Suami yang pede tak bakal takut kariernya disalip istri. Seperti kisah berikut ini:
Pasangan Aldriano Medise (45) dan Bernie Endyarni (44).
Ketika pertama kali bertemu, keduanya masih sama-sama kuliah. Bernie mahasiswa Kedokteran UI dan Aldriano (biasa disapa Didi) mahasiswa FMIPA UI. "Saat itu saya sudah tahu kalai Bernie itu pintar sekali. Dia punya banyak potensi untuk jadi orang sukses," kenang Didi, Business Development Head di Synnex Metrodata Indonesia. Bernie memang selalu jadi juara sekolah sejak SD sampai SMA, terpilih menjadi Runner Up Putri Remaja Indonesia 1988 (yang diselenggarakan Majalah Gadis), dan menerima beasiswa AFS untuk bersekolah setahun di Amerika.
Keduanya merencanakan pernikahan pada November 1997. Saat itu Bernie baru saja mengajukan permohonan program PTT-nya. "Saya santai-santai saja, karena biasanya persetujuan PTT keluarnya lama, menunggunya bisa sampai 3 tahun," ujar Bernie. Tak heran bila ia kaget ketika tugas PTT-nya tiba-tiba turun dan ia harus segera mulai bertugas per Desember 1997 di Cianjur. Itu artinya, hanya sebulan setelah menikah, mereka harus berpisah kota selama 3 tahun.
Sementara Bernie merasa tak enak hati terhadap calon suaminya, Didi malah tenang-tenang saja. "Nggak apa-apa, itu kan tugas negara. Anggap saja kita bulan madu terus," katanya. Alhasil, selama tiga tahun itu, mereka hanya bertemu seminggu sekali, setiap weekend. Konsekuensi yang lain, mereka terpaksa menunda punya anak. Bernie baru 'berani' hamil menjelang tugas PPT-nya selesai. Setelah melahirkan, ia cuti 6 bulan agar bisa memberi ASI eksklusif untuk anaknya, Adam Syauqi Medise atau Auki (kini 13 tahun). Setelah itu, kembali ia 'tancap gas' dengan menjalani tugas jaga malam di rumah sakit, setidaknya 3 kali seminggu. Dodi dengan senang hati mengambil alih tugas mengeloni Auki selama sang istri tugas jaga malam.
Sebagai dokter yang juga pengajar di Fakultas Kedokteran UI, Bernie diwajibkan untuk melanjutkan sekolah hingga meraih gelar Doktor (S3). Setelah mengambil spesialisasi sebagai dokter anak di UI, Bernie mengajukan permohonan beasiswa S2 ke University of Nabraska Medical Center di Omaha, Amerika Serikat. Pada awal 2011, ia sudah harus memulai kuliah di Omaha selama dua tahun, mengambil bidang public health.
Sekali lagi, hati Bernie mundur-maju, merasa berat harus meninggalkan buah hatinya yang masih kecil. Dorongan moral justru datang dari suaminya. Kesempatan emas tidak datang dua kali, kata Didi waktu itu. "Untunglah waktu itu sudah ada teknologi skype, sehingga setiap hari saya bisa ber-skype dengan anak dan suami untuk melepas rindu. Tapi harus diakui, masa-masa itu memang berat. Apalagi ketika anak sakit. Bayangkan, saya seorang dokter anak, tapi tidak bisa mengobati anak sendiri," kenang Bernie.
Kejutan menggembirakan datang menjelang akhir tahun pertama Bernie di Amerika. Tiba-tiba Didi memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya di Indonesia dan menyusul Bernie ke Amerika bersama Auki. "Waktu itu saya nekat saja, sekalian refreshing panjang setelah belasan tahun kerja keras terus. Juga memberi pengalaman pada Auki untuk bersekolah di luar negeri," kata Didi yang lantas mengambil kursus singkat di bidang International Business.
Keberatankah Didi bila istrinya harus kembali meninggalkan keluarga untuk melanjutkan program S3-nya? "Sama sekali tidak. Otak saya sendiri kayaknya sudah nggak mampu diajak sekolah lagi, jadi biarlah Bernie yang jadi Doktor (Didi sendiri sudah meraih gelar MM -red). Saya ingin Auki bangga punya ibu yang pintar dan berprestasi, seperti saya juga bangga punya istri seperti dia," tutur Didi, tulus.
