Beruntunglah Anda bila memiliki hobi yang sama dengan suami. Selain sama-sama senang menjalaninya, perkawinan juga semakin awet. Seperti kisah pasangan berikut:
Twentito Fitri (36) & Mira Mulyandari (31)
Aktivitas diving sudah dikenal baik oleh keduanya sejak sebelum menikah. Pertemuan keduanya juga terjadi di sebuah kegiatan menyelam. Karena sama-sama penyelam, keduanya melakukan prosesi pernikahan di bawah air, di sebuah kolam renang khusus untuk latihan menyelam di Jakarta, pada 2008.
Memiliki hobi sama memang salah satu kriteria Twentito –biasa disapa Twen-- dalam mencari pasangan hidup. “Kalau dia juga hobi diving, selain kami bisa menyelam dan menikmati keindahan bawah laut bersama-sama, pastinya dia juga mengerti seluk-beluk diving. Misalnya, bahwa harga peralatan diving itu mahal. Dia juga tidak cemas berlebihan bila saya menyelam tanpa dia,” katanya.
Twen menceritakan, seorang temannya sampai harus menyembunyikan peralatan diving yang baru dibelinya di kantor, hanya supaya istrinya tidak ngomel melihat harganya. Ada pula yang istrinya sengaja 'balas dendam' dengan membeli benda lain yang sama mahalnya. Selain itu, di mata Twen, wanita yang senang diving pasti punya nyali besar, mandiri, dan bukan tipe 'cewek dandan' yang takut kulitnya hitam kena matahari. “Waduh, saya tidak betah deh, menghadapi wanita seperti itu,” kata pegawai sebuah perusahaan logisitik multinasional ini, tertawa.
Bagi Mira yang untuk sementara ini berprofesi sebagai ibu rumah tangga (setelah melahirkan Bebian, 1,5 tahun), punya suami yang sama-sama hobi menyelam lebih banyak enaknya. Apalagi, dalam kegiatan menyelam, diver memang harus menyelam sepasang-sepasang agar bisa saling mengawasi. “Kalau sedang menyelam, saya biasanya lebih senang menjelajah, sementara Twen lebih waspada. Karena itu saya merasa jauh lebih aman dan nyaman menyelam bersama Twen, karena dilindungi oleh suami sendiri,” ujar Mira, yang sudah bolak-balik menyelam di seputar Pulau Seribu, Anyer, dan Bali.
Yang dirasakan Twen lain lagi. Selain tergerak untuk lebih melindungi Mira, ia juga senang memandangi sosok istrinya yang terlihat lincah, antusias dan sangat bahagia saat menyelam di bawah laut. “Ada perasaan romantis yang sulit digambarkan dengan kata-kata saat kami menyelam bersama-sama dan memandangi dia. Oh, dia istriku...,” papar Twen, yang sudah menyelam hingga Wakatobi dan Bunaken.
Ia bahkan menggambarkan, berpegangan tangan dan berpelukan dengan Mira di bawah laut terasa jauh lebih mesra dan intim dibandingkan berpegangan tangan di mal. “Alam bawah laut itu megah dan indah sekali, tapi juga senyap, dan kami hanya berdua saja menikmati pemandangan yang tak semua orang bisa menikmati. Sensasinya sungguh spektakuler,” ia menambahkan.
Mira menambahkan, kegiatan diving berdua juga makin merekatkan perasaan mereka sebagai suami-istri. “Diving itu sebuah ritual panjang. Sebelum menyelam, kami berdua harus menyiapkan peralatan, dan setelah menyelam, kami masih harus membersihkan peralatan. Setiba di rumah, kami berdua harus mencuci ulang semua peralatan sambil ngobrol, kadang sampai jauh malam. Kami melakukannya sendiri karena belum bisa mempercayai orang lain untuk mengerjakannya.”
Kini keduanya sedang menyusun rencana untuk menyelam lagi sekaligus berlibur bersama anak ke Bali. “Kami jauh-jauh hari menabung untuk itu. Biarpun biayanya lumayan mahal, kami tidak merasa sayang, karena kami sama-sama menikmatinya,” ujar Mira, tersenyum.
