terkontrolnya proses berkemih.
Memang gangguan itu tidak dialami oleh semua wanita. Berat-ringannya gangguan semacam itu pun bersifat individual. Hanya saja, kondisi ini berlangsung relatif cukup
panjang, sejak beberapa tahun sebelum hingga sesudah wanita berhenti haid. Apa
saja gangguan itu dan bagaimana menanggulanginya?
Cepat lelah
Kadar estrogen yang rendah pada masa menopause berperan menurunkan stamina tubuh. Tapi stamina tubuh juga dipengaruhi oleh gaya hidup, pola makan,
dan kondisi kesehatan.
Gangguan urogenital
Gangguan urogenital ini meliputi infeksi saluran kemih, nyeri berkemih, mengompol, nyeri saat bersenggama, vagina kering, perdarahan pasca senggama, infeksi, gatal, dan iritasi vagina. Hormon estrogen melindungi permukaan sisi dalam organ kemih dan dinding vagina. Penurunan kadar estrogen (atau jika estrogen habis) menyebabkan organ kemih dan dinding vagina mudah mengalami infeksi. Dampak lain adalah melemahnya kontrol otot-otot yang berkontraksi mengatur pelepasan urin. Berkurangnya estrogen juga menyebabkan produksi cairan yang dihasilkan dinding vagina berkurang. Akibatnya wanita akan sering merasa nyeri saat bersenggama.
Gangguan persendian dan otot
Kekurangan hormon estrogen menyebabkan otot tubuh mengecil. Akibatnya, sendi yang
semula stabil karena otot kencang menjadi longgar. Kelonggaran inilah yang
menimbulkan rasa nyeri.
Perubahan bentuk tubuh
Berkurangnya estrogen akan menurunkan kadar HDL (jenis kolesterol baik yang
mendistribusikan lemak) dan meningkatkan LDL (kolesterol jahat). Kondisi ini menyebabkan
penumpukan lemak di bagian perut, sehingga tampak buncit. Selain itu, berkurangnya
aktivitas fisik seharusnya diikuti dengan pengaturan pola diet agar kalori yang masuk tetap
berimbang dengan kalori yang dikeluarkan.
Gangguan pada kulit, kuku, dan rambut
Kadar estrogen yang menurun juga berpengaruh pada menyusutnya produksi kolagen,
unsur yang berfungsi menjaga kelenturan dan ketebalan kulit, serta penting bagi
pertumbuhan rambut, tulang, dan kuku. Kulit menjadi kering, tipis, keriput, dan
terasa gatal. Kuku pun rapuh dan menguning. Penurunan kadar estrogen menyebabkan
melanosit menurun, yakni unsur pigmen yang menghitamkan rambut.
Masalah-masalah tersebut merupakan gejala awal menopause atau perimenopause.
Seringkali hal ini tidak ditangani dengan cara yang benar. Misalnya, wanita yang
cepat lelah diberi multivitamin dan penderita insomnia mendapatkan obat tidur.
Padahal, penyebabnya hanya satu: penurunan hormon estrogen. Satu-satunya cara
menghadapi masalah ini adalah menambahkan kadar estrogen dalam tubuh melalui
terapi. Tapi, ada sebagian pendapat bahwa terapi hormon bisa menyebabkan kanker.
Sesungguhnya terapi sulih hormon estrogen tidak bersifat karsinogenik
(menimbulkan kanker), namun jika seorang wanita sejak awal memiliki risiko kanker,
maka risiko tersebut akan meningkat. Hal ini terjadi karena estrogen adalah hormon
yang memelihara pertumbuhan jaringan yang tidak dikehendaki. Tapi penelitian
membuktikan bahwa bibit kanker yang berkembang karena pemberian estrogen lebih mudah
ditangani, karena tidak menyebar dan mudah diangkat setelah terapi
dihentikan beberapa waktu.
Karenanya, salah satu syarat yang perlu dilakukan wanita sebelum menjalani terapi
sulih hormon estrogen adalah melakukan pemeriksaan, guna meminimalkan gangguan
kesehatan yang mungkin terjadi di kemudian hari.