Mempelajari spiritualitas sebenarnya bisa melalui berbagai cara. Mulai dari tatap muka, mengikuti pelatihan, atau ‘berguru’ kepada para spiritualis maupun ustaz (bagi yang muslim). Namun terkadang, karena terkendala waktu, jarak, dan kesibukan, kita sulit menghadiri pengajian atau mengikuti kursus mengaji. Untunglah dengan berkembangnya teknologi komunikasi dan informasi seperti saat ini, semua kebutuhan untuk mengasah spiritualitas itu juga bisa dilakukan secara online. Baik melalui situs-situs spiritualitas atau dengan mengunduh program tutorial dari youTube atau mp3.
Yusuf Mansur adalah salah satu ustaz yang tanggap mengantisipasi kebutuhan kaum urban yang sibuk namun haus siraman rohani. Selain berdakwah lewat layar kaca, pendiri
pesantren Daarul Quran ini rajin menjawab pertanyaan seputar agama atau sekadar melayani curhat soal jodoh lewat akun twitter-nya yang diikuti hampir 1 juta follower. Ia pun merancang situsnya dengan berbagai kajian dan aktivitas interaktif. Mulai dari sedekah online, belajar baca quran online, forum sharing masalah kehidupan, hingga kuliah agama secara online. Melalui pembelajaran ini diharapkan lebih banyak orang bisa belajar tentang keimanan dan mencari solusi masalah hidup secara mandiri, kapan saja, tanpa batasan ruang dan waktu.
“Idealnya semua orang bisa belajar ilmu spiritual (dan ilmu apa pun) secara online,” kata Erbe Sentanu, transformation coach dari Katahati Institute. “Karena, urusan spiritualitas atau hubungan dengan Tuhan tidak kasat mata. Jadi selama ini pun hubungan itu sudah dilakukan secara ‘online’,” tambah pria yang akrab dipanggil Nunu ini.
Kita tidak bisa bertatap muka langsung dengan Sang Ilahi, tetapi kita hanya mengenal dan mempelajari melalui kitab suci maupun ciptaan-Nya. Karena itu, kalau sekarang orang belajar spiritualitas lewat media internet, sebenarnya hal itu bisa menjadi latihan untuk memahami hubungan sejati antara kita dan Tuhan.
Hanya saja, menurut Nunu, belajar spiritualitas tidak bisa sekadar membaca berbagai informasi lewat internet saja. Terlepas dari kepentingan dan kredibilitas penulis atau pengelola situs tersebut, hasilnya hanyalah pemahaman lewat logika saja. Apalagi kalau kita membacanya dalam keadaan stres.
Nunu menyarankan, belajar apa pun, terutama yang berkaitan dengan spiritualitas, akan lebih efektif dan mendalam jika kita dalam kondisi yang relaks, tenang, damai, dan ikhlas. Dengan begitu, kita tidak hanya memahami suatu materi, tetapi bisa menghayatinya dengan sempurna, sehingga dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Walaupun untuk mencapai zona ikhlas tersebut memang tidak mudah. Untuk itu pula Nunu lalu menciptakan alat bantu yang menggunakan brainwave technology, berisi lantunan musik khusus yang diprogram untuk rnenarik gelornbang otak ke wilayah Alpha-Theta – gelombang di mana hati kita bisa merasakan ikhlas.
Namun mendekatkan diri kepada Tuhan tidak cukup hanya dengan memiliki ilmu agama yang luas. Melainkan, kata Nunu, ilmu itu harus juga dibuktikan dalam tindakan nyata. Misalnya, bagaimana kita bersikap dan berbicara kepada orang lain, memaknai hidup, dan apa yang kita lakukan dalam keseharian.
Perlu didampingi guru
Perkembangan teknologi internet memang membuat semua informasi terbuka luas. Kita pun dengan mudah belajar ilmu apa pun dengan bantuan google search. Begitu pula kalau kita ingin mencari Tuhan. Kita perlu melakukan searching ke berbagai situs untuk mencari referensi ilmu sebanyak-banyaknya.
“Nantinya yang bertindak sebagai navigator adalah hati kita sendiri. Situs mana yang kita anggap memberikan jawaban yang paling pas dan enak dibaca. Artinya itulah jalan yang tepat untuk kita,” ujar Nunu. Jadi, setiap orang bisa menemukan jalan spiritual yang berbeda-beda.
Yang perlu diingat, tujuan dari kita belajar spiritualitas adalah untuk menemukan keselamatan dan kedamaian hati. Jadi apa pun yang kita pelajari di media internet atau media lainnya, sebenarnya hanyalah salah satu kunci untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk lebih meyakinkan apakah kita menangkap makna dari kunci tersebut dengan benar, ada baiknya kita didampingi seorang guru.
