Kondisi sang penis (saat siap tempur) bisa dinilai melalui Erection Hardness Score (HRS). Setidaknya, ada empat skor yang bisa Anda amati dengan mudah. Skor pertama, penis membesar tetapi tidak keras. Kedua, keras tapi tidak cukup untuk melakukan penetrasi. Ketiga, cukup keras untuk penetrasi tetapi tidak sekeras level empat. Keempat, keras sempurna untuk melakukan penetrasi dengan lancar.
Ketika kondisi penis tak bisa mencapai skor empat, berarti suami menunjukkan gejala Disfungsi Ereksi (DE). Disfungsi ereksi atau yang lebih umum disebut impotensi adalah kondisi yang terjadi saat seorang pria tidak dapat mencapai atau mempertahankan ereksinya. Disfungsi ereksi ringan terjadi bila pria sesekali masih bisa mencapai ereksi penuh, tapi lebih sering hanya ereksi tak penuh alias tak cukup kuat untuk melakukan penetrasi. Sedangkan pada tingkat parah, pria bahkan tidak bisa mencapai ereksi sama sekali. Berita ‘baiknya’, Anda dan suami tak sendirian. Menurut penelitian Massachusetts Male Aging Study (MMAS), 1 dari 3 laki-laki pernah mengalami gangguan seksual dan DE selama masa hidupnya.
Sebagai istri, lantas apa yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi masalah ini? Yang pasti, jangan buru-buru menyuruh suami menenggak sembarang obat kuat atau jamu perkasa. Karena, siapa tahu di balik gangguan fungsi seksual ini tersembunyi penyakit (-penyakit) lain yang lebih serius.
Ada banyak penyakit yang bisa menyebabkan disfungsi ereksi. Rata-rata pasien DE tak menyadari kalau ternyata mereka menderita diabetes, hipertensi, gangguan ginjal, atau penyakit-penyakit kardiovaskuler (kelainan pembuluh darah jantung). Ketika seorang pria mengalami salah satu dari penyakit ini, berarti ada fungsi pembuluh darah yang terganggu. Aliran darah wilayah genitalia terhalang sehingga darah tidak bisa masuk dengan lancar ke dalam penis. Akibatnya, penis tetap loyo alias tak bisa berereksi.
Penderita DE rata-rata berusia 40 tahun ke atas. Dulu, kondisi ini dianggap wajar, karena ‘maklumlah, sudah tidak muda lagi’. Sebenarnya, kalimat ini tak sepenuhnya salah, karena pada usia 40-an, penyakit degeneratif (penyakit yang biasanya menyertai proses penuaan) mulai bermunculan.
Menurut Dr. Anita Gunawan MS.Sp.And dari Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), dewasa ini usia penderita DE cenderung lebih muda. Pria 35-an pun sudah mulai mengalami DE. “Ini karena faktor gaya hidup, terutama di kota-kota besar. Merokok, banyak mengonsumsi alkohol, kurang olahraga dan makan tidak seimbang –terlalu banyak mengonsumsi junk food-- ikut mempercepat datangnya berbagai gangguan kesehatan. Obesitas, kolesterol tinggi, atau gangguan ginjal –akibat terlalu banyak mengonsumsi alkohol-- juga semakin cepat menghampiri. Akibatnya, kejadian DE lebih mudah terjadi.”
Ketika kondisi penis tak bisa mencapai skor empat, berarti suami menunjukkan gejala Disfungsi Ereksi (DE). Disfungsi ereksi atau yang lebih umum disebut impotensi adalah kondisi yang terjadi saat seorang pria tidak dapat mencapai atau mempertahankan ereksinya. Disfungsi ereksi ringan terjadi bila pria sesekali masih bisa mencapai ereksi penuh, tapi lebih sering hanya ereksi tak penuh alias tak cukup kuat untuk melakukan penetrasi. Sedangkan pada tingkat parah, pria bahkan tidak bisa mencapai ereksi sama sekali. Berita ‘baiknya’, Anda dan suami tak sendirian. Menurut penelitian Massachusetts Male Aging Study (MMAS), 1 dari 3 laki-laki pernah mengalami gangguan seksual dan DE selama masa hidupnya.
Sebagai istri, lantas apa yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi masalah ini? Yang pasti, jangan buru-buru menyuruh suami menenggak sembarang obat kuat atau jamu perkasa. Karena, siapa tahu di balik gangguan fungsi seksual ini tersembunyi penyakit (-penyakit) lain yang lebih serius.
Ada banyak penyakit yang bisa menyebabkan disfungsi ereksi. Rata-rata pasien DE tak menyadari kalau ternyata mereka menderita diabetes, hipertensi, gangguan ginjal, atau penyakit-penyakit kardiovaskuler (kelainan pembuluh darah jantung). Ketika seorang pria mengalami salah satu dari penyakit ini, berarti ada fungsi pembuluh darah yang terganggu. Aliran darah wilayah genitalia terhalang sehingga darah tidak bisa masuk dengan lancar ke dalam penis. Akibatnya, penis tetap loyo alias tak bisa berereksi.
Penderita DE rata-rata berusia 40 tahun ke atas. Dulu, kondisi ini dianggap wajar, karena ‘maklumlah, sudah tidak muda lagi’. Sebenarnya, kalimat ini tak sepenuhnya salah, karena pada usia 40-an, penyakit degeneratif (penyakit yang biasanya menyertai proses penuaan) mulai bermunculan.
Menurut Dr. Anita Gunawan MS.Sp.And dari Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), dewasa ini usia penderita DE cenderung lebih muda. Pria 35-an pun sudah mulai mengalami DE. “Ini karena faktor gaya hidup, terutama di kota-kota besar. Merokok, banyak mengonsumsi alkohol, kurang olahraga dan makan tidak seimbang –terlalu banyak mengonsumsi junk food-- ikut mempercepat datangnya berbagai gangguan kesehatan. Obesitas, kolesterol tinggi, atau gangguan ginjal –akibat terlalu banyak mengonsumsi alkohol-- juga semakin cepat menghampiri. Akibatnya, kejadian DE lebih mudah terjadi.”
Shinta Kusuma