Menjelang pergantian tahun, ritual yang nyaris tak pernah kita lewatkan adalah menyusun resolusi untuk tahun baru. Dengan mudahnya kita menyusun sederet rencana yang ingin kita capai di tahun depan, mulai dari keinginan menjadi pribadi “baru” yang lebih sabar dan disiplin, meraih jenjang karier lebih tinggi, sampai menerapkan gaya hidup yang lebih sehat. Menulis daftar resolusi memang mudah, namun mewujudkan rencana itulah yang penuh tantangan. Seringkali bulan Januari belum lewat tapi kita sudah lupa dengan resolusi yang telah kita susun dengan semangat menggebu. Dan akhirnya, di tahun baru kita terjebak lagi pada kebiasaan yang lama.
Seperti yang diungkapkan Alexander Sriewijono, psikolog dan sahabat diskusi dari Daily Meaning, “People love to write resolutions karena menikmati sensasinya. Dengan menuliskan saja, seakan-akan ia sudah bergerak menuju ke sana untuk mendapatkannya, padahal kenyataannya belum melakukan apa-apa. Itulah yang membuat resolusi sering gagal diterapkan.” Nah, jika kita harus mencantumkan poin resolusi yang sama berkali-kali di setiap pergantian tahun karena belum berhasil merealisasikannya, ini pertanda ada yang salah dalam diri kita dan perlu dibenahi.
Bercermin pada orang yang tepat
Sebelum membuat resolusi, menurut Alex, hal paling mendasar yang perlu dilakukan adalah ‘bercermin’ pada diri sendiri. Namun biasanya kita cenderung bertanya mengenai apa yang kita inginkan (what I want) dan bukan apa yang kita butuhkan (what I need). Wants (keinginan) merujuk pada sesuatu yang menyenangkan untuk dimiliki namun tidak bersifat esensial. Sedangkan needs (kebutuhan) adalah sesuatu yang memang esensial untuk dimiliki.
"Herannya, saat ditanya ‘apa yang kamu inginkan?’, tak sedikit orang yang sulit menjawabnya karena tidak tahu apa yang sesungguhnya mereka inginkan. Namun, seperti yang tertulis dalam twitter novelis Paulo Coelho: It’s ok if sometimes we don’t understand what we want, but please make sure what we don’t want. “Seperti kata Paulo, setidaknya kita tahu apa yang tidak diinginkan. Saya tambahkan satu poin lagi, yakni bukan sekadar tahu apa yang tidak diinginkan, tapi juga tahu apa yang tidak dibutuhkan,” papar Alex.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat, Alex menyarankan untuk juga bercermin pada orang lain. Tentunya kita perlu memilih orang yang tepat yang dapat memberikan penilaian yang obyektif. Misalnya kalau kita bertanya soal pakaian kepada pasangan, kemungkinan ia akan menjawab, “Bagus Sayang!” Meskipun sebenarnya ia tidak berkata jujur lantaran takut membuat kita tersinggung. Sementara kalau kita bertanya pada sahabat, kita akan mendapatkan kritik dan saran yang lebih terbuka karena biasanya mereka lebih leluasa bicara apa adanya.
Terkadang tidak mudah menerima pendapat orang lain, karena kita cenderung hanya mendengarkan apa yang ingin didengar dan bukan pada apa yang seharusnya didengar. Lumrah jika kita lebih senang mendengar pujian ketimbang kritik. Karenanya, kita harus siap mental sebelum bertanya pada orang lain. Tak juga harus semua saran diikuti, namun bersikaplah bijak dan open mind terhadap apapun yang disampaikan orang lain.
5 jurus meraih resolusi ala Alex:
1. Pikirkan apa yang perlu diubah dalam hidup Anda. Fokuskan pada 3-5 poin yang paling penting. Sebaiknya poin-poin tersebut saling terkait supaya bisa saling mendukung dalam proses pencapaiannya. Tanyakan alasan di balik resolusi tersebut. Semakin jelas tujuannya, semakin kuat pula semangat untuk mencapainya. Misalnya, kalau tujuan kita melakukan program diet untuk lebih sehat, tentu akan lebih kuat dibandingkan hanya karena ikut-ikutan teman.
2. Rumuskan resolusi dalam pernyataan yang spesifik dan lebih realistis. Daripada menuliskan resolusi “ingin hidup lebih sehat dan bahagia”, lebih baik menuliskan, misalnya: “mengikuti kelas yoga atau diet golongan darah”. Setelah itu, tempelkan daftar resolusi ini pada tempat-tempat yang mudah dilihat, supaya selalu menjadi pengingat.
3. Ceritakan resolusi Anda kepada orang-orang terdekat, agar mereka bisa mengingatkan atau memberikan dukungan jika semangat Anda luntur di tengah jalan.
4. Hargailah proses dan jangan hanya terfokus pada hasil. Resolusi adalah suatu perjalanan sehingga setiap langkah yang ditempuh bisa dihargai. Mungkin saja Anda belum bisa meraih resolusi tersebut namun telah mengalami banyak perubahan yang positif.
