Setelah sekian lama bekerja di Jakarta, mendadak saya harus jadi ibu rumah tangga lagi. Suami saya mendapat promosi jabatan dan ditempatkan di sebuah kota kecil. Terus terang saya sempat frustrasi. Tapi yang paling menyebalkan, saya terpaksa menadahkan tangan pada suami bahkan untuk membeli benda-benda sepele yang dulu bisa saya beli sendiri.
Suatu hari, saya meminta uang pada suami untuk sebuah keperluan rumah. Suami selintasan bertanya, “Memangnya uang yang kemarin sudah habis?” Mendengar itu, tangis saya kontan meledak karena merasa terhina. Suami saya kaget dan bingung, tanpa sebab jelas istrinya menangis. Setelah bicara dari hati ke hati, suami saya minta maaf. “Saya cuma bertanya, kok, nggak punya maksud apa-apa,” katanya, kalem.
Ih, sebal!
Retna Haris - Palu