Pasangan Aldriano Medise (45) dan Bernie Endyarni (44).
Ketika pertama kali bertemu, keduanya masih sama-sama kuliah. Bernie mahasiswa Kedokteran UI dan Aldriano (biasa disapa Didi) mahasiswa FMIPA UI. "Saat itu saya sudah tahu kalai Bernie itu pintar sekali. Dia punya banyak potensi untuk jadi orang sukses," kenang Didi, Business Development Head di Synnex Metrodata Indonesia. Bernie memang selalu jadi juara sekolah sejak SD sampai SMA, terpilih menjadi Runner Up Putri Remaja Indonesia 1988 (yang diselenggarakan Majalah Gadis), dan menerima beasiswa AFS untuk bersekolah setahun di Amerika.
Keduanya merencanakan pernikahan pada November 1997. Saat itu Bernie baru saja mengajukan permohonan program PTT-nya. "Saya santai-santai saja, karena biasanya persetujuan PTT keluarnya lama, menunggunya bisa sampai 3 tahun," ujar Bernie. Tak heran bila ia kaget ketika tugas PTT-nya tiba-tiba turun dan ia harus segera mulai bertugas per Desember 1997 di Cianjur. Itu artinya, hanya sebulan setelah menikah, mereka harus berpisah kota selama 3 tahun.
Sementara Bernie merasa tak enak hati terhadap calon suaminya, Didi malah tenang-tenang saja. "Nggak apa-apa, itu kan tugas negara. Anggap saja kita bulan madu terus," katanya. Alhasil, selama tiga tahun itu, mereka hanya bertemu seminggu sekali, setiap weekend. Konsekuensi yang lain, mereka terpaksa menunda punya anak. Bernie baru 'berani' hamil menjelang tugas PPT-nya selesai. Setelah melahirkan, ia cuti 6 bulan agar bisa memberi ASI eksklusif untuk anaknya, Adam Syauqi Medise atau Auki (kini 13 tahun). Setelah itu, kembali ia 'tancap gas' dengan menjalani tugas jaga malam di rumah sakit, setidaknya 3 kali seminggu. Dodi dengan senang hati mengambil alih tugas mengeloni Auki selama sang istri tugas jaga malam.
Sebagai dokter yang juga pengajar di Fakultas Kedokteran UI, Bernie diwajibkan untuk melanjutkan sekolah hingga meraih gelar Doktor (S3). Setelah mengambil spesialisasi sebagai dokter anak di UI, Bernie mengajukan permohonan beasiswa S2 ke University of Nabraska Medical Center di Omaha, Amerika Serikat. Pada awal 2011, ia sudah harus memulai kuliah di Omaha selama dua tahun, mengambil bidang public health.
Sekali lagi, hati Bernie mundur-maju, merasa berat harus meninggalkan buah hatinya yang masih kecil. Dorongan moral justru datang dari suaminya. Kesempatan emas tidak datang dua kali, kata Didi waktu itu. "Untunglah waktu itu sudah ada teknologi skype, sehingga setiap hari saya bisa ber-skype dengan anak dan suami untuk melepas rindu. Tapi harus diakui, masa-masa itu memang berat. Apalagi ketika anak sakit. Bayangkan, saya seorang dokter anak, tapi tidak bisa mengobati anak sendiri," kenang Bernie.
Kejutan menggembirakan datang menjelang akhir tahun pertama Bernie di Amerika. Tiba-tiba Didi memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya di Indonesia dan menyusul Bernie ke Amerika bersama Auki. "Waktu itu saya nekat saja, sekalian refreshing panjang setelah belasan tahun kerja keras terus. Juga memberi pengalaman pada Auki untuk bersekolah di luar negeri," kata Didi yang lantas mengambil kursus singkat di bidang International Business.
Keberatankah Didi bila istrinya harus kembali meninggalkan keluarga untuk melanjutkan program S3-nya? "Sama sekali tidak. Otak saya sendiri kayaknya sudah nggak mampu diajak sekolah lagi, jadi biarlah Bernie yang jadi Doktor (Didi sendiri sudah meraih gelar MM -red). Saya ingin Auki bangga punya ibu yang pintar dan berprestasi, seperti saya juga bangga punya istri seperti dia," tutur Didi, tulus.
Tina Savitri
Foto ilustrasi: dok. Femina Group