Kebahagiaan selalu diburu banyak orang. Ada berbagai jenis kebahagiaan, tapi kebanyakan dari kita mengagungkan kebahagiaan yang berupa pengalaman menyenangkan serta keberhasilan mengumpulkan materi. Padahal ada jenis kebahagiaan lain, yang disebut eudaimonia, yaitu perasaan puas yang kita alami bila berhasil mencapai suatu tujuan atau membuktikan potensi pribadi.
Ajaran Buddha menyatakan, kebahagiaan yang langgeng adalah hak setiap orang sejak lahir. Bukan berasal dari harta benda; melainkan dari terbatasnya diri kita dari kebutaan mental dan emosi yang saling bertentangan. Begitu kita memilikinya, kita dapat melihat dunia ini tanpa 'cadar' atau distorsi. Kata Richard,"Itu adalah kegembiraan karena berhasil mencapai kebebasan di dalam, dan memiliki kebaikan hati yang memancar kepada orang lain."
Yang kerap menyulitkan, salah satu cadar itu adalah jiwa yang sulit berubah. "Kita lebih sering mengembangkan penderitaan sendiri dengan proses pengidentifikasian diri yang kompleks," kata Jon Kabat Zinn, pendiri Stress Reduction Clinic di Massachussets Medical Center. "Ego kita terkait dengan banyak hal. Bila ada orang yang tidak sengaja menabrak mobil kita, kita akan serta merta mengatakan orang itu memang sengaja berbuat begitu untuk menyakiti atau merugikan kita."
Padahal, kita sejatinya senantiasa saling tergantung pada orang lain dan lingkungan, tulis Ricard dalam bukunya, Happines. Setiap saat, antara kelahiran dan kematian, tubuh kita mengalami transformasi, dan otak menjadi panggung emosi dan pengalaman yang tak terhitung banyaknya. Itu sebenarnya hanyalah pengalaman yang sifatnya sementara, tapi kita lalu menganggapnya sebagai sesuatu yang menetap, unik, dan milik kita sendiri, padahal sikap semacam itulah yang merupakan akar penderitaan.
Orang yang bermeditasi akan menemukan bahwa bila mereka berhenti mementingkan gejolak emosi sendiri, maka rasa egoistis itu akan hilang dengan sendirinya, sehingga mereka bisa menyerap segala sesuatu secara lebih baik. "Pengalaman seperti itulah yang dicari banyak," begitu kata Kabat-Zinn.
Untuk mencapai itu kita tidak perlu hidup membiara bagaikan pendeta Buddha. Sesi-sesi meditasi yang pendek dan teratur sudah memberikan cukup manfaat. Seperti kata Ricard, "Saya yakin Anda bisa mencapai perubahan besar dalam hidup bila rutin bermeditasi 30 menit saja setiap hari. Dengan melakukan praktik ini, hal-hal positif seperti menetes sedikit-sedikit. Lama-lama penuh sebotol."
Shinta Kusuma