“Guru di sini fungsinya untuk membantu membuka wawasan dan memantau apakah kita sudah berjalan sesuai jalurnya, bukan menunjukkan jalan yang dia anggap benar. Karena pada dasarnya, mengasah spiritualitas atau mencari Tuhan adalah sebuah perjalanan pribadi. Orang perlu merasakan pengalamannya sendiri,” Nunu memaparkan. “Hingga akhirnya kita bisa menemukan hubungan ‘online’ yang sesungguhnya dengan Sang Ilahi.”
Yusuf Mansur adalah salah satu ustaz yang tanggap mengantisipasi kebutuhan kaum urban yang sibuk namun haus siraman rohani. Selain berdakwah lewat layar kaca, pendiri
pesantren Daarul Quran ini rajin menjawab pertanyaan seputar agama atau sekadar melayani curhat soal jodoh lewat akun twitter-nya yang diikuti hampir 1 juta follower. Ia pun merancang situsnya dengan berbagai kajian dan aktivitas interaktif. Mulai dari sedekah online, belajar baca quran online, forum sharing masalah kehidupan, hingga kuliah agama secara online. Melalui pembelajaran ini diharapkan lebih banyak orang bisa belajar tentang keimanan dan mencari solusi masalah hidup secara mandiri, kapan saja, tanpa batasan ruang dan waktu.
“Idealnya semua orang bisa belajar ilmu spiritual (dan ilmu apa pun) secara online,” kata Erbe Sentanu, transformation coach dari Katahati Institute. “Karena, urusan spiritualitas atau hubungan dengan Tuhan tidak kasat mata. Jadi selama ini pun hubungan itu sudah dilakukan secara ‘online’,” tambah pria yang akrab dipanggil Nunu ini.
Kita tidak bisa bertatap muka langsung dengan Sang Ilahi, tetapi kita hanya mengenal dan mempelajari melalui kitab suci maupun ciptaan-Nya. Karena itu, kalau sekarang orang belajar spiritualitas lewat media internet, sebenarnya hal itu bisa menjadi latihan untuk memahami hubungan sejati antara kita dan Tuhan.
Hanya saja, menurut Nunu, belajar spiritualitas tidak bisa sekadar membaca berbagai informasi lewat internet saja. Terlepas dari kepentingan dan kredibilitas penulis atau pengelola situs tersebut, hasilnya hanyalah pemahaman lewat logika saja. Apalagi kalau kita membacanya dalam keadaan stres.
Nunu menyarankan, belajar apa pun, terutama yang berkaitan dengan spiritualitas, akan lebih efektif dan mendalam jika kita dalam kondisi yang relaks, tenang, damai, dan ikhlas. Dengan begitu, kita tidak hanya memahami suatu materi, tetapi bisa menghayatinya dengan sempurna, sehingga dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Walaupun untuk mencapai zona ikhlas tersebut memang tidak mudah. Untuk itu pula Nunu lalu menciptakan alat bantu yang menggunakan brainwave technology, berisi lantunan musik khusus yang diprogram untuk rnenarik gelornbang otak ke wilayah Alpha-Theta – gelombang di mana hati kita bisa merasakan ikhlas.
Namun mendekatkan diri kepada Tuhan tidak cukup hanya dengan memiliki ilmu agama yang luas. Melainkan, kata Nunu, ilmu itu harus juga dibuktikan dalam tindakan nyata. Misalnya, bagaimana kita bersikap dan berbicara kepada orang lain, memaknai hidup, dan apa yang kita lakukan dalam keseharian.
Perlu didampingi guru
Perkembangan teknologi internet memang membuat semua informasi terbuka luas. Kita pun dengan mudah belajar ilmu apa pun dengan bantuan google search. Begitu pula kalau kita ingin mencari Tuhan. Kita perlu melakukan searching ke berbagai situs untuk mencari referensi ilmu sebanyak-banyaknya.
“Nantinya yang bertindak sebagai navigator adalah hati kita sendiri. Situs mana yang kita anggap memberikan jawaban yang paling pas dan enak dibaca. Artinya itulah jalan yang tepat untuk kita,” ujar Nunu. Jadi, setiap orang bisa menemukan jalan spiritual yang berbeda-beda.
Yang perlu diingat, tujuan dari kita belajar spiritualitas adalah untuk menemukan keselamatan dan kedamaian hati. Jadi apa pun yang kita pelajari di media internet atau media lainnya, sebenarnya hanyalah salah satu kunci untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk lebih meyakinkan apakah kita menangkap makna dari kunci tersebut dengan benar, ada baiknya kita didampingi seorang guru.
“Guru di sini fungsinya untuk membantu membuka wawasan dan memantau apakah kita sudah berjalan sesuai jalurnya, bukan menunjukkan jalan yang dia anggap benar. Karena pada dasarnya, mengasah spiritualitas atau mencari Tuhan adalah sebuah perjalanan pribadi. Orang perlu merasakan pengalamannya sendiri,” Nunu memaparkan. “Hingga akhirnya kita bisa menemukan hubungan ‘online’ yang sesungguhnya dengan Sang Ilahi.”
Shinta Kusuma
Konsultan: Erbe Sentanu – Katahati Institute