Twentito Fitri (36) & Mira Mulyandari (31)
Aktivitas diving sudah dikenal baik oleh keduanya sejak sebelum menikah. Pertemuan keduanya juga terjadi di sebuah kegiatan menyelam. Karena sama-sama penyelam, keduanya melakukan prosesi pernikahan di bawah air, di sebuah kolam renang khusus untuk latihan menyelam di Jakarta, pada 2008.
Memiliki hobi sama memang salah satu kriteria Twentito –biasa disapa Twen-- dalam mencari pasangan hidup. “Kalau dia juga hobi diving, selain kami bisa menyelam dan menikmati keindahan bawah laut bersama-sama, pastinya dia juga mengerti seluk-beluk diving. Misalnya, bahwa harga peralatan diving itu mahal. Dia juga tidak cemas berlebihan bila saya menyelam tanpa dia,” katanya.
Twen menceritakan, seorang temannya sampai harus menyembunyikan peralatan diving yang baru dibelinya di kantor, hanya supaya istrinya tidak ngomel melihat harganya. Ada pula yang istrinya sengaja 'balas dendam' dengan membeli benda lain yang sama mahalnya. Selain itu, di mata Twen, wanita yang senang diving pasti punya nyali besar, mandiri, dan bukan tipe 'cewek dandan' yang takut kulitnya hitam kena matahari. “Waduh, saya tidak betah deh, menghadapi wanita seperti itu,” kata pegawai sebuah perusahaan logisitik multinasional ini, tertawa.
Bagi Mira yang untuk sementara ini berprofesi sebagai ibu rumah tangga (setelah melahirkan Bebian, 1,5 tahun), punya suami yang sama-sama hobi menyelam lebih banyak enaknya. Apalagi, dalam kegiatan menyelam, diver memang harus menyelam sepasang-sepasang agar bisa saling mengawasi. “Kalau sedang menyelam, saya biasanya lebih senang menjelajah, sementara Twen lebih waspada. Karena itu saya merasa jauh lebih aman dan nyaman menyelam bersama Twen, karena dilindungi oleh suami sendiri,” ujar Mira, yang sudah bolak-balik menyelam di seputar Pulau Seribu, Anyer, dan Bali.
Yang dirasakan Twen lain lagi. Selain tergerak untuk lebih melindungi Mira, ia juga senang memandangi sosok istrinya yang terlihat lincah, antusias dan sangat bahagia saat menyelam di bawah laut. “Ada perasaan romantis yang sulit digambarkan dengan kata-kata saat kami menyelam bersama-sama dan memandangi dia. Oh, dia istriku...,” papar Twen, yang sudah menyelam hingga Wakatobi dan Bunaken.
Ia bahkan menggambarkan, berpegangan tangan dan berpelukan dengan Mira di bawah laut terasa jauh lebih mesra dan intim dibandingkan berpegangan tangan di mal. “Alam bawah laut itu megah dan indah sekali, tapi juga senyap, dan kami hanya berdua saja menikmati pemandangan yang tak semua orang bisa menikmati. Sensasinya sungguh spektakuler,” ia menambahkan.
Mira menambahkan, kegiatan diving berdua juga makin merekatkan perasaan mereka sebagai suami-istri. “Diving itu sebuah ritual panjang. Sebelum menyelam, kami berdua harus menyiapkan peralatan, dan setelah menyelam, kami masih harus membersihkan peralatan. Setiba di rumah, kami berdua harus mencuci ulang semua peralatan sambil ngobrol, kadang sampai jauh malam. Kami melakukannya sendiri karena belum bisa mempercayai orang lain untuk mengerjakannya.”
Kini keduanya sedang menyusun rencana untuk menyelam lagi sekaligus berlibur bersama anak ke Bali. “Kami jauh-jauh hari menabung untuk itu. Biarpun biayanya lumayan mahal, kami tidak merasa sayang, karena kami sama-sama menikmatinya,” ujar Mira, tersenyum.
Tina Savitri