Menurut Liz Mascarenhas, konselor perkawinan di Marriage Care, pasangan yang langgeng bukan lantaran mereka tidak pernah bertengkar. Tetapi karena mereka dapat menerima perbedaan masing-masing.
“Hasil penelitian menunjukkan pasangan bisa langgeng karena melakukan 2 hal:
Pertama, mereka menemukan cara untuk mengatasi perbedaan, dengan saling menghargai dan empati. Kedua, ada keinginan yang tulus dari kedua pihak untuk mempertahankan hubungan,” Liz menjelaskan.
Menurut para konselor perkawinan, masalah yang terjadi di permukaan sebenarnya hanyalah gejala dari masalah yang lebih dalam. Kesamaan minat dan nilai mengambil peran penting, tapi komunikasi merupakan kunci utama untuk mempertahankan suatu hubungan.
Para psikolog mengatakan, pola interaksi kita dengan orang lain diadopsi dari pola
interaksi orang tua dan orang-orang lain yang dianggap sebagai panutan. Termasuk cara mereka menyelesaikan masalah dengan orang lain. Ada yang cenderung menghindari konflik (avoidance), ada pula yang ‘menyerang’ (aggressive). Bila kita mengetahui sejarah keluarga pasangan, hal itu akan membantu kita memahami sikap masing-masing.
Pasangan yang sukses mempertahankan perkawinan biasanya bisa menemukan solusi dari suatu pertengkaran. “Dari hasil penelitian, 69 persen pasangan bertengkar karena masalah yang tidak bisa diubah. Karenanya, diharapkan mereka bisa berkompromi,” saran Liz.
Contohnya, seorang istri sering ngomel karena suaminya suka sembarangan dan tidak pernah disiplin menyimpan barang. Padahal, sebagai ibu rumah tangga, dia ingin rumah mereka selalu rapi dan akibatnya dialah yang terpaksa membereskannya. Daripada berharap suami akan berubah (yang pada kenyataannya seseorang memang sulit berubah), maka untuk mengatasi masalah ini akhirnya mereka sepakat untuk mempekerjakan pembantu rumah tangga.
Pada dasarnya kita semua ingin menang dalam sebuah perdebatan. Tapi, kata Charlotte Imbert, konselor perkawinan, dalam suatu hubungan, kita harus dapat mengalah secara elegan. “Pasangan yang sehat dan bahagia biasanya menyelesaikan argumen justru dengan cara sederhana, misalnya dengan meminta maaf atau melemparkan humor. Hal ini dapat mencairkan suasana dan menghindari pasangan merasa sakit hati.”