Dari kursus itu, Tia, begitu sapaan akrabnya, menyadari bahwa ternyata ia sangat senang membungkus berbagai benda, bukan hanya bunga. Sejak saat itu ia memutuskan untuk membuka bisnis pertamanya, yaitu jasa membungkus kado. “Membungkus kado dan merangkai bunga merupakan hal yang saling mendukung,” jelas Tia.
Saat itu tahun 1998, di tengah hantaman krisis moneter yang sempat membuat perekonomian Indonesia kocar-kacir. Berangkat dari hobi, ia bertekad untuk lebih serius menjalankan bisnisnya. Ia pun membuka toko merangkai bunga dan jasa membungkus kado di daerah Permata Hijau, Jakarta.
Tidak bertahan lama, toko pertamanya itu ia tutup karena tak berjalan sesuai rencana. Namun Tia tidak mudah menyerah—tak lama kemudian ia mendapatkan tawaran untuk membuka kembali toko impiannya di Plaza Bintaro, bernama Grandia. Tak disangka, di tempat baru ini bisnisnya berjalan baik.
Awalnya tidak mudah. Tia sering kesulitan mendapatkan kertas kado, kotak dari berbagai bentuk dan ukuran, serta segala macam pita seperti yang ia inginkan. Bahkan di tengah jalan, ia memilih untuk hanya menjalankan bisnis membungkus kado agar konsentrasinya tidak terpecah belah.
Di tahun 2000, ia bertemu Ameliana, teman semasa kuliah di jurusan Arsitektur Universitas Trisakti. Ameliana menjadi salah satu pemasok yang memenuhi kebutuhan toko milik Tia. Kerja sama itu terus berlanjut, sampai akhirnya, di tahun 2003, Tia dan Ameliana sepakat untuk bersama-sama melanjutkan bisnis Grandia, yang berlangsung hingga sekarang.
Setelah Grandia berjalan lancar. Tia memutuskan untuk melebarkan sayap dengan membuka toko lain di kawasan BSD City. Tidak sampai setahun, toko terpaksa ditutup karena kondisi yang kurang menunjang. Tidak menyerah, Tia menemukan tempat lain yang lebih baik, yakni di Cinere Mall. Toko kedua Grandia pun dibuka.
Bertambahnya jumlah toko membuat Tia dan Ameliana harus lebih kreatif memenuhi kebutuhan ‘anak-anak’ mereka tersebut. Dari memanfaatkan ruangan di rumah, kini mereka memiliki studio workshop yang dapat memproduksi hingga 300 buah kotak kado dalam satu bulan. Selain membuat kotak kado dengan beragam bentuk, mereka mencetak sendiri bungkus kadonya. Hal itu membuat bisnis mereka berbeda dari para pesaing.
Kedua toko itu memiliki segmentasi yang sama. Dari sinilah muncul ide baru untuk membuka first line dari toko bungkus kadonya, yang dinamakan Gift2Greet, di Bintaro Jaya Xchange Mall.
Tia menjelaskan, dibutuhkan waktu tidak sebentar untuk membuka toko baru. Minimal tiga hingga enam bulan untuk mempersiapkannya—dari mulai mencari lokasi, proses fitting out seperti mendandani ruangan, mengatur konstruksi pencahayaan, membuat sekat-sekat, hingga pengadaan barang.
Lahirnya ‘bayi’ baru ini membuat Tia dan Ameliana harus memutar otak untuk membedakannya dari toko-toko sebelumnya. Mereka memilih untuk mengimpor beberapa kertas kado yang lebih mewah untuk menangkap segmen yang yang lebih tinggi.
Bisa diduga, Gift2Greet maupun Grandia selalu ramai pengunjung. Apalagi di masa-masa kenaikan kelas di awal bulan Juni, ketika banyak ibu-ibu berbondong-bondong membawa hadiah untuk wali kelas anak-anaknya. “Natal, Hari Valentine, Lebaran, wah, pasti ramai, deh,” cerita Tia antusias.
Foto: Honda Tranggono
Pengarah gaya: Erin Metasari