Di usia dewasa, kita selalu mencoba menakar segala sesuatu dengan logika, termasuk dalam bermimpi. Ketika kita menuliskan keinginan untuk 'menjadi orang kaya atau sukses', maka logika kita langsung menyangkalnya. “Ah, mana bisa? Aku bukan keturunan pengusaha, aku nggak punya modal besar, nggak punya koneksi, sekolah pun tidak tinggi. Mustahil jadi orang kaya”.
Tanpa disadari, logika, pengalaman hidup, dan pembelajaran dari lingkungan sering kali membatasi bahkan 'membunuh' daya imajinasi dan keberanian kita untuk bermimpi. Kita tidak mau dibilang ambisius atau pemimpi karena punya angan-angan yang terlalu tinggi. Semakin dewasa, kita justru lebih memusingkan apa kata orang ketimbang apa yang betul-betul kita inginkan. Alhasil, kita lebih terbiasa bersikap realistis (kalau tidak mau dibilang skeptis) dalam mengangankan sesuatu. Bahkan, jika sudah berumur, kita merasa tak perlu lagi bermimpi. ”Just let it flow saja,” begitu bahasa kerennya.
Kalau kita menengok sejarah, mana mungkin sih, manusia bisa mendarat di bulan? Mana mungkin kita bisa berinteraksi dengan masyarakat di seluruh dunia tanpa harus bertatap muka? Namun, nyatanya semua yang semula dianggap tidak mungkin, kini betul-betul terjadi. Dulu para penciptanya mungkin kerap dianggap sinting karena karena memiliki mimpi yang tidak masuk akal. Tapi para jutawan dunia, seperti Warren Buffet, Bill Gates, Walt Disney, hingga Mark Zuckerberg membuktikan bahwa impian besar mereka ternyata justru meneguhkan tekad untuk terus berusaha, sehingga akhirnya berhasil mengantarkan mereka pada kesuksesan.
Sebuah impian besar akan melahirkan impian-impian besar lainnya. Seperti yang dialami Walt Disney. Keinginannya yang kuat untuk menghibur anak-anak tak berhenti pada kesuksesannya menciptakan film animasi Mickey Mouse dan teman-temannya. Disney masih punya mimpi-mimpi besar lainnya, antara lain membangun sebuah taman bermain anak-anak yang sekaligus menjadi tempat hiburan seluruh keluarga.
“Kesuksesan dimulai ketika kita mulai menciptakan impian jauh ke depan. Dan saat kita berkomitmen untuk mencapai impian itu, maka selanjutnya mimpi itulah yang akan menjadi magnet serta menarik kita ke sana,” demikian pidato Disney pada pembukaan Disneyland pertama di California, Amerika Serikat, tahun 1955. Sejak itu Disneyland meraup sukses luar biasa di berbagai negara hingga kemudian berkembang menjadi Disney World.
Jadi, sampai kapan pun jangan pernah berhenti bermimpi. Di situs pribadinya, Andrie Wongso, motivator ternama, mengatakan bahwa kekuatan mimpi mampu membangkitkan antusiasme dan optimisme seseorang untuk meraih kehidupan yang lebih berkualitas.
Tapi, seberapa besar kita boleh bermimpi? Ellen Johnson Sirleaf, Presiden Liberia pemenang Nobel Perdamaian 2011, pernah berkata, "If your dreams do not scare you, they are not big enough." Jadi, tetapkan impian setinggi mungkin sehingga kita merasa 'merinding' saat memikirkannya. Karena, kalau kita hanya mimpi biasa-biasa saja, maka daya dorongnya pun biasa saja. Tak cukup kuat untuk memompa semangat kita sampai ke tujuan.
Kalau sekarang Anda sudah punya impian, berbahagialah karena ini berarti Anda sudah memulai langkah pertama untuk menjadi orang sukses. Tapi kalau saat ini Anda masih belum punya impian yang jelas, luangkan waktu sejenak untuk merenungkan suatu keinginan kuat yang mungkin sejak kecil Anda idamkan, namun terpendam dalam hati.
Yakinkan diri bahwa jika kita mengucapkan sebuah keinginan dengan hati terdalam, maka hukum alam akan bekerja seperti dalam teori Law of Attraction atau 'Mestakung' (Semesta Mendukung). Tanpa disadari, kita akan 'dipertemukan' dengan orang-orang atau hal-hal yang mendekatkan kita pada impian tersebut. Tapi, tentunya, kita tidak boleh puas hanya dengan menjadi pemimpi. Karena, setiap mimpi perlu diikuti dengan langkah nyata dan komitmen untuk mewujudkannya.
Tanpa disadari, logika, pengalaman hidup, dan pembelajaran dari lingkungan sering kali membatasi bahkan 'membunuh' daya imajinasi dan keberanian kita untuk bermimpi. Kita tidak mau dibilang ambisius atau pemimpi karena punya angan-angan yang terlalu tinggi. Semakin dewasa, kita justru lebih memusingkan apa kata orang ketimbang apa yang betul-betul kita inginkan. Alhasil, kita lebih terbiasa bersikap realistis (kalau tidak mau dibilang skeptis) dalam mengangankan sesuatu. Bahkan, jika sudah berumur, kita merasa tak perlu lagi bermimpi. ”Just let it flow saja,” begitu bahasa kerennya.
Kalau kita menengok sejarah, mana mungkin sih, manusia bisa mendarat di bulan? Mana mungkin kita bisa berinteraksi dengan masyarakat di seluruh dunia tanpa harus bertatap muka? Namun, nyatanya semua yang semula dianggap tidak mungkin, kini betul-betul terjadi. Dulu para penciptanya mungkin kerap dianggap sinting karena karena memiliki mimpi yang tidak masuk akal. Tapi para jutawan dunia, seperti Warren Buffet, Bill Gates, Walt Disney, hingga Mark Zuckerberg membuktikan bahwa impian besar mereka ternyata justru meneguhkan tekad untuk terus berusaha, sehingga akhirnya berhasil mengantarkan mereka pada kesuksesan.
Sebuah impian besar akan melahirkan impian-impian besar lainnya. Seperti yang dialami Walt Disney. Keinginannya yang kuat untuk menghibur anak-anak tak berhenti pada kesuksesannya menciptakan film animasi Mickey Mouse dan teman-temannya. Disney masih punya mimpi-mimpi besar lainnya, antara lain membangun sebuah taman bermain anak-anak yang sekaligus menjadi tempat hiburan seluruh keluarga.
“Kesuksesan dimulai ketika kita mulai menciptakan impian jauh ke depan. Dan saat kita berkomitmen untuk mencapai impian itu, maka selanjutnya mimpi itulah yang akan menjadi magnet serta menarik kita ke sana,” demikian pidato Disney pada pembukaan Disneyland pertama di California, Amerika Serikat, tahun 1955. Sejak itu Disneyland meraup sukses luar biasa di berbagai negara hingga kemudian berkembang menjadi Disney World.
Jadi, sampai kapan pun jangan pernah berhenti bermimpi. Di situs pribadinya, Andrie Wongso, motivator ternama, mengatakan bahwa kekuatan mimpi mampu membangkitkan antusiasme dan optimisme seseorang untuk meraih kehidupan yang lebih berkualitas.
Tapi, seberapa besar kita boleh bermimpi? Ellen Johnson Sirleaf, Presiden Liberia pemenang Nobel Perdamaian 2011, pernah berkata, "If your dreams do not scare you, they are not big enough." Jadi, tetapkan impian setinggi mungkin sehingga kita merasa 'merinding' saat memikirkannya. Karena, kalau kita hanya mimpi biasa-biasa saja, maka daya dorongnya pun biasa saja. Tak cukup kuat untuk memompa semangat kita sampai ke tujuan.
Kalau sekarang Anda sudah punya impian, berbahagialah karena ini berarti Anda sudah memulai langkah pertama untuk menjadi orang sukses. Tapi kalau saat ini Anda masih belum punya impian yang jelas, luangkan waktu sejenak untuk merenungkan suatu keinginan kuat yang mungkin sejak kecil Anda idamkan, namun terpendam dalam hati.
Yakinkan diri bahwa jika kita mengucapkan sebuah keinginan dengan hati terdalam, maka hukum alam akan bekerja seperti dalam teori Law of Attraction atau 'Mestakung' (Semesta Mendukung). Tanpa disadari, kita akan 'dipertemukan' dengan orang-orang atau hal-hal yang mendekatkan kita pada impian tersebut. Tapi, tentunya, kita tidak boleh puas hanya dengan menjadi pemimpi. Karena, setiap mimpi perlu diikuti dengan langkah nyata dan komitmen untuk mewujudkannya.
Shinta Kusuma