Ketika seseorang jatuh cinta, bagian otak yang bernama ventral tegmental area (VTA) dan nucleus caudatus menjadi lebih aktif. Bagian otak ini memproduksi zat kimia otak bernama dopamine, hormon yang sangat penting dalam urusan cinta. Disertai juga dengan hormon endorfin, feromon, oxytocin, dan neuropinephrine yang membuat seseorang merasa bahagia, berbunga-bunga, dan berseri-seri. Seseorang akan rela melakukan apa saja demi orang yang dicintainya, atau dengan kata lain, everything is so easy when you’re falling in love.
Tetapi, majalah National Geographic terbitan Amerika Serikat pernah menyebutkan bahwa zat kimia yang mengaktifkan rasa cinta (dopamine) atau rasa tergila-gila terhadap seseorang akan hilang setelah lewat empat tahun. Ini bisa menjawab secara ilmiah, mengapa rasa greget memudar saat pernikahan menginjak tahun kelima –atau jangan-jangan sebelum itu pun sudah memudar. Bahkan perasaan menggebu-gebu itu hanya bertahan di tahun pertama pernikahan. Cinta yang menggebu-gebu biasanya memang sangat mudah berubah dan efeknya sangat singkat.
Lebih lanjut, para peneliti dari Researchers at National Autonomous University of Mexico, menjelaskan, setelah lewat empat tahun, yang tersisa hanyalah dorongan seks, bukan cinta murni lagi. Bahkan cinta yang begitu mendalam akan kehabisan letupannya ketika sudah berjalan lebih dari empat tahun. Penyebabnya adalah tubuh sudah kebal terhadap semua efek hormon tersebut, sehingga rasa cinta akan cenderung berubah menjadi ketergantungan emosi dan seksual terhadap pasangan.
Selain itu, seiring waktu, Anda juga sudah mengetahui hampir 100% keburukan pasangan. Belum lagi bila perilaku pasangan juga ikut berubah. Anda bukan lagi ‘pusat semesta’ bagi dirinya. Bila Anda terlalu fokus pada perubahan ini, maka akan muncul rasa tidak bahagia, kecewa, dan kurang nyaman. Dalam penjelasan ilmiah, otak sedang mengalami gangguan pola otak di bagian limbic system. Dalam kondisi normal, area otak ini akan bekerja secara positif dalam memahami situasi dan perilaku orang lain. Namun, bila terlalu aktif berpikir tentang sesuatu yang memberatkan, maka area ini akan cenderung fokus pada pikiran negatif, seperti rasa jengkel dan kesal. Dan tahukah Anda, perempuan lebih sering mengalami perasaan ini, karena limbic system pada perempuan lebih tebal daripada pria.
Setelah pernikahan berjalan lebih dari lima tahun, coba perhatikan, apakah pasangan Anda masih mengingat momen-momen berharga yang dulu sering dirayakan bersama? Bila sering lupa, jangan buru-buru marah. Ada bagian otak yang bernama nucleus accumbens, fungsinya adalah membantu kita memilih pasangan dan mengikatnya. Salah satu cara mengikat adalah dengan membuat pasangannya tertarik, salah satunya dengan mengingat momen-momen penting dari pasangannya. Bagian otak VTA juga akan ‘memerintah’ seseorang agar bertindak lebih ekspresif menunjukkan rasa sayangnya. Namun, seiring waktu berjalan, hormon dopamine dan bagian-bagian otak tersebut sudah habis masa berlaku kerjanya. Hmm…
Salah satu penyebab pasangan berselingkuh pun bisa jadi berasal dari sini. Pada saat cinta sedang membara akibat peran dopamine dan kawan-kawannya, akan terjadi mekanisme reward (imbalan). Mekanisme inilah yang membuat orang cenderung ingin mengulangi kenikmatan dan kesenangan yang pernah dialaminya saat jatuh cinta dulu. Nah, bila kenikmatan dan kesenangan tidak didapatkan kembali dari pasangannya, maka dia terdorong untuk mencarinya pada orang lain. Siklus yang sama pun berulang.
Tetapi, majalah National Geographic terbitan Amerika Serikat pernah menyebutkan bahwa zat kimia yang mengaktifkan rasa cinta (dopamine) atau rasa tergila-gila terhadap seseorang akan hilang setelah lewat empat tahun. Ini bisa menjawab secara ilmiah, mengapa rasa greget memudar saat pernikahan menginjak tahun kelima –atau jangan-jangan sebelum itu pun sudah memudar. Bahkan perasaan menggebu-gebu itu hanya bertahan di tahun pertama pernikahan. Cinta yang menggebu-gebu biasanya memang sangat mudah berubah dan efeknya sangat singkat.
Lebih lanjut, para peneliti dari Researchers at National Autonomous University of Mexico, menjelaskan, setelah lewat empat tahun, yang tersisa hanyalah dorongan seks, bukan cinta murni lagi. Bahkan cinta yang begitu mendalam akan kehabisan letupannya ketika sudah berjalan lebih dari empat tahun. Penyebabnya adalah tubuh sudah kebal terhadap semua efek hormon tersebut, sehingga rasa cinta akan cenderung berubah menjadi ketergantungan emosi dan seksual terhadap pasangan.
Selain itu, seiring waktu, Anda juga sudah mengetahui hampir 100% keburukan pasangan. Belum lagi bila perilaku pasangan juga ikut berubah. Anda bukan lagi ‘pusat semesta’ bagi dirinya. Bila Anda terlalu fokus pada perubahan ini, maka akan muncul rasa tidak bahagia, kecewa, dan kurang nyaman. Dalam penjelasan ilmiah, otak sedang mengalami gangguan pola otak di bagian limbic system. Dalam kondisi normal, area otak ini akan bekerja secara positif dalam memahami situasi dan perilaku orang lain. Namun, bila terlalu aktif berpikir tentang sesuatu yang memberatkan, maka area ini akan cenderung fokus pada pikiran negatif, seperti rasa jengkel dan kesal. Dan tahukah Anda, perempuan lebih sering mengalami perasaan ini, karena limbic system pada perempuan lebih tebal daripada pria.
Setelah pernikahan berjalan lebih dari lima tahun, coba perhatikan, apakah pasangan Anda masih mengingat momen-momen berharga yang dulu sering dirayakan bersama? Bila sering lupa, jangan buru-buru marah. Ada bagian otak yang bernama nucleus accumbens, fungsinya adalah membantu kita memilih pasangan dan mengikatnya. Salah satu cara mengikat adalah dengan membuat pasangannya tertarik, salah satunya dengan mengingat momen-momen penting dari pasangannya. Bagian otak VTA juga akan ‘memerintah’ seseorang agar bertindak lebih ekspresif menunjukkan rasa sayangnya. Namun, seiring waktu berjalan, hormon dopamine dan bagian-bagian otak tersebut sudah habis masa berlaku kerjanya. Hmm…
Salah satu penyebab pasangan berselingkuh pun bisa jadi berasal dari sini. Pada saat cinta sedang membara akibat peran dopamine dan kawan-kawannya, akan terjadi mekanisme reward (imbalan). Mekanisme inilah yang membuat orang cenderung ingin mengulangi kenikmatan dan kesenangan yang pernah dialaminya saat jatuh cinta dulu. Nah, bila kenikmatan dan kesenangan tidak didapatkan kembali dari pasangannya, maka dia terdorong untuk mencarinya pada orang lain. Siklus yang sama pun berulang.
(bersambung)