Sejalan dengan bertambahnya usia, berbagai perubahan terjadi pada fungsi tubuh wanita, termasuk fungsi seksualnya. Misalnya saja di usia 40-an, kebutuhan, pola, dan perilaku seks Anda tentu tidak sama dengan saat berusia 25 tahun.
Di usia matang ini Anda mungkin mulai merasakan ketidaknyamanan dalam melakukan hubungan suami-istri. Wajar jika masalah itu muncul sesekali dalam kehidupan perkawinan Anda. Namun, jika gangguan ini semakin sering dan membuat Anda dan suami tidak mendapatkan hubungan seks yang sehat, mungkin saatnya Anda waspada. Sebab, wanita di usia matang memang rentan mengalami disfungsi seks.
Empat fase
Seorang wanita dikatakan mengalami disfungsi seks jika terjadi gangguan pada salah satu fase hubungan seks. Untuk mendapatkan hubungan seks yang berkualitas, Anda harus dapat melewati empat fase berikut ini dengan baik:
• Desire, yaitu keinginan yang kuat untuk mendapatkan dan memberikan rangsangan seksual.
• Arousal, yaitu respons tubuh terhadap rangsangan seksual. Pada wanita ditandai antara lain dengan vagina yang melebar dan mengeluarkan cairan, serta membesarnya klitoris.
• Plateau, ditandai dengan meningkatnya tekanan darah, denyut jantung, dan tegangan otot.
• Orgasm, ditandai dengan mengendurnya segala ketegangan yang terjadi pada fase plateau. Selain itu, tubuh melepas hormon endorfin yang menimbulkan rasa senang dan relaks.
Jika salah satu dari empat fase tersebut terganggu, maka seorang wanita dikatakan mengalami disfungi seks. Selanjutnya, permasalahan ini bisa menyebabkan stres dan memberikan pengaruh negatif terhadap hubungan dengan suami dan lingkungan di sekitarnya.
Menurut Dr. Laura S. Mavendry, Sp.U dari Pusat Kesehatan Seksual Wanita, Klinik Edelweis, RS Cipto Mangunkusumo, respons seksual merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor, seperti fisiologi, emosi, pengalaman, nilai-nilai, gaya hidup, juga pola relasi antara suami-istri itu sendiri. Semua itu mempengaruhi kedekatan emosional yang menghasilkan rangsangan seksual.
Walau demikian, tujuan akhir dari hubungan seksual yang sehat bukan hanya orgasme. Yang lebih penting lagi adalah memahami sensualitas dan seksualitas pasangan, serta meningkatkan keintiman suami-istri setelah melakukan hubungan seks.
(bersambung)