5. Cek dan evaluasi secara berkala. Tak harus menunggu akhir tahun, tapi sebaiknya lakukan berkala, misalnya setiap 3 bulan sekali, sehingga Anda bisa memantau perkembangan rencana tersebut. Bila ada rencana yang tak berjalan mulus, Anda bisa memikirkan cara lain untuk mewujudkannya. Atau, kalau benar-benar berpeluang gagal, Anda bisa menggantinya dengan alternatif lain.
Seperti yang diungkapkan Alexander Sriewijono, psikolog dan sahabat diskusi dari Daily Meaning, “People love to write resolutions karena menikmati sensasinya. Dengan menuliskan saja, seakan-akan ia sudah bergerak menuju ke sana untuk mendapatkannya, padahal kenyataannya belum melakukan apa-apa. Itulah yang membuat resolusi sering gagal diterapkan.” Nah, jika kita harus mencantumkan poin resolusi yang sama berkali-kali di setiap pergantian tahun karena belum berhasil merealisasikannya, ini pertanda ada yang salah dalam diri kita dan perlu dibenahi.
Bercermin pada orang yang tepat
Sebelum membuat resolusi, menurut Alex, hal paling mendasar yang perlu dilakukan adalah ‘bercermin’ pada diri sendiri. Namun biasanya kita cenderung bertanya mengenai apa yang kita inginkan (what I want) dan bukan apa yang kita butuhkan (what I need). Wants (keinginan) merujuk pada sesuatu yang menyenangkan untuk dimiliki namun tidak bersifat esensial. Sedangkan needs (kebutuhan) adalah sesuatu yang memang esensial untuk dimiliki.
"Herannya, saat ditanya ‘apa yang kamu inginkan?’, tak sedikit orang yang sulit menjawabnya karena tidak tahu apa yang sesungguhnya mereka inginkan. Namun, seperti yang tertulis dalam twitter novelis Paulo Coelho: It’s ok if sometimes we don’t understand what we want, but please make sure what we don’t want. “Seperti kata Paulo, setidaknya kita tahu apa yang tidak diinginkan. Saya tambahkan satu poin lagi, yakni bukan sekadar tahu apa yang tidak diinginkan, tapi juga tahu apa yang tidak dibutuhkan,” papar Alex.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat, Alex menyarankan untuk juga bercermin pada orang lain. Tentunya kita perlu memilih orang yang tepat yang dapat memberikan penilaian yang obyektif. Misalnya kalau kita bertanya soal pakaian kepada pasangan, kemungkinan ia akan menjawab, “Bagus Sayang!” Meskipun sebenarnya ia tidak berkata jujur lantaran takut membuat kita tersinggung. Sementara kalau kita bertanya pada sahabat, kita akan mendapatkan kritik dan saran yang lebih terbuka karena biasanya mereka lebih leluasa bicara apa adanya.
Terkadang tidak mudah menerima pendapat orang lain, karena kita cenderung hanya mendengarkan apa yang ingin didengar dan bukan pada apa yang seharusnya didengar. Lumrah jika kita lebih senang mendengar pujian ketimbang kritik. Karenanya, kita harus siap mental sebelum bertanya pada orang lain. Tak juga harus semua saran diikuti, namun bersikaplah bijak dan open mind terhadap apapun yang disampaikan orang lain.
5 jurus meraih resolusi ala Alex:
1. Pikirkan apa yang perlu diubah dalam hidup Anda. Fokuskan pada 3-5 poin yang paling penting. Sebaiknya poin-poin tersebut saling terkait supaya bisa saling mendukung dalam proses pencapaiannya. Tanyakan alasan di balik resolusi tersebut. Semakin jelas tujuannya, semakin kuat pula semangat untuk mencapainya. Misalnya, kalau tujuan kita melakukan program diet untuk lebih sehat, tentu akan lebih kuat dibandingkan hanya karena ikut-ikutan teman.
2. Rumuskan resolusi dalam pernyataan yang spesifik dan lebih realistis. Daripada menuliskan resolusi “ingin hidup lebih sehat dan bahagia”, lebih baik menuliskan, misalnya: “mengikuti kelas yoga atau diet golongan darah”. Setelah itu, tempelkan daftar resolusi ini pada tempat-tempat yang mudah dilihat, supaya selalu menjadi pengingat.
3. Ceritakan resolusi Anda kepada orang-orang terdekat, agar mereka bisa mengingatkan atau memberikan dukungan jika semangat Anda luntur di tengah jalan.
4. Hargailah proses dan jangan hanya terfokus pada hasil. Resolusi adalah suatu perjalanan sehingga setiap langkah yang ditempuh bisa dihargai. Mungkin saja Anda belum bisa meraih resolusi tersebut namun telah mengalami banyak perubahan yang positif.
5. Cek dan evaluasi secara berkala. Tak harus menunggu akhir tahun, tapi sebaiknya lakukan berkala, misalnya setiap 3 bulan sekali, sehingga Anda bisa memantau perkembangan rencana tersebut. Bila ada rencana yang tak berjalan mulus, Anda bisa memikirkan cara lain untuk mewujudkannya. Atau, kalau benar-benar berpeluang gagal, Anda bisa menggantinya dengan alternatif lain.