Beruntung bagi seorang Ainun Chonsum yang memulai kegiatan "Akademi Berbagi" sejak
tahun 2010, saat internet di Indonesia sedang berkembang. Dengan perkembangan teknologi yang pesat itulah, kegiatan "Akademi Berbagi" yang digagasnya bisa cepat menyebar luas. Hingga kini, "Akademi Berbagi" telah menyebar di 38 kota di seluruh Indonesia, dengan kota terakhir yang bergabung adalah Lhokseumawe.
"Akademi Berbagi" digagas Ainun Chonsum (@pasarsapi) pada Juni 2010, karena keinginan belajar dari pendirinya. Melalui jejaring twitter (media sosial) ia menemukan guru-guru yang mau mengajarkan ilmu secara gratis. Karena semakin banyak peminat dan kemudian banyak guru yang mau mengajar, maka dibuatlah kelas secara rutin di Jakarta.
Sosialisasi kegiatan ini hanya melalui media sosial. Kegiatan ini kemudian diduplikasi secara cepat di berbagai wilayah. Visi yang ingin dibangun adalah Akademi Berbagi menjadi sebuah wadah pembelajaran yang menghubungkan orang-orang yang berilmu dan berwawasan dengan orang-orang yang ingin belajar. Hingga kini, puluhan profesional dari berbagai bidang telah menjadi guru Akademi Berbagi. Volunteer pun terus bertambah di setiap kota, hingga masing-masing kota membuat akun twitter sendiri, untuk melengkapi akun twitter "Akademi Berbagi" yang sudah ada: @akademiberbagi
"Akademi Berbagi" berjalan secara online dan offline selama 3 tahun. Banyak rapat-rapat yang dilakukan volunteer di berbagai kota melalui mailing list, lalu pengumuman diadakannya kelas dilakukan melalui twitter. “Bayangkan kalau saya harus mengumpulkan orang dari 38 kota untuk rapat. Habis biaya berapa? Makanya waktu itu saya usahakan agar setiap kota mau belajar untuk menggunakan mailing list dan grup di facebook sebagai sarana meeting dan berbagi informasi,” ujar Ainun kepada Pesona saat pertemuan di Penang Bistro Jakarta, April 2013.
Ainun mengaku awalnya cukup kesulitan untuk mengajari para volunteer melakukan komunikasi hanya melalui media sosial dan email. Tapi kini, setelah semua volunteer menjalankan sistem yang dibangunnya, "Akademi Berbagi" berhasil menularkan virus berbagi ilmu secara gratis ke seluruh Indonesia. Masing-masing kota telah memiliki tim volunteer sendiri, akun twitter sendiri, dan menjalankan kelas sendiri sesuai dengan materi-materi yang dibutuhkan di kota tersebut.
Kegiatan "Akademi Berbagi" murni kegiatan nirlaba yang dilakukan Ainun di luar kesibukannya sebagai social media strategist. Selain Ainun, masih banyak sosok di negeri ini yang berhasil menularkan ‘virus’ berbagi melalui media sosial, contohnya Silly (@justsilly) yang sukses menyelamatkan banyak nyawa dengan kegiatan donor darah melalui akun twitter @Blood4LifeID. Ada pula Ridwan Kamil (@ridwankamil) yang sukses menularkan ‘virus’ berkebun melalui akun @IDberkebun.
Anda pun bisa menularkan ‘virus’ kebaikan melalui media sosial. Dimulai dari hal-hal kecil
dan disebarkan melalui lingkungan sekitar Anda. Jika akhirnya menyebar luas dan memberi dampak positif bagi banyak orang, tentu akan menambah kebahagiaan Anda sebagai makhluk pribadi dan sosial.
tahun 2010, saat internet di Indonesia sedang berkembang. Dengan perkembangan teknologi yang pesat itulah, kegiatan "Akademi Berbagi" yang digagasnya bisa cepat menyebar luas. Hingga kini, "Akademi Berbagi" telah menyebar di 38 kota di seluruh Indonesia, dengan kota terakhir yang bergabung adalah Lhokseumawe.
"Akademi Berbagi" digagas Ainun Chonsum (@pasarsapi) pada Juni 2010, karena keinginan belajar dari pendirinya. Melalui jejaring twitter (media sosial) ia menemukan guru-guru yang mau mengajarkan ilmu secara gratis. Karena semakin banyak peminat dan kemudian banyak guru yang mau mengajar, maka dibuatlah kelas secara rutin di Jakarta.
Sosialisasi kegiatan ini hanya melalui media sosial. Kegiatan ini kemudian diduplikasi secara cepat di berbagai wilayah. Visi yang ingin dibangun adalah Akademi Berbagi menjadi sebuah wadah pembelajaran yang menghubungkan orang-orang yang berilmu dan berwawasan dengan orang-orang yang ingin belajar. Hingga kini, puluhan profesional dari berbagai bidang telah menjadi guru Akademi Berbagi. Volunteer pun terus bertambah di setiap kota, hingga masing-masing kota membuat akun twitter sendiri, untuk melengkapi akun twitter "Akademi Berbagi" yang sudah ada: @akademiberbagi
"Akademi Berbagi" berjalan secara online dan offline selama 3 tahun. Banyak rapat-rapat yang dilakukan volunteer di berbagai kota melalui mailing list, lalu pengumuman diadakannya kelas dilakukan melalui twitter. “Bayangkan kalau saya harus mengumpulkan orang dari 38 kota untuk rapat. Habis biaya berapa? Makanya waktu itu saya usahakan agar setiap kota mau belajar untuk menggunakan mailing list dan grup di facebook sebagai sarana meeting dan berbagi informasi,” ujar Ainun kepada Pesona saat pertemuan di Penang Bistro Jakarta, April 2013.
Ainun mengaku awalnya cukup kesulitan untuk mengajari para volunteer melakukan komunikasi hanya melalui media sosial dan email. Tapi kini, setelah semua volunteer menjalankan sistem yang dibangunnya, "Akademi Berbagi" berhasil menularkan virus berbagi ilmu secara gratis ke seluruh Indonesia. Masing-masing kota telah memiliki tim volunteer sendiri, akun twitter sendiri, dan menjalankan kelas sendiri sesuai dengan materi-materi yang dibutuhkan di kota tersebut.
Kegiatan "Akademi Berbagi" murni kegiatan nirlaba yang dilakukan Ainun di luar kesibukannya sebagai social media strategist. Selain Ainun, masih banyak sosok di negeri ini yang berhasil menularkan ‘virus’ berbagi melalui media sosial, contohnya Silly (@justsilly) yang sukses menyelamatkan banyak nyawa dengan kegiatan donor darah melalui akun twitter @Blood4LifeID. Ada pula Ridwan Kamil (@ridwankamil) yang sukses menularkan ‘virus’ berkebun melalui akun @IDberkebun.
Anda pun bisa menularkan ‘virus’ kebaikan melalui media sosial. Dimulai dari hal-hal kecil
dan disebarkan melalui lingkungan sekitar Anda. Jika akhirnya menyebar luas dan memberi dampak positif bagi banyak orang, tentu akan menambah kebahagiaan Anda sebagai makhluk pribadi dan sosial.
Tenni Purwanti