni sebagai 'kambing hitam' rusaknya hubungan perkawinan.
Momen reuni ini bisa melatih kita untuk lebih memakai logika, sekaligus menjaga hati dan pikiran. Membuka memori masa lalu bukan berarti kita harus mengulang kembali kejadian yang sama. Tetapi cukup mengambil maknanya untuk pembelajaran hidup di masa sekarang dan yang akan datang.
Foto: Koleksi Reuni Amex 83