"Saya merasa beruntung di usia saya yang baru menginjak 46 tahun, saya mempunyai sahabat-sahabat sejati yang setia mendampingi saya selama lebih dari 16 tahun. Anugerah empat sahabat yang mempunyai sifat dan karakter yang berbeda satu sama lain, penampilan dan gaya masing-masing, kelebihan dan kekurangan yang tidak ditutup-tutupi, namun uniknya kompak dalam segala hal dan punya banyak kesamaaan.
Ada yang autis, julukan kami terhadap sahabat yang super cuek dan terkadang asyik dengan dunianya sendiri. Ada yang gila belanja dan hobi ke salon agar rambutnya tertata indah. Ada yang selalu ceria dan tidak pernah kehabisan cerita-cerita konyol walaupun kadang-kadang juga ngedumel. Dan ada pula yang sebenarnya perasa dan sensitif tetapi usil dan iseng dengan celetukan yang membuat kami tidak berhenti saling melemparkan gurauan.
Persahabatan kami dimulai pada tahun 1992 ketika kami bersama 48 siswa mengikuti suatu pendidikan wajib yang diadakan oleh perusahaan tempat kami bekerja. Kami yang berasal dari wilayah dan latar belakang pendidikan serta pekerjaan yang berbeda-beda bersatu dalam kepengurusan senat. Masa pendidikan yang harus diikuti selama 7 bulan membuat kami lebih mengenal satu sama lain dan mempererat pertemanan kami. Terlebih ternyata kami mempunyai banyak persamaan minat, pemikiran, dan hobi, namun sangat berbeda dalam hal penampilan dan bakat.
Setelah pendidikan berakhir, pertemanan kami terus berlanjut walaupun kami ditempatkan di divisi yang berbeda-beda. Teman baru, lingkungan baru maupun status baru perkawinan tidak melunturkan pertemanan kami, namun malah lebihb mempererat persahabatan. Satu demi satu dari kami melepas masa lajang, mempunyai anak, dan karier pun menanjak. Namun pertemuan dengan sahabat menjadi candu yang sulit dilepaskan, dengan tidak mengesampingkan tugas utama kami sebagai istri, ibu, maupun wanita bekerja.
Salah satu persamaan kami adalah menyukai traveling dan musik. Walaupun tidak semua dari kami pandai menyanyi, namun kami sangat menikmati musik, sehingga kadang kami pergi ke kafe, nonton konser, maupun karaoke untuk sekadar bernyanyi, joged, atau teriak-teriak saja mengikuti gaya penyanyi profesional.
Untuk menyalurkan hobi traveling, masing-masing dari kami menyetor uang dengan jumlah sama kepada salah satu sahabat yang bertindak sebagai bendahara setiap bulannya. Sistem ini sangat membantu kami dalam merencanakan perjalanan ke luar negeri yang biasanya kami lakukan setiap satu atau dua tahun sekali, tergantung waktu dan tujuan sesuai kesepakatan bersama. Sedangkan untuk traveling di dalam negeri, kami melakukannya secara spontan pada akhir minggu atau mengikuti salah satu sahabat yang sedang melaksanakan perjalanan dinas. Lumayan untuk mengurangi biaya hotel.
Namun jangan dikira kegiatan kami hanya dalam hal hura-hura saja. Kami semua peduli dan mudah tersentuh dengan penderitaan atau kesulitan yang sedang dialami masyarakat. Ketika Jakarta sedang mengalami banjir hebat, kami menghimpun dana dari teman-teman yang lain dan meyalurkannya dalam bentuk perlengkapan yang dibutuhkan serta memberikannya langsung kepada korban banjir di lokasi pengungsian. Kami juga terkadang mengunjungi panti asuhan atau tempat penampungan anak-anak terlantar untuk sekadar memberikan keperluan mereka. Tidak rutin tidak banyak, tetapi mungkin sangat dibutuhkan oleh mereka dan membuat kami lebih bersyukur atas nikmat dan anugerah-Nya kepada kami.
