Anda tentu pernah mendengar seorang teman yang senang mendramatisasi segala hal dan bercerita dengan emosi meledak-ledak ibarat sebuah kisah sinetron. Awalnya mungkin Anda tertarik dengan ceritanya. Tetapi lama kelamaan Anda mulai bosan dan lelah sendiri. Karena ternyata itu hanyalah cara dia untuk menarik perhatian orang lain.
Sifat seperti ini biasa disebut dengan 'Drama Queen'. Menurut American Psychiatric Association –yang menjadi rujukan para ahli kesehatan jiwa— gejala tersebut merupakan jenis gangguan kepribadian yang disebut histrionic personal disorder (HPD). Karakteristik gangguannya meliputi emosi yang meledak-ledak, sering mencari perhatian dengan berbagai cara yang dramatis, dan memiliki kebutuhan yang sangat besar untuk diperhatikan. Akibatnya, tidak jarang mereka melakukan cara-cara seduktif yang kurang pantas demi mendapatkan perhatian tersebut.
Memang tidak mudah mengenali apakah kita terlahir sebagai 'orang normal' atau bukan. Karena, bibit-bibit karakter yang menimbulkan potensi HPD dapat juga diturunkan oleh orang tua kita yang merupakan bawaan dari nenek moyang kita, dan umumnya karakter ini baru terlihat saat yang bersangkutan memasuki masa dewasa awal. Bahkan, suatu rangsangan perilaku tertentu, perlakuan tertentu, atau trauma masa kecil juga bisa memicu terbentuknya suatu perilaku baru atau menanamkan sebuah sifat, karakter, dan kepribadian tertentu pada seseorang.
Pengaruh lingkungan, pola asuh, dan konstruksi sosial-budaya-ideologi juga sangat berkontribusi terhadap pembentukan perilaku HPD. Pasalnya, manusia bukanlah makhluk yang bebas budaya. Apapun yang dipaparkan kepada seseorang sejak lahir, baik secara sengaja maupun tidak, merupakan bagian dari proses belajar dan pengalaman hidup yang nantinya turut berperan membentuk kepribadian seseorang.
Sebagai contoh, pola asuh yang memperlakukan anak layaknya seorang puteri dengan segala kemudahan untuk mendapatkan semua yang diinginkan, serta perhatian dan pemanjaan berlebihan, juga dapat mengembangkan perilaku yang mengacu pada HPD. Apalagi jika si anak pada dasarnya sudah memiliki bakat HPD sejak lahir (keturunan).
Sebaliknya, pengalaman terhadap penolakan, diabaikan, ataupun trauma tertentu yang mengakibatkan timbulnya perasaan kurang diperhatikan juga bisa memicu munculnya HPD. Rasa ketakutan ditinggalkan atau diabaikan karena orang tua akan bercerai, misalnya, juga dapat menjadi pemicu potensial HPD. Walaupun istilah ‘drama queen’ kerap mengacu pada wanita, pria pun memiliki potensi 'lebay' dan istilah yang diberlakukan kepada mereka disebut Antisocial Personality Disorder. Karakteristik pada mereka biasanya serupa, namun penanganan yang diberlakukan berbeda dari HPD.
Lalu, bagaimana jika Anda memiliki teman yang lebay, terutama yang sangat 'mengganggu? Menurut Ratih A. Ibrahim dari Personal Growth, yang penting adalah bersikap konsisten. Mulailah dengan bersikap tegas, rasional, dan objektif terhadap mereka. Menunjukkan sikap konsisten bahwa Anda tidak mempan dengan upaya-upaya manipulatif yang mereka lancarkan perlahan-lahan akan menyadarkan mereka.
Selain itu, jangan ragu merujuk orang-orang terdekat Anda yang diketahui memiliki kepribadian HPD –terutama yang cenderung ke perilaku kriminal sehingga mengancam keselamatan dirinya sendiri maupun orang-orang di sekitarnya-- kepada psikolog atau psikiater. Sejumlah terapi perilaku atau terapi farmakologi (dengan obat-obatan) rasanya layak mereka dapatkan agar mereka bisa kembali menjadi diri mereka sendiri.
