Faktor penyebab nyeri punggung cukup banyak, antara lain penyakit pada organ dalam (misanya ginjal), atau pada pembuluh darah, tulang punggung, saraf, otot, dan penyebab psikis. Nyeri punggung pada wanita menopause biasanya terkait erat dengan kondisi tulang punggung.
Susunan tulang punggung manusia sangat kompleks, teratur, pas tingginya, dan ada ujung saraf yang keluar di antara ruas-ruas tulang. Tulang punggung berbeda dari tulang kering karena lebih longgar dan berongga. Seperti tiang beton, tulang punya rangka yang disebut matriks. Sepanjang hidup kita, rangka tulang dibentuk dan dihancurkan lagi berulang kali. Rangka tulang dibentuk oleh osteoblast dan dihancurkan oleh osteoclast. Osteoblast dan osteoclast adalah sel-sel yang hidup di dalam tulang.
Dalam masa pertumbuhan, pembangunan tulang lebih cepat daripada penghancurannya sehingga tubuh pun semakin tinggi dan besar. Kecepatan pertumbuhan tulang juga dipengaruhi oleh hormon pertumbuhan (growth hormone). Sejak usia 20, kecepatan pertumbuhan tulang pada wanita mulai menurun. Di usia 30, penghancuran tulang lebih banyak terjadi sehingga tulang mulai keropos. Sewaktu wanita memasuki masa menopause, produksi hormon estrogen menurun. Padahal, estrogen sangat mempengaruhi kerja osteoblast dan osteoclast. Pengeroposan pun semakin hebat.
Bila tulang mengeropos, saraf-saraf yang menyebar di bawah ruas tulang menjadi tidak tahan terhadap tekanan, sehingga muncul rasa nyeri. Bila pengeroposan lebih parah lagi, tulang bisa penyok atau mengecil. Nyeri yang ditimbulkan pun bisa lebih berat. Namun keluhan pada wanita menopause biasanya tidak sama, baik jenis maupun intensitasnya. Ada nyeri yang dirasa ‘berat’, ada juga yang ‘ringan’.
Salah satu upaya agar tulang tidak mudah keropos dan menimbulkan nyeri adalah mengonsumsi kalsium sejak usia muda. Banyaknya ‘tabungan’ kalsium ini akan menentukan kepadatan tulang. Semakin padat tulang, akan semakin kuat dan terhindar dari keropos.
Untuk mengukur kepadatan tulang dan memastikan kekeroposan tulang bisa dilakukan pemeriksaan Bone Densitometry dengan alat bernama DXA (Dual Energy X-Ray Absorbsiometry). Alat canggih ini sesuai dengan standar WHO (World Health Organization), sangat aman dan teliti, paparan radiasinya pun hanya 1/50 dibandingkan pemeriksaan dengan sinar rontgen. DXA hanya ada di rumah sakit besar.
Kosultan: dr. Norman Zainal, SpOT., M.Kes.FICS dari Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP),