Saya bukan sedang bicara tentang penyakit seperti dementia atau Alzheimer.
Tapi lupa yang berkaitan dengan kebiasaan buruk kita sehari-hari, yang sebenarnya bisa kita cegah dan atasi.
1. Tak menganggap penting
Teman kantor Anda berulang kali mengingatkan agar Anda mengembalikan matras yoga miliknya yang Anda pinjam beberapa bulan lalu. Dan Anda berjanji untuk membawakannya besok pagi.
Tapi, lagi-lagi untuk yang kesekian kalinya Anda lupa membawanya. Padahal, Anda tidak lupa membawa bahan-bahan referensi untuk presentasi Anda di depan klien nanti siang. Tak heran bila teman Anda akhirnya marah karena merasa dipermainkan oleh Anda. Atau bisa jadi dia menganggap Anda memang tak berniat mengembalikan matras yoga itu.
Jangan salahkan kesibukan seabrek Anda sehingga selalu lupa mengembalikan matras yoga milik teman Anda. Yang terjadi adalah Anda, sadar atau tak sadar, tidak menganggap janji untuk mengembalikan matras yoga itu sesuatu yang penting.
Karena menganggap tidak penting, maka tidak Anda masukan dalam skala prioritas Anda. Seandainya Anda menganggap janji itu penting, tentu Anda akan memprioritaskannya, sehingga tidak akan lupa. Buktinya, Anda ingat untuk membawa semua referensi untuk bahan presentasi Anda, karena Anda menganggap presentasi itu sangat penting.
2. Suka menunda
Pada pukul 6 pagi tadi, Anda bermaksud menelepon ibu Anda di Semarang untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Tapi Anda lalu menundanya karena ingin mandi dulu. Kemudian niat untuk menelepon ibu Anda terlupakan begitu saja, apalagi setelah Anda tergulung olah kesibukan di kantor.
Anda pun terkejut ketika kakak Anda, yang menelepon pukul 7 malam, menanyakan apakah Anda sudah mengucapkan selamat ulang tahun kepada ibu.
Dengan menunda untuk melakukan sesuatu, sesungguhnya memberi kesempatan pada banyak hal untuk mengintervensi bahkan menyabot ruang ingatan Anda. Mungkin Anda hanya butuh 30 menit untuk mandi. Tapi setelah 30 menit itu berbagai hal sudah mengantre.
Misalnya, bos tiba-tiba menelepon dan meminta Anda menggantikan dia untuk menghadiri sebuah acara. Maka fokus pikiran Anda pun berubah, misalnya tentang mencari baju yang cocok. Setelah itu, anak Anda ngadat tidak mau makan sarapan. Semua itu kembali membuat fokus Anda terpecah.
Supaya tidak gampang lupa, jangan suka menunda apa pun yang perlu dilakukan. Lakukan segera selagi ingat.
3. Malas mencatat
Kapasitas otak manusia ada batasnya. Semakin dewasa kita, semakin banyak urusan yang harus dipikirkan dan dikerjakan. Hanya mengandalkan ingatan tentu tidak cukup lagi bila kita harus selalu ingat untuk melakukan banyak hal dalam sebuah rentang waktu. Akibatnya, kita jadi makin sering lupa.
Agar tidak lupa melulu, cobalah memahami kapasitas alamiah otak Anda. Catat hal-hal yang perlu dilakukan, dibeli, dikatakan, dan sebagainya. Dengan bantuan teknologi, Anda juga bisa memasukkan ke aplikasi reminder di ponsel Anda, sekaligus menyetel alarm sebagai pengingat.
[Baca juga tip menghadapi orang tua yang mulai pelupa]