Gangguan tidur pada usia lanjut (usila) dapat bersifat nonpatologis karena faktor usia. Tapi ada pula gangguan tidur yang dipengaruhi oleh kondisi medis, seperti penyakit kronis atau degeneratif (jantung, diabetes, tekanan darah tinggi, saraf, sendi) atau kondisi psikologis seperti stres. Keduanya kerap menyebabkan mereka menjadi susah tidur atau tidur dalam waktu yang sangat pendek.
Secara umum gangguan tidur yang sering dikeluhkan oleh para usila bisa diklasifikasikan dalam dua , yaitu:
Gangguan tidur primer
Gangguan tidur ini bukan disebabkan oleh gangguan mental lain, kondisi medis umum, atau zat tertentu. Gangguan tidur primer terbagi dua, yaitu disomnia dan parasomnia. Disomnia ditandai dengan gangguan pada jumlah, kualitas, dan waktu tidur. Disomnia sendiri terbagi lagi dalam banyak jenis, yaitu insomnia primer, hipersomnia primer, narkolepsi, gangguan tidur yang berhubungan dengan pernapasan (seperti sleep apnea atau mengorok), gangguan ritmik sirkadian tidur, dan disomnia yang tidak dapat diklasifikasikan. Adapun parasomnia dikaitkan dengan perilaku tidur atau peristiwa fisiologis yang terkait dengan tidur, stadium tidur tertentu, atau perpindahan tidur bangun. Parasomnia terdiri dari gangguan mimpi buruk, gangguan teror tidur, mengigau, atau berjalan saat tidur (sleep walking).
Gangguan tidur terkait gangguan mental lain
Keluhan gangguan tidur ini diakibatkan oleh gangguan mental lain –sering kali karena gangguan mood. Ada dugaan bahwa mekanisme patofisiologis yang mendasari gangguan mental ikut memengaruhi terjadinya gangguan tidur.
Memahami insomnia
Sebagai bagian dari gangguan tidur primer, insomnia atau gangguan sulit tidur juga dibagi atas tiga jenis, yaitu:
(1) Insomnia Primer
Ditandai dengan keluhan sulit masuk tidur (mengantuk) atau mempertahankan tidur. Biasanya mereka merasa tidak segar meskipun sudah tidur. Keadaan ini berlangsung paling sedikit satu bulan.
(2) Insomnia kronik atau insomnia psikofisiologik persisten
Yaitu insomnia yang disebabkan oleh kecemasan, kebiasaan, atau perilaku maladaptif di tempat tidur. Misalnya, sering mendiskusikan masalah serius di tempat tidur atau berpikiran negatif terhadap tidur (sudah berpikir tidak akan bisa tidur). Orang tua yang tinggal sendirian biasanya kerap mengalami insomnia jenis ini akibat merasa takut berlebihan.
(3) Insomnia idiopatik
Adalah insomnia yang sudah terjadi sejak kehidupan dini. Kadang-kadang insomnia ini sudah terjadi sejak lahir dan dapat berlanjut selama hidup seseorang. Penyebabnya tidak jelas, ada dugaan disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan neurokimia otak atau disfungsi otak bagian depan (forebrain).
Beberapa pasien usila yang mengeluh sulit tidur, kata Andreas, belum tentu mengidap insomnia. Mereka bukannya tidak bisa mengantuk, tetapi sering terbangun di tengah malam. Berbeda dengan penderita insomnia, mereka tetap merasa segar pada keesokan harinya. Penyebab mereka terbangun di tengah malam bervariasi. Pada wanita, misalnya, ada yang terbangun karena berkeringat berlebihan. Kondisi yang sering disebut hot flush ini terjadi sejak mereka mengalami menopause. Ada juga yang tanpa sadar kakinya bergerak-gerak dalam periode tertentu atau terasa sangat pegal saat tidur. “Gejala ini merupakan salah satu tanda dari Restless Legs Syndrome atau Periodic Limbs Movement in Sleeps. Keduanya dipicu oleh masalah saraf degeneratif dan perlu diatasi terlebih dulu dengan bantuan obat-obat saraf,” ujar Andreas Prasadja, RPSGT, dokter ahli masalah tidur dan konsultan utama di Sleep Disorder Clinic RS Mitra Kemayoran, Jakarta.
