Merasa sakit atau nyeri tentu bukan hal baru bagi kita. Rasa sakit bisa terjadi secara tiba-tiba (akut), ataupun yang sudah berlangsung lama (kronis). Namun keduanya tetap membutuhkan pengobatan. Caranya bisa dengan terapi farmakologis -- misalnya dengan minum obat, atau terapi non-farmakologis – misalnya fisioterapi atau bahkan pembedahan.
Apa yang harus dilakukan agar rasa sakit tidak menganggu aktivitas dan kenyamanan hidup kita? Simak tip-tip berikut:
Dimulai dengan relaksasi
“Sebenarnya rasa sakit adalah sistem peringatan tubuh bahwa ada sesuatu yang salah pada tubuh kita,” ujar dr. Jan Sudir Purba PhD, Kepala Subdivisi Neuroendokrin/Neuroimunologi, Departemen Neurologi, FK-UI/RSCM. Sensasi rasa sakit ini umumnya mengalami 'perjalanan panjang', dimulai dari sel-sel penerima rasa sakit sampai ke otak yang memproses sensasi tersebut sehingga otak mengartikannya sebagai rasa sakit.
Sel-sel penerima rasa sakit terdapat pada kulit dan jaringan tubuh. Beberapa bagian tubuh ada yang lebih banyak memiliki sel ini dibandingkan bagian lain. Contohnya kulit yang dipenuhi sel saraf, sehingga dapat memberi informasi spesifik tentang lokasi dan jenis rasa sakit. Sedangkan saluran pencernaan memiliki sedikit sel saraf, sehingga sulit menentukan dengan tepat lokasi rasa sakit di dalam perut.
Kunci untuk mengontrol rasa sakit adalah dengan mencari penyebabnya, dimulai dengan cara yang paling sedikit menimbulkan risiko. Misalnya, jika Anda sakit kepala, lakukan relaksasi atau pemijatan terlebih dahulu. Jika tidak berhasil barulah mengonsumsi obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas. Jika cara ini masih belum berhasil, hubungi dokter Anda segera.