Kebanyakan wanita masih sangat tertutup membicarakan disfungsi seks yang mereka alami. Mereka lebih suka memendam permasalahan ini... dan menderita sendiri. Mungkin ada sebagian wanita yang cukup terbuka berbicara kepada keluarga atau sahabat, namun umumnya mereka tidak mendapat solusi yang tepat. Padahal beberapa gangguan seks memiliki cara pemecahan yang sederhana.
Jika disfungsi terjadi karena faktor psikologis, Anda disarankan untuk mengikuti konseling atau psikoterapi. Terapi yang diberikan meliputi pemahaman terhadap perubahan fisiologi tubuh dan variasi rangsangan yang dibutuhkan untuk mencapai orgasme.
Jika disfungsi seks karena faktor hormonal, dokter akan menyarankan terapi sulih hormon atau pemakaian cairan untuk lubrikasi vagina. Pemakaian cairan ini perlu dipertimbangan masak-masak. Sebaiknya memilih lubrikan yang tidak menimbulkan alergi, seperti rasa gatal, kemerahan, dan pembengkakan pada vagina. Reaksi ini umumnya langsung terjadi sehingga Anda bisa tahu apakah lubrikan itu cocok atau tidak.
Bila Anda masih ingin memiliki anak, sebaiknya gunakan lubrikan yang tidak mematikan sperma. Menurut Dr. Laura, umumnya lubrikan mengandung unsur alkohol dan digunakan untuk mencegah penularan HIV.
Sedangkan untuk penyebab fisik, dokter dapat memberikan pengobatan yang tepat sesuai keluhan, misalnya dengan mengganti obat-obatan yang Anda konsumsi, serta menyarankan alternatif posisi dan perubahan rutinitas hubungan seksual Anda.
Macam-macam disfungsi seks wanita
• Low sexual desire. Wanita mengalami penurunan hasrat untuk melakukan aktivitas seksual.
• Sexual arousal disorder. Ada keinginan untuk melakukan aktivitas seksual, tetapi tidak dapat mempertahankan keinginan tersebut sewaktu melakukan hubungan seks.
• Orgasmic disorder. Meskipun mendapat cukup rangsangan, tidak dapat mencapai orgasme.
• Sexual pain disorder. Merasakan sakit selama melakukan aktivitas seksual. Bisa terjadi karena dyspareunia (nyeri saat berhubungan seksual yang dapat disebabkan oleh infeksi, penipisan vagina karena menopause, atau faktor psikis) atau vaginismus (kaku pada 1/3 otot bagian bawah vagina sehingga menyulitkan penetrasi).
Yang dapat Anda lakukan
• Kenali organ intim dan bangkitkan ‘positive body image’ pada diri sendiri.
• Berkomunikasi dengan pasangan untuk mencegah timbulnya perasaan ditolak. Komunikasi juga dapat membantu Anda dan suami mengenali cara-cara lain untuk membangkitkan keintiman, misalnya mencari posisi bercinta yang nyaman untuk Anda berdua.
• Untuk mengurangi kekeringan pada vagina, gunakan cairan lubrikasi sesaat sebelum berhubungan seks.
• Membangkitkan kedekatan dengan pasangan seringkali juga dapat meningkatkan kelembapan vagina sehingga Anda lebih nyaman saat melakukan hubungan intim.
• Hindari stres dan emosi negatif lainnya. Cobalah untuk menerima perubahan yang terjadi pada diri Anda, karena tiap orang memang berubah, bukan?
Jika disfungsi terjadi karena faktor psikologis, Anda disarankan untuk mengikuti konseling atau psikoterapi. Terapi yang diberikan meliputi pemahaman terhadap perubahan fisiologi tubuh dan variasi rangsangan yang dibutuhkan untuk mencapai orgasme.
Jika disfungsi seks karena faktor hormonal, dokter akan menyarankan terapi sulih hormon atau pemakaian cairan untuk lubrikasi vagina. Pemakaian cairan ini perlu dipertimbangan masak-masak. Sebaiknya memilih lubrikan yang tidak menimbulkan alergi, seperti rasa gatal, kemerahan, dan pembengkakan pada vagina. Reaksi ini umumnya langsung terjadi sehingga Anda bisa tahu apakah lubrikan itu cocok atau tidak.
Bila Anda masih ingin memiliki anak, sebaiknya gunakan lubrikan yang tidak mematikan sperma. Menurut Dr. Laura, umumnya lubrikan mengandung unsur alkohol dan digunakan untuk mencegah penularan HIV.
Sedangkan untuk penyebab fisik, dokter dapat memberikan pengobatan yang tepat sesuai keluhan, misalnya dengan mengganti obat-obatan yang Anda konsumsi, serta menyarankan alternatif posisi dan perubahan rutinitas hubungan seksual Anda.
Macam-macam disfungsi seks wanita
• Low sexual desire. Wanita mengalami penurunan hasrat untuk melakukan aktivitas seksual.
• Sexual arousal disorder. Ada keinginan untuk melakukan aktivitas seksual, tetapi tidak dapat mempertahankan keinginan tersebut sewaktu melakukan hubungan seks.
• Orgasmic disorder. Meskipun mendapat cukup rangsangan, tidak dapat mencapai orgasme.
• Sexual pain disorder. Merasakan sakit selama melakukan aktivitas seksual. Bisa terjadi karena dyspareunia (nyeri saat berhubungan seksual yang dapat disebabkan oleh infeksi, penipisan vagina karena menopause, atau faktor psikis) atau vaginismus (kaku pada 1/3 otot bagian bawah vagina sehingga menyulitkan penetrasi).
Yang dapat Anda lakukan
• Kenali organ intim dan bangkitkan ‘positive body image’ pada diri sendiri.
• Berkomunikasi dengan pasangan untuk mencegah timbulnya perasaan ditolak. Komunikasi juga dapat membantu Anda dan suami mengenali cara-cara lain untuk membangkitkan keintiman, misalnya mencari posisi bercinta yang nyaman untuk Anda berdua.
• Untuk mengurangi kekeringan pada vagina, gunakan cairan lubrikasi sesaat sebelum berhubungan seks.
• Membangkitkan kedekatan dengan pasangan seringkali juga dapat meningkatkan kelembapan vagina sehingga Anda lebih nyaman saat melakukan hubungan intim.
• Hindari stres dan emosi negatif lainnya. Cobalah untuk menerima perubahan yang terjadi pada diri Anda, karena tiap orang memang berubah, bukan?