Secara umum gangguan tidur yang sering dikeluhkan oleh para usila bisa diklasifikasikan dalam dua , yaitu:
Gangguan tidur primer
Gangguan tidur ini bukan disebabkan oleh gangguan mental lain, kondisi medis umum, atau zat tertentu. Gangguan tidur primer terbagi dua, yaitu disomnia dan parasomnia. Disomnia ditandai dengan gangguan pada jumlah, kualitas, dan waktu tidur. Disomnia sendiri terbagi lagi dalam banyak jenis, yaitu insomnia primer, hipersomnia primer, narkolepsi, gangguan tidur yang berhubungan dengan pernapasan (seperti sleep apnea atau mengorok), gangguan ritmik sirkadian tidur, dan disomnia yang tidak dapat diklasifikasikan. Adapun parasomnia dikaitkan dengan perilaku tidur atau peristiwa fisiologis yang terkait dengan tidur, stadium tidur tertentu, atau perpindahan tidur bangun. Parasomnia terdiri dari gangguan mimpi buruk, gangguan teror tidur, mengigau, atau berjalan saat tidur (sleep walking).
Gangguan tidur terkait gangguan mental lain
Keluhan gangguan tidur ini diakibatkan oleh gangguan mental lain –sering kali karena gangguan mood. Ada dugaan bahwa mekanisme patofisiologis yang mendasari gangguan mental ikut memengaruhi terjadinya gangguan tidur.
Memahami insomnia
Sebagai bagian dari gangguan tidur primer, insomnia atau gangguan sulit tidur juga dibagi atas tiga jenis, yaitu:
(1) Insomnia Primer
Ditandai dengan keluhan sulit masuk tidur (mengantuk) atau mempertahankan tidur. Biasanya mereka merasa tidak segar meskipun sudah tidur. Keadaan ini berlangsung paling sedikit satu bulan.
(2) Insomnia kronik atau insomnia psikofisiologik persisten
Yaitu insomnia yang disebabkan oleh kecemasan, kebiasaan, atau perilaku maladaptif di tempat tidur. Misalnya, sering mendiskusikan masalah serius di tempat tidur atau berpikiran negatif terhadap tidur (sudah berpikir tidak akan bisa tidur). Orang tua yang tinggal sendirian biasanya kerap mengalami insomnia jenis ini akibat merasa takut berlebihan.
(3) Insomnia idiopatik
Adalah insomnia yang sudah terjadi sejak kehidupan dini. Kadang-kadang insomnia ini sudah terjadi sejak lahir dan dapat berlanjut selama hidup seseorang. Penyebabnya tidak jelas, ada dugaan disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan neurokimia otak atau disfungsi otak bagian depan (forebrain).
Beberapa pasien usila yang mengeluh sulit tidur, kata Andreas, belum tentu mengidap insomnia. Mereka bukannya tidak bisa mengantuk, tetapi sering terbangun di tengah malam. Berbeda dengan penderita insomnia, mereka tetap merasa segar pada keesokan harinya. Penyebab mereka terbangun di tengah malam bervariasi. Pada wanita, misalnya, ada yang terbangun karena berkeringat berlebihan. Kondisi yang sering disebut hot flush ini terjadi sejak mereka mengalami menopause. Ada juga yang tanpa sadar kakinya bergerak-gerak dalam periode tertentu atau terasa sangat pegal saat tidur. “Gejala ini merupakan salah satu tanda dari Restless Legs Syndrome atau Periodic Limbs Movement in Sleeps. Keduanya dipicu oleh masalah saraf degeneratif dan perlu diatasi terlebih dulu dengan bantuan obat-obat saraf,” ujar Andreas Prasadja, RPSGT, dokter ahli masalah tidur dan konsultan utama di Sleep Disorder Clinic RS Mitra Kemayoran, Jakarta.
Shinta Kusuma