Begitulah persahabatan kami. Semoga terus langgeng dan terwariskan kepada anak-cucu kami, hingga satu persatu meninggalkan dunia dalam kenangan indah sebagai kisah panutan persahabatan. Amiin …"
Ada yang autis, julukan kami terhadap sahabat yang super cuek dan terkadang asyik dengan dunianya sendiri. Ada yang gila belanja dan hobi ke salon agar rambutnya tertata indah. Ada yang selalu ceria dan tidak pernah kehabisan cerita-cerita konyol walaupun kadang-kadang juga ngedumel. Dan ada pula yang sebenarnya perasa dan sensitif tetapi usil dan iseng dengan celetukan yang membuat kami tidak berhenti saling melemparkan gurauan.
Persahabatan kami dimulai pada tahun 1992 ketika kami bersama 48 siswa mengikuti suatu pendidikan wajib yang diadakan oleh perusahaan tempat kami bekerja. Kami yang berasal dari wilayah dan latar belakang pendidikan serta pekerjaan yang berbeda-beda bersatu dalam kepengurusan senat. Masa pendidikan yang harus diikuti selama 7 bulan membuat kami lebih mengenal satu sama lain dan mempererat pertemanan kami. Terlebih ternyata kami mempunyai banyak persamaan minat, pemikiran, dan hobi, namun sangat berbeda dalam hal penampilan dan bakat.
Setelah pendidikan berakhir, pertemanan kami terus berlanjut walaupun kami ditempatkan di divisi yang berbeda-beda. Teman baru, lingkungan baru maupun status baru perkawinan tidak melunturkan pertemanan kami, namun malah lebihb mempererat persahabatan. Satu demi satu dari kami melepas masa lajang, mempunyai anak, dan karier pun menanjak. Namun pertemuan dengan sahabat menjadi candu yang sulit dilepaskan, dengan tidak mengesampingkan tugas utama kami sebagai istri, ibu, maupun wanita bekerja.
Salah satu persamaan kami adalah menyukai traveling dan musik. Walaupun tidak semua dari kami pandai menyanyi, namun kami sangat menikmati musik, sehingga kadang kami pergi ke kafe, nonton konser, maupun karaoke untuk sekadar bernyanyi, joged, atau teriak-teriak saja mengikuti gaya penyanyi profesional.
Untuk menyalurkan hobi traveling, masing-masing dari kami menyetor uang dengan jumlah sama kepada salah satu sahabat yang bertindak sebagai bendahara setiap bulannya. Sistem ini sangat membantu kami dalam merencanakan perjalanan ke luar negeri yang biasanya kami lakukan setiap satu atau dua tahun sekali, tergantung waktu dan tujuan sesuai kesepakatan bersama. Sedangkan untuk traveling di dalam negeri, kami melakukannya secara spontan pada akhir minggu atau mengikuti salah satu sahabat yang sedang melaksanakan perjalanan dinas. Lumayan untuk mengurangi biaya hotel.
Namun jangan dikira kegiatan kami hanya dalam hal hura-hura saja. Kami semua peduli dan mudah tersentuh dengan penderitaan atau kesulitan yang sedang dialami masyarakat. Ketika Jakarta sedang mengalami banjir hebat, kami menghimpun dana dari teman-teman yang lain dan meyalurkannya dalam bentuk perlengkapan yang dibutuhkan serta memberikannya langsung kepada korban banjir di lokasi pengungsian. Kami juga terkadang mengunjungi panti asuhan atau tempat penampungan anak-anak terlantar untuk sekadar memberikan keperluan mereka. Tidak rutin tidak banyak, tetapi mungkin sangat dibutuhkan oleh mereka dan membuat kami lebih bersyukur atas nikmat dan anugerah-Nya kepada kami.
Begitulah persahabatan kami. Semoga terus langgeng dan terwariskan kepada anak-cucu kami, hingga satu persatu meninggalkan dunia dalam kenangan indah sebagai kisah panutan persahabatan. Amiin …"
Niken Kastubamani, seperti dikisahkan kepada Majalah Pesona.