Mengutip John M. Gottman Ph.D lewat bukunya The Science of Trust: Emotional Attunement for Couples, casual marriage memang merupakan bentuk perkawinan ideal di zaman modern. Ia menyebutnya sebagai relasi antarindividu yang sama-sama sudah mandiri (independent), baik secara keuangan, karier, kehidupan sosial, maupun kepribadian. Namun bagaimana agar Anda dan pasangan bisa menjalankan casual marriage tanpa konflik? Berikut tipnya:
Trust atau rasa saling percaya
Meskipun Anda dan suami lebih sering 'jalan' sendiri-sendiri, semua akan baik-baik saja bila tertanam rasa percaya satu sama lain. Belajarlah melihat pasangan dari sudut positif, sehingga Anda tidak mudah terbakar cemburu atau curiga. Namun, trust hanya bisa lahir bila kita yakin pasangan kita tidak mudah mengkhianati kepercayaan yang kita berikan. Karena itu, jagalah diri masing-masing. Godaan ada di mana-mana.
Menjaga komitmen perkawinan
Ini terkait erat dengan trust. Ada nilai perkawinan yang tidak pernah berubah dari dulu hingga sekarang, yaitu saling menjaga kesetiaan, yang juga berarti saling respek dan saling menjaga perasaan pasangan.
Keluarga tetap didahulukan
Gottman menyebutnya loyalitas. Maksudnya, meski diberi kebebasan oleh pasangan untuk berkarier dan bergaul, namun bila keluarga membutuhkan kehadiran Anda –misalnya pada saat suami sakit— Anda tetap mendahulukan kepentingan suami, tentunya dengan penuh keikhlasan.
Waktu untuk berdua
Bagaimanapun padatnya jadwal harian Anda dan suami, tetaplah menyediakan waktu eksklusif untuk berduaan. Misalnya, seminggu sekali sepulang kerja janjian makan malam atau nonton ke bioskop berdua sebelum pulang ke rumah. Bagaimanapun intimacy tetap harus dirawat.
Sepakat untuk menjalankan model perkawinan yang casual
Kesepakatan ini harus datang dari kedua belah pihak, bukan hanya dari satu pihak. Dan yang tak kalah penting, suami istri juga harus sepakat tentang nilai-nilai yang ingin mereka terapkan di dalam keluarga, tidak jalan sendiri-sendiri.
Jangan hitung-hitungan
Kebutuhan finansial dalam keluarga bisa datang kapan saja, dan pada saat itu bisa jadi salah satu dari Anda sedang 'kering'. Kalau sudah begini, tak perlu bersikap hitung-hitungan. Siapa pun yang sedang punya uang lebih –suami maupun istri— dialah yang maju. Namun sikap mengalah itu jangan lantas dibalas dengan kecurangan. Misalnya, istri selalu bilang lagi bokek agar suami yang turun tangan. Bila ini yang terjadi, berarti konsep casual bisa terancam, dan akhirnya bisa terjatuh kembali ke konsep perkawinan konvensional.
Trust atau rasa saling percaya
Meskipun Anda dan suami lebih sering 'jalan' sendiri-sendiri, semua akan baik-baik saja bila tertanam rasa percaya satu sama lain. Belajarlah melihat pasangan dari sudut positif, sehingga Anda tidak mudah terbakar cemburu atau curiga. Namun, trust hanya bisa lahir bila kita yakin pasangan kita tidak mudah mengkhianati kepercayaan yang kita berikan. Karena itu, jagalah diri masing-masing. Godaan ada di mana-mana.
Menjaga komitmen perkawinan
Ini terkait erat dengan trust. Ada nilai perkawinan yang tidak pernah berubah dari dulu hingga sekarang, yaitu saling menjaga kesetiaan, yang juga berarti saling respek dan saling menjaga perasaan pasangan.
Keluarga tetap didahulukan
Gottman menyebutnya loyalitas. Maksudnya, meski diberi kebebasan oleh pasangan untuk berkarier dan bergaul, namun bila keluarga membutuhkan kehadiran Anda –misalnya pada saat suami sakit— Anda tetap mendahulukan kepentingan suami, tentunya dengan penuh keikhlasan.
Waktu untuk berdua
Bagaimanapun padatnya jadwal harian Anda dan suami, tetaplah menyediakan waktu eksklusif untuk berduaan. Misalnya, seminggu sekali sepulang kerja janjian makan malam atau nonton ke bioskop berdua sebelum pulang ke rumah. Bagaimanapun intimacy tetap harus dirawat.
Sepakat untuk menjalankan model perkawinan yang casual
Kesepakatan ini harus datang dari kedua belah pihak, bukan hanya dari satu pihak. Dan yang tak kalah penting, suami istri juga harus sepakat tentang nilai-nilai yang ingin mereka terapkan di dalam keluarga, tidak jalan sendiri-sendiri.
Jangan hitung-hitungan
Kebutuhan finansial dalam keluarga bisa datang kapan saja, dan pada saat itu bisa jadi salah satu dari Anda sedang 'kering'. Kalau sudah begini, tak perlu bersikap hitung-hitungan. Siapa pun yang sedang punya uang lebih –suami maupun istri— dialah yang maju. Namun sikap mengalah itu jangan lantas dibalas dengan kecurangan. Misalnya, istri selalu bilang lagi bokek agar suami yang turun tangan. Bila ini yang terjadi, berarti konsep casual bisa terancam, dan akhirnya bisa terjatuh kembali ke konsep perkawinan konvensional.