Wanita yang menjabat sebagai inisiator ecofabliving ini mencontohkan aplikasi-aplikasi
di ponselnya. Awalnya ia mengaku tidak mau susah payah mempelajari hal tersebut. Namun
setelah mengetahui fungsi-fungsi dan keuntungannya, ia pun menanggalkan keengganannya untuk belajar dan mencari tahu. Contohnya, aplikasi viber yang memungkinkannya menelepon dan mengirim pesan secara gratis. Karena tinggal di Amerika Serikat, aplikasi ini tentu menguntungkan untuk berkomunikasi dengan keluarga di Indonesia. Juga aplikasi books di mana ia bisa membeli dan membaca buku di layar ponsel.
Lebih lanjut Nana menyatakan, di era digital seperti sekarang, institusi atau perusahaan
sebaiknya memperhatikan kemampuan karyawannya di bidang teknologi. “Harus ada persyaratan untuk posisi-posisi tertentu, karena ini masalah kompetensi juga,” ujar Nana. Mungkin kita tidak perlu menguasai sampai tingkat advanced, tetapi minimal mengerti cara menggunakannya. Hal ini dipertegas oleh psikolog Ratih Ibrahim yang menyatakan jika karyawan tidak mau tidak menantang diri sendiri, berarti perusahaanlah yang harus ‘mendesak’ mereka untuk mempelajarinya demi kemajuan perusahaan. Jadi, apa Anda berani menantang diri sendiri?
NTF