Bagaimana mengisi dan memaknai hidup kita, tentu berbeda-beda pada setiap manusia, tergantung pada kepribadian dan ‘dendam’ masa lalu masing-masing. Ada manusia yang nature-nya memang mudah puas, sehingga semonoton apa pun hidup yang ia jalani, atau meski kariernya biasa-biasa saja, ia tidak gampang gelisah. Tapi ada pula manusia yang dasarnya senang pada perubahan. Orang bertipe ini biasanya menyukai tantangan, tak gampang puas, dan cenderung mudah gelisah atau bosan, meskipun secara umum dia termasuk berhasil dalam karier dan materi.
“Tapi, tipe apa pun Anda, pada dasarnya semua manusia membutuhkan makna bagi hidupnya. Misalnya, seorang ibu merasa hidupnya bermakna ketika anak-anak membutuhkan kehadirannya. Tapi ketika anak-anaknya sudah mandiri dan hidup terpisah dari orang tua, tak jarang para ibu kehilangan makna hidup. Atau, seseorang merasa kesepian dan ‘kosong’ karena sampai usia tertentu belum mendapatkan pasangan hidup, sementara teman-teman sebayanya tak bisa lagi sering-sering menemani karena sibuk dengan urusan keluarga masing-masing,” ujar psikolog Ira Puspitawati dari Universitas Gunadarma Depok.
Karena itu, bila Anda mulai merasakan kekosongan atau kesepian, segeralah lakukan perubahan. Tidak harus dengan melakukan hal-hal besar, apalagi bila kondisi tidak memungkinkan. Hal-hal kecil pun bisa dilakukan sejauh itu bisa memberi (kembali) makna bagi hidup Anda. Bisa dengan cara menebus ‘utang-utang’ masa lalu yang belum terbayar, atau dengan menciptakan sendiri ‘pencerahan’ dalam hidup Anda.
Bila dulu Anda tak punya cukup waktu untuk mendalami kehidupan spiritual, kini setelah tidak sesibuk dulu, Anda bisa mengikuti pengajian, mengambil kelas meditasi, atau terjun ke kegiatan sosial. Bila dulu Anda tak sempat memenuhi hasrat untuk traveling berdua suami karena anak-anak masih kecil dan membutuhkan banyak biaya, kini Anda bisa mewujudkan impian tersebut. Bila selama ini Anda tak pernah bisa menikmati fashion karena tubuh terlalu gemuk, ini saatnya mulai melakukan diet secara serius. Atau bila Anda tetap ingin menikah meski usia sudah di atas kepala empat, mengapa tidak segera bergabung dengan situs match maker yang serius dan kompeten? Banyak lho, yang akhirnya berhasil menemukan jodoh lewat cara ini.
Yang pasti, tidak ada kata terlambat untuk mengubah diri. Namun, seiring bertambahnya usia, sudah semestinya kita juga menjadi lebih bijaksana. Antara lain dengan bersikap lebih rasional dalam menentukan target-target hidup kita selanjutnya. Misalnya, kalau memutuskan untuk berdiet, target kita tentunya tidak lagi harus menjadi selangsing peragawati (karena kita tahu itu tak mungkin). Dan kalau kita akhirnya ketemu jodoh dan memutuskan menikah di usia pertengahan 40, mungkin kita harus ikhlas mencoret ‘melahirkan anak sendiri’ dari daftar target kita.
Dengan kata lain, untuk menjadi ‘manusia baru’, lakukan apa pun yang ingin Anda lakukan, asalkan membuat hidup Anda kembali bermakna dan membuat Anda bahagia. Syarat lain yang tak kalah penting: sudah saatnya Anda mulai belajar bersyukur untuk apa pun yang Tuhan berikan kepada Anda selama ini.
“Tapi, tipe apa pun Anda, pada dasarnya semua manusia membutuhkan makna bagi hidupnya. Misalnya, seorang ibu merasa hidupnya bermakna ketika anak-anak membutuhkan kehadirannya. Tapi ketika anak-anaknya sudah mandiri dan hidup terpisah dari orang tua, tak jarang para ibu kehilangan makna hidup. Atau, seseorang merasa kesepian dan ‘kosong’ karena sampai usia tertentu belum mendapatkan pasangan hidup, sementara teman-teman sebayanya tak bisa lagi sering-sering menemani karena sibuk dengan urusan keluarga masing-masing,” ujar psikolog Ira Puspitawati dari Universitas Gunadarma Depok.
Karena itu, bila Anda mulai merasakan kekosongan atau kesepian, segeralah lakukan perubahan. Tidak harus dengan melakukan hal-hal besar, apalagi bila kondisi tidak memungkinkan. Hal-hal kecil pun bisa dilakukan sejauh itu bisa memberi (kembali) makna bagi hidup Anda. Bisa dengan cara menebus ‘utang-utang’ masa lalu yang belum terbayar, atau dengan menciptakan sendiri ‘pencerahan’ dalam hidup Anda.
Bila dulu Anda tak punya cukup waktu untuk mendalami kehidupan spiritual, kini setelah tidak sesibuk dulu, Anda bisa mengikuti pengajian, mengambil kelas meditasi, atau terjun ke kegiatan sosial. Bila dulu Anda tak sempat memenuhi hasrat untuk traveling berdua suami karena anak-anak masih kecil dan membutuhkan banyak biaya, kini Anda bisa mewujudkan impian tersebut. Bila selama ini Anda tak pernah bisa menikmati fashion karena tubuh terlalu gemuk, ini saatnya mulai melakukan diet secara serius. Atau bila Anda tetap ingin menikah meski usia sudah di atas kepala empat, mengapa tidak segera bergabung dengan situs match maker yang serius dan kompeten? Banyak lho, yang akhirnya berhasil menemukan jodoh lewat cara ini.
Yang pasti, tidak ada kata terlambat untuk mengubah diri. Namun, seiring bertambahnya usia, sudah semestinya kita juga menjadi lebih bijaksana. Antara lain dengan bersikap lebih rasional dalam menentukan target-target hidup kita selanjutnya. Misalnya, kalau memutuskan untuk berdiet, target kita tentunya tidak lagi harus menjadi selangsing peragawati (karena kita tahu itu tak mungkin). Dan kalau kita akhirnya ketemu jodoh dan memutuskan menikah di usia pertengahan 40, mungkin kita harus ikhlas mencoret ‘melahirkan anak sendiri’ dari daftar target kita.
Dengan kata lain, untuk menjadi ‘manusia baru’, lakukan apa pun yang ingin Anda lakukan, asalkan membuat hidup Anda kembali bermakna dan membuat Anda bahagia. Syarat lain yang tak kalah penting: sudah saatnya Anda mulai belajar bersyukur untuk apa pun yang Tuhan berikan kepada Anda selama ini.
Tina Savitri