Penyakit yang menjangkiti keluarga secara turun-temurun bisa jadi tak disadari oleh kita, sehingga kita mengidapnya tanpa sadar bahwa itu merupakan ‘warisan’. Bagaimana menyikapi penyakit yang sudah berisiko akan menjangkiti tubuh kita?
Ada baiknya kita mempelajari silsilah keluarga dan mempelajari sejarah penyakit yang pernah menjangkiti anggota keluarga kita dari beberapa generasi. Dengan mempelajari riwayat kesehatan keluarga, selain memahami kekuatan dan kelemahan sendiri, kita menjadi lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri. Misalnya, kalau saat ini kita sadar bahwa diri kita termasuk berisiko tinggi terkena hipertensi, seharusnya kita bisa menghindari makanan berkolesterol tinggi atau lebih rajin berolahraga. Lebih jauh lagi, kita punya motivasi lebih kuat untuk memantau kondisi kesehatan secara berkala, dibanding mereka yang tidak memiliki garis keturunan hipertensi.
Peran dokter keluarga
Akan lebih baik jika Anda juga mempunyai seorang dokter keluarga, seperti yang dilakukan banyak keluarga di Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya. Menurut Dr. Sugito Wonodirekso, MSc., dokter keluarga adalah dokter umum yang dianggap kompeten, dipercaya, dan sebaiknya berpraktek di dekat rumah. Meski di kalangan masyarakat kita belum terlalu dikenal, peran dokter keluarga cukup penting mengingat ia bisa bertindak sebagai narasumber atau konsultan medis bagi keluarga Anda.
“Dalam proses diagnosa, seorang dokter keluarga pun tidak langsung mengobati. Tetapi ia akan menelusuri riwayat kesehatan keluarga pasien agar kami mempunyai data lengkap mengenai bakat penyakit keturunan yang ada sehingga bisa memberi rekomendasi yang tepat untuk menanganinya,” jelas ketua umum Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI) itu.
Kuncinya: mau berubah
Jika Anda menemukan garis penyakit keturunan tertentu dari keluarga, memang tidak bisa ditolak. Tetapi kita bisa menyikapi “warisan keluarga” tersebut dengan bijak. Kabar baiknya, kita tetap bisa meminimalkan bahkan mencegah munculnya penyakit tersebut, asalkan memiliki pola hidup sehat. Bukan hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi kita pun bisa mewariskan sesuatu yang berharga untuk anak-cucu.
Seperti yang dilakukan Debra Yatim, aktivis LSM dan pemerhati seni. Sadar bahwa riwayat kesehatan keluarganya maupun keluarga suami yang kurang baik, ia tergerak untuk mengubah pola makannya. Sudah hampir 3 tahun terakhir, penyuka pizza dan kentang goreng ini memutuskan untuk mengonsumsi makanan mentah (raw foodist). “Dengan mencontohkan kebiasaan makan yang lebih sehat, setidaknya putri saya kelak bisa lebih optimis dan tidak terperangkap dalam gen orang tuanya,” ujarnya antusias.
Kunci untuk berubah tidak sulit, asal Anda mau memulai dari diri sendiri dan dari hal kecil. Tidak perlu harus rajin ke gym, tetapi buatlah diri Anda lebih aktif dengan naik-turun tangga di kantor ketimbang memakai lift. Atau lebih sering minum air dan buah-buahan segar, agar memperlancar proses detoks alami yang berguna bagi keseimbangan tubuh. Jadi, hidup sehat tidak boleh hanya sekadar jargon, tetapi harus dilakoni, mulai sekarang.
Ada baiknya kita mempelajari silsilah keluarga dan mempelajari sejarah penyakit yang pernah menjangkiti anggota keluarga kita dari beberapa generasi. Dengan mempelajari riwayat kesehatan keluarga, selain memahami kekuatan dan kelemahan sendiri, kita menjadi lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri. Misalnya, kalau saat ini kita sadar bahwa diri kita termasuk berisiko tinggi terkena hipertensi, seharusnya kita bisa menghindari makanan berkolesterol tinggi atau lebih rajin berolahraga. Lebih jauh lagi, kita punya motivasi lebih kuat untuk memantau kondisi kesehatan secara berkala, dibanding mereka yang tidak memiliki garis keturunan hipertensi.
Peran dokter keluarga
Akan lebih baik jika Anda juga mempunyai seorang dokter keluarga, seperti yang dilakukan banyak keluarga di Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya. Menurut Dr. Sugito Wonodirekso, MSc., dokter keluarga adalah dokter umum yang dianggap kompeten, dipercaya, dan sebaiknya berpraktek di dekat rumah. Meski di kalangan masyarakat kita belum terlalu dikenal, peran dokter keluarga cukup penting mengingat ia bisa bertindak sebagai narasumber atau konsultan medis bagi keluarga Anda.
“Dalam proses diagnosa, seorang dokter keluarga pun tidak langsung mengobati. Tetapi ia akan menelusuri riwayat kesehatan keluarga pasien agar kami mempunyai data lengkap mengenai bakat penyakit keturunan yang ada sehingga bisa memberi rekomendasi yang tepat untuk menanganinya,” jelas ketua umum Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI) itu.
Kuncinya: mau berubah
Jika Anda menemukan garis penyakit keturunan tertentu dari keluarga, memang tidak bisa ditolak. Tetapi kita bisa menyikapi “warisan keluarga” tersebut dengan bijak. Kabar baiknya, kita tetap bisa meminimalkan bahkan mencegah munculnya penyakit tersebut, asalkan memiliki pola hidup sehat. Bukan hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi kita pun bisa mewariskan sesuatu yang berharga untuk anak-cucu.
Seperti yang dilakukan Debra Yatim, aktivis LSM dan pemerhati seni. Sadar bahwa riwayat kesehatan keluarganya maupun keluarga suami yang kurang baik, ia tergerak untuk mengubah pola makannya. Sudah hampir 3 tahun terakhir, penyuka pizza dan kentang goreng ini memutuskan untuk mengonsumsi makanan mentah (raw foodist). “Dengan mencontohkan kebiasaan makan yang lebih sehat, setidaknya putri saya kelak bisa lebih optimis dan tidak terperangkap dalam gen orang tuanya,” ujarnya antusias.
Kunci untuk berubah tidak sulit, asal Anda mau memulai dari diri sendiri dan dari hal kecil. Tidak perlu harus rajin ke gym, tetapi buatlah diri Anda lebih aktif dengan naik-turun tangga di kantor ketimbang memakai lift. Atau lebih sering minum air dan buah-buahan segar, agar memperlancar proses detoks alami yang berguna bagi keseimbangan tubuh. Jadi, hidup sehat tidak boleh hanya sekadar jargon, tetapi harus dilakoni, mulai sekarang.
Shinta Kusuma
Konsultan: Dr. Sugito Wonodirekso, MSc.