Kadang kita selalu merasa benar dan cenderung menyerang orang yang menyalahkan kita. Berikut adalah 5 hal yang perlu Anda miliki agar Anda tidak stres sendiri saat berada dalam kondisi seperti ini.
1. Terbuka
Kita memang tak akan selalu sependapat satu sama lain, meski telah berusaha untuk itu. Jika ada yang tidak sependapat dengan kita, bukan berarti ia salah, atau Anda yang salah. Jika Anda terbuka, membuka diri untuk mendengarkan alasan-alasan mereka, ada peluang untuk saling mempelajari opini dan ide masing-masing. Jika kita tidak 'ngotot' untuk menjadi benar, komunikasi kita akan masuk level yang mendalam, mau mendengar, sehingga kita bisa lebih mengerti argumentasi orang lain, mengurangi resistensi dan judgement. Dialog menimbulkan koleksi yang mendalam.
2. Kerendahan hati
Dengan menekan sedikit ego kita, maka kita akan bisa menangani diri sendiri. Misalnya, jika kita memang terbukti salah, akui saja bahwa kita memang salah. Tak perlu membela ego dan terus mempertahankan argumen supaya terlihat Anda tetap benar. Orang lain akan menghargai kerendahan hati kita yang mengaku salah.
3. Pengampunan
Kita sering ingin menunjukkan pada orang yang telah menyakiti kita, betapa salahnya mereka terhadap kita. Sebaiknya, Anda fokus pada pengampunan. Penting untuk menunjukkan bahwa Anda sakit, tetapi memaafkan akan jauh lebih menyentuh hati orang lain ketimbang balas dendam.
4. Kebaikan
Ego hanya peduli terhadap benar dan salah. Sedangkan hati kita peduli dengan kebaikan. Jika Anda dan orang lain terus saling menyerang untuk membuktikan siapa yang benar dan siapa yang salah, maka tak akan ada ujungnya. Tebarkan kebaikan maka Anda dan orang lain dapat berbicara dari hati ke hati, sehingga benar dan salah bukan lagi tujuan. Dialog atau diskusi bertukar pendapat akan berjalan dengan penuh kasih.
1. Terbuka
Kita memang tak akan selalu sependapat satu sama lain, meski telah berusaha untuk itu. Jika ada yang tidak sependapat dengan kita, bukan berarti ia salah, atau Anda yang salah. Jika Anda terbuka, membuka diri untuk mendengarkan alasan-alasan mereka, ada peluang untuk saling mempelajari opini dan ide masing-masing. Jika kita tidak 'ngotot' untuk menjadi benar, komunikasi kita akan masuk level yang mendalam, mau mendengar, sehingga kita bisa lebih mengerti argumentasi orang lain, mengurangi resistensi dan judgement. Dialog menimbulkan koleksi yang mendalam.
2. Kerendahan hati
Dengan menekan sedikit ego kita, maka kita akan bisa menangani diri sendiri. Misalnya, jika kita memang terbukti salah, akui saja bahwa kita memang salah. Tak perlu membela ego dan terus mempertahankan argumen supaya terlihat Anda tetap benar. Orang lain akan menghargai kerendahan hati kita yang mengaku salah.
3. Pengampunan
Kita sering ingin menunjukkan pada orang yang telah menyakiti kita, betapa salahnya mereka terhadap kita. Sebaiknya, Anda fokus pada pengampunan. Penting untuk menunjukkan bahwa Anda sakit, tetapi memaafkan akan jauh lebih menyentuh hati orang lain ketimbang balas dendam.
4. Kebaikan
Ego hanya peduli terhadap benar dan salah. Sedangkan hati kita peduli dengan kebaikan. Jika Anda dan orang lain terus saling menyerang untuk membuktikan siapa yang benar dan siapa yang salah, maka tak akan ada ujungnya. Tebarkan kebaikan maka Anda dan orang lain dapat berbicara dari hati ke hati, sehingga benar dan salah bukan lagi tujuan. Dialog atau diskusi bertukar pendapat akan berjalan dengan penuh kasih.
Tenni Purwanti
sumber: huffingtonpost.com