Kehadiran virus Ebola haemorrhagic sejak 37 tahun lalu membuat para ilmuwan bekerja keras menciptakan vaksinnya, karena penyakit akibat infeksi virus tidak ada obatnya. Diharapkan vaksin yang saat ini masih dalam tahap uji klinis dapat dipasarkan tahun 2015.
Virus Ebola kembali berjangkit di daratan Afrika Barat, setelah kematian pertama di Nzara, Sudan 37 tahun silam. Virus yang dinamai seperti nama sungai di Kongo ini telah membunuh setidaknya 900 orang sejak Maret 2014 lalu. Di Uganda 14 orang meninggal selama bulan ini, di Inggris satu orang meninggal, dan di Spanyol diketahui seorang pendeta, Miguel Pajaras menderita sakit karena virus ini. Penyebaran terparah di Afrika adalah di wilayah Guinea, Sierra Leone, Liberia, Republik Demokrat Kongo, Gabon, Sudan, Pantai Gading dan Uganda. Penderitanya dicurigai pernah kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi seperti simpanse, gorilla, antelope hutan, dan monyet cynomolgus, kemudian menularkannya pada orang lain.
Di Indonesia, seperti yang dikatakan oleh Prof. Dr. Nasronudin Sp.PD, K-PTI FINASIM, Ketua Institute of Tropical Disease Universitas Airlangga, kemungkinan penularannya relatif besar karena transportasi manusia terbuka sangat lebar, mobilitas penduduk tinggi antara Afrika dan Indonesia. Hubungan dagang kedua negara ini cukup intens. Bagaimana dengan kelelawar yang banyak terdapat di Indonesia? Penelitian menunjukkan, kelelawar dapat terinfeksi ebola namun mampu bertahan dengan virus itu tanpa mengalami sakit.
Ebola yang dikenal dengan sebutan penyakit Ebola haemorrhagic merupakan penyakit dengan tingkat kematian mencapai 90%. Gejalanya seperti flu, yaitu demam tinggi dan nyeri, biasanya diikuti diare, muntah, dan ruam di seluruh tubuh. Kemudian mulai gejala yang menyakitkan, yaitu keluarnya darah dari semua lubang di tubuh. Pada manusia penularannya melalui kontak langsung lewat darah dari luka terbuka, lendir dan cairan tubuh seperti urin, air liur dan semen.
Seperti halnya penyakit akibat infeksi virus lainnya, tidak ada obat untuk penyakit ini. Namun vaksin untuk mencegah ebola sedang dikembangkan, dan kini dalam tahap uji klinis. Marie-Paule Kiney, asisten Dirjen World Health Organization (WHO) kepada kantor berita AFP mengatakan, vaksin ebola akan siap diluncurkan tahun 2015.
Tak boleh dirawat sendiri
Seseorang yang menderita ebola dapat menyebarkan virus melalui darah, air seni dan lendir. Itu sebabnya WHO menyarankan bagi Anda yang memiliki anggota keluarga terinfeksi ebola untuk tidak merawatnya sendiri di rumah. Pasien perlu ruang isolasi untuk mencegah penyebaran virus.
Orang yang berisiko tertular penyakit ini adalah petugas kesehatan, dan orang yang tinggal bersama orang yang terinfeksi. Gejalanya adalah demam tiba-tiba, lemas terus-terusan, nyeri otot, sakit kepala dan tenggorokan, sesrta ruam di seluruh tubuh. Selain itu juga sakit perut, muntah-muntah, gangguan fungsi hati dan ginjal, diikuti perdarahan baik internal maupun eksternal. Diperlukan serangkaian tes di laboratorium untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi ebola atau tidak. Masa inkubasi virus antara 2 sampai 21 hari. Selama masa inkubasi pasien belum tampak sakit. Begitu gejala muncul, pasien harus segera ke dokter untuk mendapatkan perawatan intensif, antara lain dengan menjaga keseimbangan cairan tubuh melalui infus, menjaga tekanan darah tetap stabil serta meningkatkan daya tahan tubuh.
Mencegah penyebarannya
Bagaimana bila Anda tidak dapat menolak penugasan ke negara yang sedang dilanda wabah ebola? Sejauh Anda tidak melakukan kontak fisik dengan penduduk yang terinfeksi, Anda akan aman. Data WHO menyebut, tidak ada kasus orang terinfeksi ebola saat bertugas ke luar negeri. Sekali lagi, penularan terjadi hanya bila ada kontak langsung dengan orang yang terinfeksi. Beberapa hal ini merupakan cara mencegah penularan:
• Hindari kontak seksual sampai suami dinyatakan betul-betul sembuh dari penyakit ini.
• Dukung penderita di lingkungan Anda untuk bersedia dirawat di rumah sakit.
• Jangan tangani sendiri kerabat yang meninggal akibat penyakit ini, minta bantuan petugas kesehatan.
• Bila Anda ingin merawat sendiri anggota keluarga yang terinfeksi, libatkan petugas kesehatan untuk melatih Anda. Kenakan masker dan sarung tangan ketika menangani anggota keluarga yang sakit.
• Bila Anda menjenguk kerabat atau kenalan yang sedang dirawat di rumah sakit akibat ebola, cuci tangan lebih dulu, kenakan masker, dan cuci tangan lagi setelah menyentuhnya.
