Wanita baik-baik yang mencintai suaminya harus bertindak sesuai dengan keinginannya, seakan-akan sang suami adalah dewa, dan dengan persetujuan suami pula ia merawat diri sendiri dan keluarga suami. Ia harus membersihkan seluruh rumah, meletakkan rangkaian bunga di segala pelosok, dan membuat lantai bersih dan licin agar segalanya
kelihatan rapi dan indah.
Bilamana suaminya melakukan kesalahan, sekalipun merasa kesal istri tidak boleh memarahinya. Ia tidak boleh menggunakan bahasa kasar tapi mengajak suami bicara dengan kata-kata halus, tak peduli sang suami sedang bersama teman-temannya atau sendirian. Istri juga tidak boleh pengomel, sebab suami paling tidak suka wanita seperti ini. Istri tidak boleh menampilkan ekspresi jengkel dan wajah cemberut, menggerutu, atau berdiri di ambang pintu menatap orang yang lalu-lalang.
Jangan sewot dulu bila Anda membaca 'aturan' tadi. Peraturan ini bukan resep pernikahan bagi Anda, istri masa kini, melainkan petikan dari salah satu bab buku Kama Sutra, tentang kriteria seorang Istri yang ideal.
kelihatan rapi dan indah.
Bilamana suaminya melakukan kesalahan, sekalipun merasa kesal istri tidak boleh memarahinya. Ia tidak boleh menggunakan bahasa kasar tapi mengajak suami bicara dengan kata-kata halus, tak peduli sang suami sedang bersama teman-temannya atau sendirian. Istri juga tidak boleh pengomel, sebab suami paling tidak suka wanita seperti ini. Istri tidak boleh menampilkan ekspresi jengkel dan wajah cemberut, menggerutu, atau berdiri di ambang pintu menatap orang yang lalu-lalang.
Jangan sewot dulu bila Anda membaca 'aturan' tadi. Peraturan ini bukan resep pernikahan bagi Anda, istri masa kini, melainkan petikan dari salah satu bab buku Kama Sutra, tentang kriteria seorang Istri yang ideal.
Wanita Kama Sutra
Yang unik dalam Kama Sutra adalah, selain mengagungkan seni bercinta, ciri-ciri pria terhormat, kesucian wanita, dan kewajiban istri terhadap suami, buku ini juga membahas tentang wanita penghibur dengan sikap dan perlakuan yang sama sekali tidak merendahkan. Seakan-akan pelacur adalah profesi baik-baik dalam masyarakat zaman itu. Bahkan disediakan pula panduannya, sebagai berikut:
Ia harus cantik dan ramah, dan memiliki ciri-ciri tubuh yang menguntungkan. Selain menyukai harta, ia harus pula menyukai kualitas baik dalam diri orang lain. Ia harus menyenangi hubungan seksual yang muncul dari rasa cinta, berpikiran mantap, dan dalam urusan kenikmatan seksual berada di kelas yang sama dengan si pria. Ia harus selalu berkeinginan menambah pengalaman dan pengetahuan, tidak tamak, suka terlibat dalam acara sosial, dan suka kesenian.
Bandingkan dengan ciri-ciri wanita baik-baik pada umumnya:
Ia cerdas, memiliki watak dan sopan santun yang baik; sikapnya lurus, tahu berterima kasih; dapat menimbang baik-baik sebelum melakukan sesuatu; memiliki kegiatan, perilakunya konstan, tahu waktu dan tempat yang tepat untuk melakukan sesuatu; bicara tanpa rasa dengki, tidak suka tertawa keras-keras, tidak memfitnah, tidak tamak, tidak membosankan atau menampilkan kebodohan, memiliki pengetahuan tentang Kama Sutra, dan terampil dalam segala seni yang terkait dengannya.
Nah, sudahkah atau inginkah Anda memenuhi semua ciri wanita baik-baik tersebut? Atau sebaliknya, Anda justru bersyukur tidak hidup dalam masyarakat di zaman Kama Sutra? Rasanya kita semua tahu jawabannya, bukan?
Ia harus cantik dan ramah, dan memiliki ciri-ciri tubuh yang menguntungkan. Selain menyukai harta, ia harus pula menyukai kualitas baik dalam diri orang lain. Ia harus menyenangi hubungan seksual yang muncul dari rasa cinta, berpikiran mantap, dan dalam urusan kenikmatan seksual berada di kelas yang sama dengan si pria. Ia harus selalu berkeinginan menambah pengalaman dan pengetahuan, tidak tamak, suka terlibat dalam acara sosial, dan suka kesenian.
Bandingkan dengan ciri-ciri wanita baik-baik pada umumnya:
Ia cerdas, memiliki watak dan sopan santun yang baik; sikapnya lurus, tahu berterima kasih; dapat menimbang baik-baik sebelum melakukan sesuatu; memiliki kegiatan, perilakunya konstan, tahu waktu dan tempat yang tepat untuk melakukan sesuatu; bicara tanpa rasa dengki, tidak suka tertawa keras-keras, tidak memfitnah, tidak tamak, tidak membosankan atau menampilkan kebodohan, memiliki pengetahuan tentang Kama Sutra, dan terampil dalam segala seni yang terkait dengannya.
Nah, sudahkah atau inginkah Anda memenuhi semua ciri wanita baik-baik tersebut? Atau sebaliknya, Anda justru bersyukur tidak hidup dalam masyarakat di zaman Kama Sutra? Rasanya kita semua tahu jawabannya, bukan?