Sifat seperti ini biasa disebut dengan 'Drama Queen'. Menurut American Psychiatric Association –yang menjadi rujukan para ahli kesehatan jiwa— gejala tersebut merupakan jenis gangguan kepribadian yang disebut histrionic personal disorder (HPD). Karakteristik gangguannya meliputi emosi yang meledak-ledak, sering mencari perhatian dengan berbagai cara yang dramatis, dan memiliki kebutuhan yang sangat besar untuk diperhatikan. Akibatnya, tidak jarang mereka melakukan cara-cara seduktif yang kurang pantas demi mendapatkan perhatian tersebut.
Memang tidak mudah mengenali apakah kita terlahir sebagai 'orang normal' atau bukan. Karena, bibit-bibit karakter yang menimbulkan potensi HPD dapat juga diturunkan oleh orang tua kita yang merupakan bawaan dari nenek moyang kita, dan umumnya karakter ini baru terlihat saat yang bersangkutan memasuki masa dewasa awal. Bahkan, suatu rangsangan perilaku tertentu, perlakuan tertentu, atau trauma masa kecil juga bisa memicu terbentuknya suatu perilaku baru atau menanamkan sebuah sifat, karakter, dan kepribadian tertentu pada seseorang.
Pengaruh lingkungan, pola asuh, dan konstruksi sosial-budaya-ideologi juga sangat berkontribusi terhadap pembentukan perilaku HPD. Pasalnya, manusia bukanlah makhluk yang bebas budaya. Apapun yang dipaparkan kepada seseorang sejak lahir, baik secara sengaja maupun tidak, merupakan bagian dari proses belajar dan pengalaman hidup yang nantinya turut berperan membentuk kepribadian seseorang.
Sebagai contoh, pola asuh yang memperlakukan anak layaknya seorang puteri dengan segala kemudahan untuk mendapatkan semua yang diinginkan, serta perhatian dan pemanjaan berlebihan, juga dapat mengembangkan perilaku yang mengacu pada HPD. Apalagi jika si anak pada dasarnya sudah memiliki bakat HPD sejak lahir (keturunan).
Sebaliknya, pengalaman terhadap penolakan, diabaikan, ataupun trauma tertentu yang mengakibatkan timbulnya perasaan kurang diperhatikan juga bisa memicu munculnya HPD. Rasa ketakutan ditinggalkan atau diabaikan karena orang tua akan bercerai, misalnya, juga dapat menjadi pemicu potensial HPD. Walaupun istilah ‘drama queen’ kerap mengacu pada wanita, pria pun memiliki potensi 'lebay' dan istilah yang diberlakukan kepada mereka disebut Antisocial Personality Disorder. Karakteristik pada mereka biasanya serupa, namun penanganan yang diberlakukan berbeda dari HPD.
Lalu, bagaimana jika Anda memiliki teman yang lebay, terutama yang sangat 'mengganggu? Menurut Ratih A. Ibrahim dari Personal Growth, yang penting adalah bersikap konsisten. Mulailah dengan bersikap tegas, rasional, dan objektif terhadap mereka. Menunjukkan sikap konsisten bahwa Anda tidak mempan dengan upaya-upaya manipulatif yang mereka lancarkan perlahan-lahan akan menyadarkan mereka.
Selain itu, jangan ragu merujuk orang-orang terdekat Anda yang diketahui memiliki kepribadian HPD –terutama yang cenderung ke perilaku kriminal sehingga mengancam keselamatan dirinya sendiri maupun orang-orang di sekitarnya-- kepada psikolog atau psikiater. Sejumlah terapi perilaku atau terapi farmakologi (dengan obat-obatan) rasanya layak mereka dapatkan agar mereka bisa kembali menjadi diri mereka sendiri.
C. Ayumi Tanggo
Konsultan: Ratih A. Ibrahim dari Personal Growth