Rumah ini berusaha menerapkan prinsip go green. Sang pemilik rumah juga bermain dengan konsep rumah panggung, meski area kolong atau bawah tak lagi jadi kandang hewan peliharaan atau ruang penyimpanan.
Saya punya terminologi pribadi tentang tipe rumah yang saya kunjungi ini, rumah masa kini. Biasanya, rumah seperti ini diwarnai oleh dinding bata telanjang, jendela besar, dan lantai tanpa lapisan keramik atau granit. Memang zaman telah berubah ke arah sana. Kita ingin kembali ke sejatinya suatu hal. Kembali makan di rumah, kembali berbelanja ke pasar, kembali ke alam.
Pasangan Asta dan Archie Hekagery ingin hal tersebut terlihat dalam hunian mereka. Mereka ingin rumah yang nyaman, bermandikan sinar mentari dengan udara yang bebas keluar-masuk. Keinginan itu yang akhirnya mempertemukan Asta dan Archie dengan Studio Akanoma, sebuah biro arsitektur yang memiliki semangat go green dalam prinsip desainnya.
Latar belakang Archie di dunia kreatif menjadi acuan sang arsitek, Yopie Herdiansyah, dalam mendesain hingga akhirnya terwujud dalam rumah yang berbentuk segitiga. Dalam perhitungan dua dimensi, bangunan rumah ini mengambil sekitar 50% dari luas lahan. Bedanya dengan rumah-rumah lain, pembagiannya terjadi secara diagonal. Jadi, jika dilihat dari atas, Anda akan melihat rumah ini seperti segitiga. “Kami ingin menghadirkan sesuatu yang berbeda. Rumah biasa adalah kotak bertemu kotak,” ujar Yopie. Gayung bersambut, ide ini diterima dengan tangan terbuka oleh Asta dan Archie.
Asta menyebut rumahnya sebagai rumah semi go green. Pertama karena sikap reuse and recycle. Melihat interior rumah sepintas saja, saya menangkap kesan vintage. Meja makan yang berdiri di tengah ruangan memiliki bagian-bagian cat terkelupas seperti barang yang sudah usang. Keenam kursinya pun tidak ada yang sama. Tentunya ini bukan meja yang sudah rusak namun sengaja dipilih untuk mengakomodasi selera sang tuan rumah. “Saya memang suka barang vintage,” ujar Asta. Lemari televisinya pun mengingatkan saya akan lemari di rumah saya ketika saya kecil dulu. Begitu pula dengan kursi-kursi nyaman yang menemaninya.
Alasan kedua karena ada bak penampungan air hujan di bawah rumahnya. Karena itulah, posisi rumah naik dari tanah yang membuat rumah Asta seperti rumah panggung. Air tersebut bisa digunakan kembali untuk menyiram tanaman. “Tinggal beli pompa kecil saja untuk dapat menggunakan airnya,” ujar ibu satu anak ini. Bak tersebut dapat menampung hingga lebih dari lima ribu liter air!
Selain dapat menghemat penggunaan air, rumah Asta dan Archie hampir tidak memerlukan lampu saat siang hari, berkat penempatan jendela-jendela besar di sekeliling rumah. Di lantai atas saya bahkan menemukan satu bagian langit-langit yang terbuat dari kaca. Cahaya pun bebas menerobos ke dalam rumah.