Benarkah persahabatan mampu menguatkan dan menyembuhkan? Adriana Ginanjar, psikolog dari Universitas Indonesia, mengatakan bahwa persahabatan antarwanita memang menguatkan bila diwarnai dengan emotional intimacy yang tinggi dan berbuat yang terbaik bagi sahabatnya.
Dalam persahabatan antarwanita, kita bisa terbuka, menjadi diri sendiri apa adanya tanpa takut dikritik. Ini adalah cara ampuh untuk mengurangi stres. Sahabat semakin penting artinya bila kita tak memiliki keluarga yang cuku mendukung. Lantas, persahabatan macam apa yang memberikan efek menguatkan? Menurut Adriana, setidaknya ada tiga kriteria.
Pertama, ada hubungan timbal balik, kedua belah pihak sama-sama merasa bersahabat. Masalahnya, ada orang yang mudah merasa dekat dan mengganggap orang lain sebagai sahabatnya, namun orang yang dianggap sahabat tidak merasa sedekat itu.
Kedua, lebih baik bila persahabatan sudah berjalan cukup lama, sehingga kedua pihak saling mengenal dekat.
Ketiga, masing-masing tetap bisa menjadi diri sendiri dengan nyaman di depan sahabatnya.
Beberapa penelitian di luar negeri mengungkapkan 'khasiat' persahabatan yang menakjubkan. Suatu penelitian yang dilakukan selama 10 tahun di Australia menemukan bahwa tingkat kematian orang-orang berumur yang memiliki banyak teman ternyata lebih rendah 22 persen daripada yang hanya memiliki sedikit teman.
Tahun lalu juga diadakan penelitian di University of Virginia yang melibatkan 34 siswa. Mereka diajak ke kaki bukit yang terjal, lalu disuruh memperkirakan seberapa terjal bukit itu. Beberapa siswa berdiri di dekat temannya saat membuat perkiraan, sedangkan siswa lainnya berdiri sendirian. Hasilnya siswa yang berdiri di dekat temannya memberikan perkiraan lebih kecil. Semakin lama pertemanan mereka, semakin kecil angka perkiraan mereka. Ini membuktikan, orang dengan jejaring pertemanan yang kuat merasa dirinya lebih aman.
Mengapa persahabatan bisa berdampak begitu besar? Alasan sebenarnya belum begitu jelas. Seorang penderita suatu penyakit yang memiliki ikatan sosial kuat tentunya mendapat perhatian dan pelayanan yang lebih intensif dari orang-orang terdekatnya. Namun manfaat persahabatan sesungguhnya jauh lebih besar daripada bantuan fisik semacam itu. Karena persahabatan memiliki efek psikologis yang dalam. Orang yang punya sahabat karib bahkan jarang terkena flu, karena tingkat stresnya lebih rendah.
Dalam persahabatan antarwanita, kita bisa terbuka, menjadi diri sendiri apa adanya tanpa takut dikritik. Ini adalah cara ampuh untuk mengurangi stres. Sahabat semakin penting artinya bila kita tak memiliki keluarga yang cuku mendukung. Lantas, persahabatan macam apa yang memberikan efek menguatkan? Menurut Adriana, setidaknya ada tiga kriteria.
Pertama, ada hubungan timbal balik, kedua belah pihak sama-sama merasa bersahabat. Masalahnya, ada orang yang mudah merasa dekat dan mengganggap orang lain sebagai sahabatnya, namun orang yang dianggap sahabat tidak merasa sedekat itu.
Kedua, lebih baik bila persahabatan sudah berjalan cukup lama, sehingga kedua pihak saling mengenal dekat.
Ketiga, masing-masing tetap bisa menjadi diri sendiri dengan nyaman di depan sahabatnya.
Beberapa penelitian di luar negeri mengungkapkan 'khasiat' persahabatan yang menakjubkan. Suatu penelitian yang dilakukan selama 10 tahun di Australia menemukan bahwa tingkat kematian orang-orang berumur yang memiliki banyak teman ternyata lebih rendah 22 persen daripada yang hanya memiliki sedikit teman.
Tahun lalu juga diadakan penelitian di University of Virginia yang melibatkan 34 siswa. Mereka diajak ke kaki bukit yang terjal, lalu disuruh memperkirakan seberapa terjal bukit itu. Beberapa siswa berdiri di dekat temannya saat membuat perkiraan, sedangkan siswa lainnya berdiri sendirian. Hasilnya siswa yang berdiri di dekat temannya memberikan perkiraan lebih kecil. Semakin lama pertemanan mereka, semakin kecil angka perkiraan mereka. Ini membuktikan, orang dengan jejaring pertemanan yang kuat merasa dirinya lebih aman.
Mengapa persahabatan bisa berdampak begitu besar? Alasan sebenarnya belum begitu jelas. Seorang penderita suatu penyakit yang memiliki ikatan sosial kuat tentunya mendapat perhatian dan pelayanan yang lebih intensif dari orang-orang terdekatnya. Namun manfaat persahabatan sesungguhnya jauh lebih besar daripada bantuan fisik semacam itu. Karena persahabatan memiliki efek psikologis yang dalam. Orang yang punya sahabat karib bahkan jarang terkena flu, karena tingkat stresnya lebih rendah.