Nita tak habis mengerti melihat perilaku suaminya, Ronny. Setelah mereka cekcok sore tadi, suaminya malah mengajak berhubungan seks, hanya jeda tiga jam setelah 'gencatan senjata'. Awalnya Ronny sekadar mendekati Nita yang tengah berbaring di tempat tidur. “Yang, aku minta maaf ya...” Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut suaminya. Sejurus kemudian, Nita merasakan cumbuan seru dari Ronny.
Awalnya, Nita sempat ingin menolak. Rasa dongkolnya masih mengganjal di dada. Tapi kecupan-kecupan kecil di lehernya dan permintaan maaf sang suami membuat hati Nita mendadak lumer dan gairahnya bergelora. Semuanya berlangsung begitu saja, seolah perang mulut mereka tiga jam yang lalu tak pernah terjadi. Ronny ngotot ingin ganti mobil baru, sementara Nita ingin merenovasi rumah. Sampai akhir perdebatan yang penuh emosi itu, tak dicapai kata sepakat.
Kejadian seperti itu memang bukan yang pertama bagi Nina. Anehnya, ia justru sering mendapatkan kenikmatan luar biasa, yang tidak diperolehnya dalam hubungan seks yang rutin dan terencana. Setelah itu, perang pun dianggap usai, meskipun bukan berarti masalah di antara mereka juga selesai.
Peran adrenalin
Meski menikmatinya, tak urung Nita sering bertanya-tanya: apakah kehidupan seks mereka tak normal? Atau, apakah ia seorang masokis, yang harus disakiti dulu untuk mendapatkan kenikmatan?
Menurut psikolog Ratih Ibrahim, yang terjadi pada Nita dan Ronny sebetulnya hal yang lumrah, biasa disebut dengan istilah 'make up sex'. Banyak pasangan justru terangsang untuk melakukan hubungan seks setelah bertengkar. Hal tersebut sesuai dengan hasil polling yang dilakukan www.queendom.com, di mana 60% responden wanita mengakui bahwa mereka kerap melakukan hubungan seks dengan pasangan setelah bertengkar. Lebih dari setengahnya bahkan mengakui, mereka sangat menikmati hubungan seks pascaperang ini. Hanya 26% yang tidak menyukainya, sementara 8,25% mengaku melakukannya tapi tidak menikmati. Sisanya, mengaku tidak pernah bertengkar dengan pasangan (hm, apa benar?).
Lantas apa yang membuat sex after fight terasa lebih hot? Ratih mengatakan, kuncinya ada pada sekresi hormon adrenalin dalam tubuh. Ketika terjadi pertengkaran dan seseorang mengalami ketegangan, hal tersebut akan memicu produksi adrenalin. Ketika adrenalin meningkat, maka akan terjadi percepatan detak jantung dan penderasan aliran darah. Kondisi ini akan membuat seseorang menjadi lebih agresif, termasuk dalam berhubungan seks. Sifat agresif yang tak biasa inilah yang membuat hubungan seks pasca pertengkaran jadi terasa lebih hot.
Naiknya hormon adrenalin ini juga diikuti dengan keluarnya hormon endorfin yang berefek memberi rasa senang, nikmat, dan bahagia. Setelah merasakan ketegangan dan beberapa saat kemudian mendapatkan kenyamanan dan kebahagiaan, maka rasa nikmat yang didapat pun jadi lebih besar dibanding hubungan seks normal.
Tapi, perlu dicatat, ternyata hal ini tidak berlaku bagi setiap orang. Sebagian justru mengalami penurunan libido setelah terjadi petengkaran. Kalau dipaksakan, yang ada Anda malah jadi tambah dongkol. Karena itu, saran Ratih, Anda harus mengenal diri Anda sendiri dan pasangan. Apakah Anda berdua memang tipe orang yang menikmati hubungan seks pasca pertengkaran, atau justru sebaliknya. Jika menikmati, lakukan saja. Tapi jika tidak, lebih baik dihindari.
Awalnya, Nita sempat ingin menolak. Rasa dongkolnya masih mengganjal di dada. Tapi kecupan-kecupan kecil di lehernya dan permintaan maaf sang suami membuat hati Nita mendadak lumer dan gairahnya bergelora. Semuanya berlangsung begitu saja, seolah perang mulut mereka tiga jam yang lalu tak pernah terjadi. Ronny ngotot ingin ganti mobil baru, sementara Nita ingin merenovasi rumah. Sampai akhir perdebatan yang penuh emosi itu, tak dicapai kata sepakat.
Kejadian seperti itu memang bukan yang pertama bagi Nina. Anehnya, ia justru sering mendapatkan kenikmatan luar biasa, yang tidak diperolehnya dalam hubungan seks yang rutin dan terencana. Setelah itu, perang pun dianggap usai, meskipun bukan berarti masalah di antara mereka juga selesai.
Peran adrenalin
Meski menikmatinya, tak urung Nita sering bertanya-tanya: apakah kehidupan seks mereka tak normal? Atau, apakah ia seorang masokis, yang harus disakiti dulu untuk mendapatkan kenikmatan?
Menurut psikolog Ratih Ibrahim, yang terjadi pada Nita dan Ronny sebetulnya hal yang lumrah, biasa disebut dengan istilah 'make up sex'. Banyak pasangan justru terangsang untuk melakukan hubungan seks setelah bertengkar. Hal tersebut sesuai dengan hasil polling yang dilakukan www.queendom.com, di mana 60% responden wanita mengakui bahwa mereka kerap melakukan hubungan seks dengan pasangan setelah bertengkar. Lebih dari setengahnya bahkan mengakui, mereka sangat menikmati hubungan seks pascaperang ini. Hanya 26% yang tidak menyukainya, sementara 8,25% mengaku melakukannya tapi tidak menikmati. Sisanya, mengaku tidak pernah bertengkar dengan pasangan (hm, apa benar?).
Lantas apa yang membuat sex after fight terasa lebih hot? Ratih mengatakan, kuncinya ada pada sekresi hormon adrenalin dalam tubuh. Ketika terjadi pertengkaran dan seseorang mengalami ketegangan, hal tersebut akan memicu produksi adrenalin. Ketika adrenalin meningkat, maka akan terjadi percepatan detak jantung dan penderasan aliran darah. Kondisi ini akan membuat seseorang menjadi lebih agresif, termasuk dalam berhubungan seks. Sifat agresif yang tak biasa inilah yang membuat hubungan seks pasca pertengkaran jadi terasa lebih hot.
Naiknya hormon adrenalin ini juga diikuti dengan keluarnya hormon endorfin yang berefek memberi rasa senang, nikmat, dan bahagia. Setelah merasakan ketegangan dan beberapa saat kemudian mendapatkan kenyamanan dan kebahagiaan, maka rasa nikmat yang didapat pun jadi lebih besar dibanding hubungan seks normal.
Tapi, perlu dicatat, ternyata hal ini tidak berlaku bagi setiap orang. Sebagian justru mengalami penurunan libido setelah terjadi petengkaran. Kalau dipaksakan, yang ada Anda malah jadi tambah dongkol. Karena itu, saran Ratih, Anda harus mengenal diri Anda sendiri dan pasangan. Apakah Anda berdua memang tipe orang yang menikmati hubungan seks pasca pertengkaran, atau justru sebaliknya. Jika menikmati, lakukan saja. Tapi jika tidak, lebih baik dihindari.
(bersambung ke Serunya Seks Usai 'Perang' [2])