• Hindari kontak dengan hewan terinfeksi, terutama primata.
Virus Ebola kembali berjangkit di daratan Afrika Barat, setelah kematian pertama di Nzara, Sudan 37 tahun silam. Virus yang dinamai seperti nama sungai di Kongo ini telah membunuh setidaknya 900 orang sejak Maret 2014 lalu. Di Uganda 14 orang meninggal selama bulan ini, di Inggris satu orang meninggal, dan di Spanyol diketahui seorang pendeta, Miguel Pajaras menderita sakit karena virus ini. Penyebaran terparah di Afrika adalah di wilayah Guinea, Sierra Leone, Liberia, Republik Demokrat Kongo, Gabon, Sudan, Pantai Gading dan Uganda. Penderitanya dicurigai pernah kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi seperti simpanse, gorilla, antelope hutan, dan monyet cynomolgus, kemudian menularkannya pada orang lain.
Di Indonesia, seperti yang dikatakan oleh Prof. Dr. Nasronudin Sp.PD, K-PTI FINASIM, Ketua Institute of Tropical Disease Universitas Airlangga, kemungkinan penularannya relatif besar karena transportasi manusia terbuka sangat lebar, mobilitas penduduk tinggi antara Afrika dan Indonesia. Hubungan dagang kedua negara ini cukup intens. Bagaimana dengan kelelawar yang banyak terdapat di Indonesia? Penelitian menunjukkan, kelelawar dapat terinfeksi ebola namun mampu bertahan dengan virus itu tanpa mengalami sakit.
Ebola yang dikenal dengan sebutan penyakit Ebola haemorrhagic merupakan penyakit dengan tingkat kematian mencapai 90%. Gejalanya seperti flu, yaitu demam tinggi dan nyeri, biasanya diikuti diare, muntah, dan ruam di seluruh tubuh. Kemudian mulai gejala yang menyakitkan, yaitu keluarnya darah dari semua lubang di tubuh. Pada manusia penularannya melalui kontak langsung lewat darah dari luka terbuka, lendir dan cairan tubuh seperti urin, air liur dan semen.
Seperti halnya penyakit akibat infeksi virus lainnya, tidak ada obat untuk penyakit ini. Namun vaksin untuk mencegah ebola sedang dikembangkan, dan kini dalam tahap uji klinis. Marie-Paule Kiney, asisten Dirjen World Health Organization (WHO) kepada kantor berita AFP mengatakan, vaksin ebola akan siap diluncurkan tahun 2015.
Tak boleh dirawat sendiri
Seseorang yang menderita ebola dapat menyebarkan virus melalui darah, air seni dan lendir. Itu sebabnya WHO menyarankan bagi Anda yang memiliki anggota keluarga terinfeksi ebola untuk tidak merawatnya sendiri di rumah. Pasien perlu ruang isolasi untuk mencegah penyebaran virus.
Orang yang berisiko tertular penyakit ini adalah petugas kesehatan, dan orang yang tinggal bersama orang yang terinfeksi. Gejalanya adalah demam tiba-tiba, lemas terus-terusan, nyeri otot, sakit kepala dan tenggorokan, sesrta ruam di seluruh tubuh. Selain itu juga sakit perut, muntah-muntah, gangguan fungsi hati dan ginjal, diikuti perdarahan baik internal maupun eksternal. Diperlukan serangkaian tes di laboratorium untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi ebola atau tidak. Masa inkubasi virus antara 2 sampai 21 hari. Selama masa inkubasi pasien belum tampak sakit. Begitu gejala muncul, pasien harus segera ke dokter untuk mendapatkan perawatan intensif, antara lain dengan menjaga keseimbangan cairan tubuh melalui infus, menjaga tekanan darah tetap stabil serta meningkatkan daya tahan tubuh.
Mencegah penyebarannya
Bagaimana bila Anda tidak dapat menolak penugasan ke negara yang sedang dilanda wabah ebola? Sejauh Anda tidak melakukan kontak fisik dengan penduduk yang terinfeksi, Anda akan aman. Data WHO menyebut, tidak ada kasus orang terinfeksi ebola saat bertugas ke luar negeri. Sekali lagi, penularan terjadi hanya bila ada kontak langsung dengan orang yang terinfeksi. Beberapa hal ini merupakan cara mencegah penularan:
• Hindari kontak seksual sampai suami dinyatakan betul-betul sembuh dari penyakit ini.
• Dukung penderita di lingkungan Anda untuk bersedia dirawat di rumah sakit.
• Jangan tangani sendiri kerabat yang meninggal akibat penyakit ini, minta bantuan petugas kesehatan.
• Bila Anda ingin merawat sendiri anggota keluarga yang terinfeksi, libatkan petugas kesehatan untuk melatih Anda. Kenakan masker dan sarung tangan ketika menangani anggota keluarga yang sakit.
• Bila Anda menjenguk kerabat atau kenalan yang sedang dirawat di rumah sakit akibat ebola, cuci tangan lebih dulu, kenakan masker, dan cuci tangan lagi setelah menyentuhnya.
• Hindari kontak dengan hewan terinfeksi, terutama primata.
Imma Rachmani
Dari berbagai sumber