Nyeleneh! Itu yang pertama kali terbersit saat saya melihat karya Eko Nugroho. Namun itulah yang saya suka dari karyanya, tidak neko-neko tapi memiliki makna yang mendalam. Sarat kritik sosial cenderung politis. Namun dalam karyanya kita dapat menikmati sebuah protes dalam humor.
Bertajuk Landscape Anomaly, seperti sebuah oase yang menjawab kerinduan para pencinta seni terhadap pameran tunggal sang seniman. Bertempat di Galeri Salihara, pameran ini masih berlangsung hingga 21 Februari 2016. Pada pamerannya kali ini Eko lebih banyak menonjolkan sosok manusia dengan instalasi berbentuk tubuh manusia dengan ukuran manusia pada umumnya. Sosok manusia tersebut tampak sangat nyata dengan atribut-atribut khas Eko seperti kardus, topeng atau bungkusan kain. Ada satu karya instalasi yang menarik bagi saya yaitu, patung berseragam PNS sedang membawa guling. Ingin tertawa? Ya, tentu saja! Bagi saya itu sindiran yang cukup menggelitik. Selain itu terdapat beberapa mural yang terpampang di tembok sekitar galeri di dalam maupun luar ruangan.
Eko Nugroho merupakan seniman asal Yogyakarta kelahiran tahun 1977. Ia merupakan angkatan ketiga dari khazanah seni rupa pop di kota asalnya. Namanya sudah dikenal dunia seni dan merupakan satu dari sedikit seniman lokal yang berkancah di dunia Internasional. Salah satu lukisannya Republik Tropis diproduksi menjadi scarf oleh rumah mode asal Prancis, Louis Vuitton pada tahun 2013. Inspirasi yang didapat berasal dari realitas kehidupan, yang kemudian dia olah menjadi sebuah karya yang kritis. Mengutip salah satu wawancaranya yang pernah saya baca, “Baginya seni yang baik adalah kehidupan itu sendiri, ketika kita menjadi bagian sebuah kehidupan maka kita akan menemukan kesenian yang abadi.”
Foto: Komunitas Salihara